Bengaluru (ANTARA) - Badan pengawas dan obat-obatan Amerika Serikat (FDA) pada Rabu (8/12) mengatakan pihaknya telah mengizinkan penggunaan campuran antibodi buatan AstraZeneca untuk mencegah infeksi COVID-19.
Obat tersebut diizinkan digunakan bagi orang yang sistem imunitasnya lemah atau yang pernah mengalami dampak parah setelah disuntik vaksin virus corona.
Sementara vaksin bergantung pada sistem kekebalan yang utuh untuk dapat mengembangkan antibodi dan sel penangkal infeksi, obat yang dikembangkan AstraZeneca itu, Evusheld, mengandung antibodi buatan laboratorium.
Antibodi buatan laboratorium tersebut dirancang untuk bertahan di dalam tubuh selama berbulan-bulan guna melawan virus jika infeksi terjadi.
"Vaksin sudah terbukti menjadi pertahanan terbaik yang tersedia untuk melawan COVID-19," kata Patrizia Cavazzoni, direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Obat FDA.
FDA mengatakan bahwa penggunaan Evusheld bukan merupakan pengganti vaksi bagi orang-orang yang disarankan untuk menjalani vaksinasi COVID-19.
Sumber:Reuters
Obat tersebut diizinkan digunakan bagi orang yang sistem imunitasnya lemah atau yang pernah mengalami dampak parah setelah disuntik vaksin virus corona.
Sementara vaksin bergantung pada sistem kekebalan yang utuh untuk dapat mengembangkan antibodi dan sel penangkal infeksi, obat yang dikembangkan AstraZeneca itu, Evusheld, mengandung antibodi buatan laboratorium.
Antibodi buatan laboratorium tersebut dirancang untuk bertahan di dalam tubuh selama berbulan-bulan guna melawan virus jika infeksi terjadi.
"Vaksin sudah terbukti menjadi pertahanan terbaik yang tersedia untuk melawan COVID-19," kata Patrizia Cavazzoni, direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Obat FDA.
FDA mengatakan bahwa penggunaan Evusheld bukan merupakan pengganti vaksi bagi orang-orang yang disarankan untuk menjalani vaksinasi COVID-19.
Sumber:Reuters