Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Dokter Mikrobiologi Klinik RSUD dr. Iskak Tulungagung, Jawa Timur, dr. Rendra Bramanthi Sp. MK(K) mengingatkan masyarakat tidak melakukan tes usap antigen tanpa bantuan tenaga profesional atau ahli, karena berpotensi meningkatkan risiko penularan COVID-19.
"Risiko penularannya sangat besar, karena tidak tahu cara atau teknik pengambilan sampel usap yang benar seperti apa," kata Rendra di Tulungagung, Senin.
Menurut Rendra, selain tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai teknik pengambilan sampel dengan cara usap (swab), tidak ada alat pelindung diri (APD) yang memadai juga akan menimbulkan risiko.
Sebab, ukuran virus yang sangat kecil sehingga sulit untuk dilihat tanpa bantuan alat.
Tak hanya berisiko penularan, melakukan tes usap antigen sendiri juga akan berisiko mengalami komplikasi karena masing-masing orang memiliki struktur hidung yang tidak sama. Tentu hal ini membuat rongga hidung memiliki kelebaran yang tidak sama.
"Ketika melakukan swab dan tidak mengetahui struktur rongga hidung, bisa jadi mengakibatkan luka dan berpotensi komplikasi," urainya.
Beberapa bahaya lain yang kemungkinan dapat terjadi ketika melakukan swab sendiri adalah ujung tangkai yang digunakan untuk melakukan swab patah dan akan berakibat pendarahan yang fatal.
Untuk itu pastikan untuk melakukan swab di fasyankes-fasyankes yang telah terdaftar di Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Imbauan itu didengungkan dokter Rendra berikut jajaran tenaga medis lain karena saat ini banyak warga yang tanpa mengetahui protokol kesehatan, melakukan tes usap (swab) mandiri.
Hal ini seiring meningkatnya kebutuhan akan rapid test antigen untuk berbagai keperluan, sehingga permintaan alat rapid tes (RT) antigen juga terus meningkat.
Imbasnya, jual-beli alat antigen di pasaran semakin marak. Beberapa bahkan menawarkan harga satu set alat antigen lebih murah dibandingkan harus melakukan pemeriksaan antigen ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) terdekat.
Meskipun harga alat antigen lebih murah, namun tidak dianjurkan untuk melakukan tes usap secara mandiri, tanpa bantuan tenaga profesional.
"Risiko penularannya sangat besar, karena tidak tahu cara atau teknik pengambilan sampel usap yang benar seperti apa," kata Rendra di Tulungagung, Senin.
Menurut Rendra, selain tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai teknik pengambilan sampel dengan cara usap (swab), tidak ada alat pelindung diri (APD) yang memadai juga akan menimbulkan risiko.
Sebab, ukuran virus yang sangat kecil sehingga sulit untuk dilihat tanpa bantuan alat.
Tak hanya berisiko penularan, melakukan tes usap antigen sendiri juga akan berisiko mengalami komplikasi karena masing-masing orang memiliki struktur hidung yang tidak sama. Tentu hal ini membuat rongga hidung memiliki kelebaran yang tidak sama.
"Ketika melakukan swab dan tidak mengetahui struktur rongga hidung, bisa jadi mengakibatkan luka dan berpotensi komplikasi," urainya.
Beberapa bahaya lain yang kemungkinan dapat terjadi ketika melakukan swab sendiri adalah ujung tangkai yang digunakan untuk melakukan swab patah dan akan berakibat pendarahan yang fatal.
Untuk itu pastikan untuk melakukan swab di fasyankes-fasyankes yang telah terdaftar di Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Imbauan itu didengungkan dokter Rendra berikut jajaran tenaga medis lain karena saat ini banyak warga yang tanpa mengetahui protokol kesehatan, melakukan tes usap (swab) mandiri.
Hal ini seiring meningkatnya kebutuhan akan rapid test antigen untuk berbagai keperluan, sehingga permintaan alat rapid tes (RT) antigen juga terus meningkat.
Imbasnya, jual-beli alat antigen di pasaran semakin marak. Beberapa bahkan menawarkan harga satu set alat antigen lebih murah dibandingkan harus melakukan pemeriksaan antigen ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) terdekat.
Meskipun harga alat antigen lebih murah, namun tidak dianjurkan untuk melakukan tes usap secara mandiri, tanpa bantuan tenaga profesional.