Jakarta (ANTARA) - Produsen wastra tenun Ulos, PT Toba Tenun Sejahtra mengatakan bahwa kain tradisional Batak tersebut memiliki potensi kebudayaan hingga nilai ekonomi dan sosial yang tinggi terutama bagi para pengerajinnya.
Founder dan CEO PT Toba Tenun Sejahtra, Kerri Na Basaria, melalui keterangannya mengatakan bahwa popularitas Ulos masih ada di bawah Batik dan Tenun Ikat Sumba untuk level nasional dan internasional.
"Ulos merupakan warisan budaya bersejarah yang memiliki filosofi kehidupan mendalam dan erat kaitannya dengan keseharian masyarakat Batak," kata Kerri.
"Menyadari potensi Ulos yang besar untuk dipasarkan di level nasional dan internasional, kami berupaya untuk melakukan berbagai program kerja yang mencakup antara lain pelestarian budaya, pelatihan dan pendidikan perajin, serta pengembangan komunitas dan perempuan," imbuhnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan pihaknya juga bekerja sama dengan lembaga pelatihan dan instruktur untuk membekali partonun agar dapat meningkatkan kompetensi mereka, baik dari sisi teknis maupun penciptaan desain.
"Sehingga kain Ulos tidak hanya bernilai budaya tetapi juga dapat memberikan dampak secara ekonomi dan sosial, menambah kekuatan industri kreatif dan seni Indonesia," kata Kerri.
Tenun memang tidak dapat dilepaskan dari peran penenun yang mayoritas adalah perempuan. Partonun (penenun) perempuan merupakan sumber daya manusia utama untuk menghasilkan tenun berkualitas.
Menurut Kerri, Partonun adalah penjaga budaya yang bekerja demi kelangsungan warisan budaya, menjaga filosofi hidup orang Batak, serta kemahiran tradisional.
Tenun tradisional adalah salah satu bidang di mana pengetahuan berharga diwariskan dari para ibu ke anak-anak perempuan mereka secara turun-temurun.
Dan saat ini, sektor tenun tradisional ini bertahan berkat generasi perempuan muda Indonesia yang dinamis, yang memadukan kreativitas artistik dengan keterampilan bisnis.
Kerri mengatakan pihaknya konsisten memberdayakan Partonun untuk dapat meningkatkan potensi dan keterampilan diri sehingga dapat semakin kuat dalam menjaga, mewariskan dan melestarikan Ulos yang berkualitas dan memiliki filosofi penuh makna.
Selain memfasilitasi para partonun untuk mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan, ada pula dukungan dan pendampingan lewat Jabu Bonang serta memberikan solusi kepada para partonun yang memiliki banyak tantangan di lapangan seperti kurangnya akses terhadap bahan baku, rumitnya pemasaran, hingga kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang kerap dialami para partonun.
Hingga akhir tahun 2021 sekaligus menyambut Hari Ibu Nasional, PT Toba Tenun Sejahtra akan melakukan rangkaian aktivitas untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap warisan kain wastra nusantara, khususnya tenun dan ekosistem artisan yang terlibat dibaliknya yang didominasi oleh perempuan.
Founder dan CEO PT Toba Tenun Sejahtra, Kerri Na Basaria, melalui keterangannya mengatakan bahwa popularitas Ulos masih ada di bawah Batik dan Tenun Ikat Sumba untuk level nasional dan internasional.
"Ulos merupakan warisan budaya bersejarah yang memiliki filosofi kehidupan mendalam dan erat kaitannya dengan keseharian masyarakat Batak," kata Kerri.
"Menyadari potensi Ulos yang besar untuk dipasarkan di level nasional dan internasional, kami berupaya untuk melakukan berbagai program kerja yang mencakup antara lain pelestarian budaya, pelatihan dan pendidikan perajin, serta pengembangan komunitas dan perempuan," imbuhnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan pihaknya juga bekerja sama dengan lembaga pelatihan dan instruktur untuk membekali partonun agar dapat meningkatkan kompetensi mereka, baik dari sisi teknis maupun penciptaan desain.
"Sehingga kain Ulos tidak hanya bernilai budaya tetapi juga dapat memberikan dampak secara ekonomi dan sosial, menambah kekuatan industri kreatif dan seni Indonesia," kata Kerri.
Tenun memang tidak dapat dilepaskan dari peran penenun yang mayoritas adalah perempuan. Partonun (penenun) perempuan merupakan sumber daya manusia utama untuk menghasilkan tenun berkualitas.
Menurut Kerri, Partonun adalah penjaga budaya yang bekerja demi kelangsungan warisan budaya, menjaga filosofi hidup orang Batak, serta kemahiran tradisional.
Tenun tradisional adalah salah satu bidang di mana pengetahuan berharga diwariskan dari para ibu ke anak-anak perempuan mereka secara turun-temurun.
Dan saat ini, sektor tenun tradisional ini bertahan berkat generasi perempuan muda Indonesia yang dinamis, yang memadukan kreativitas artistik dengan keterampilan bisnis.
Kerri mengatakan pihaknya konsisten memberdayakan Partonun untuk dapat meningkatkan potensi dan keterampilan diri sehingga dapat semakin kuat dalam menjaga, mewariskan dan melestarikan Ulos yang berkualitas dan memiliki filosofi penuh makna.
Selain memfasilitasi para partonun untuk mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan, ada pula dukungan dan pendampingan lewat Jabu Bonang serta memberikan solusi kepada para partonun yang memiliki banyak tantangan di lapangan seperti kurangnya akses terhadap bahan baku, rumitnya pemasaran, hingga kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang kerap dialami para partonun.
Hingga akhir tahun 2021 sekaligus menyambut Hari Ibu Nasional, PT Toba Tenun Sejahtra akan melakukan rangkaian aktivitas untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap warisan kain wastra nusantara, khususnya tenun dan ekosistem artisan yang terlibat dibaliknya yang didominasi oleh perempuan.