Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi terkoreksi seiring pelaku pasar yang mewaspadai kemungkinan pengetatan kebijakan moneter oleh The Fed.
Pada pukul 9.45 WIB, rupiah melemah 30 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp14.255 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sehari sebelumnya Rp14.225 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah mungkin masih tertekan hari ini menjelang pengumuman hasil rapat kebijakan bank sentral AS dini hari nanti jam 1 pagi," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.
Menurut Ariston, pasar mewaspadai kemungkinan The Fed akan memulai diskusi soal pengurangan pembelian obligasi AS sebagai salah satu bentuk pengetatan moneter karena tingkat inflasi yang meningkat tajam di AS.
"Hal ini mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," ujar Ariston.
Selain itu, kenaikan kasus COVID-19 yang telah memicu siaga satu di sejumlah wilayah di Tanah Air juga memberikan tekanan ke rupiah.
"Pengetatan aktivitas ekonomi karena peningkatan kasus ini bisa menghambat pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung," kata Ariston.
Di sisi lain, lanjutnya, surplus neraca perdagangan Indonesia yang sesuai ekspektasi, bisa membantu menahan pelemahan rupiah.
Badan Pusat Statistik (BPS) melansir neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2021 kembali mengalami surplus 2,36 miliar dolar AS dengan nilai total ekspor sebesar 16,60 miliar dolar AS dan impor 14,23 miliar dolar AS, menjadi yang tertinggi selama 2021.
Ariston mengatakan rupiah Rabu ini berpotensi melemah ke kisaran Rp14.270 per dolar AS dengan potensi menguat di kisaran Rp14.200 per dolar AS.
Pada Selasa (15/6), rupiah ditutup melemah 22 poin atau 0,16 persen ke posisi Rp14.225 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.203 per dolar AS.
Pada pukul 9.45 WIB, rupiah melemah 30 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp14.255 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sehari sebelumnya Rp14.225 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah mungkin masih tertekan hari ini menjelang pengumuman hasil rapat kebijakan bank sentral AS dini hari nanti jam 1 pagi," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.
Menurut Ariston, pasar mewaspadai kemungkinan The Fed akan memulai diskusi soal pengurangan pembelian obligasi AS sebagai salah satu bentuk pengetatan moneter karena tingkat inflasi yang meningkat tajam di AS.
"Hal ini mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," ujar Ariston.
Selain itu, kenaikan kasus COVID-19 yang telah memicu siaga satu di sejumlah wilayah di Tanah Air juga memberikan tekanan ke rupiah.
"Pengetatan aktivitas ekonomi karena peningkatan kasus ini bisa menghambat pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung," kata Ariston.
Di sisi lain, lanjutnya, surplus neraca perdagangan Indonesia yang sesuai ekspektasi, bisa membantu menahan pelemahan rupiah.
Badan Pusat Statistik (BPS) melansir neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2021 kembali mengalami surplus 2,36 miliar dolar AS dengan nilai total ekspor sebesar 16,60 miliar dolar AS dan impor 14,23 miliar dolar AS, menjadi yang tertinggi selama 2021.
Ariston mengatakan rupiah Rabu ini berpotensi melemah ke kisaran Rp14.270 per dolar AS dengan potensi menguat di kisaran Rp14.200 per dolar AS.
Pada Selasa (15/6), rupiah ditutup melemah 22 poin atau 0,16 persen ke posisi Rp14.225 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.203 per dolar AS.