Sekayu (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin mendorong hilirisasi sawit dengan melakukan uji coba pembuatan campuran bahan bakar minyak yang dijadwalkan akan dilakukan pada pekan depan.

Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex di Sekayu, Minggu, mengatakan, dalam uji coba itu akan dilakukan upaya industri membuat Vegetable Oil (IVO) dari Crude Palm Oil (CPO).

Pada awal 2021, IVO asal Muba ini akan disuplai ke Pertamina. Sedangkan standalone mini refinery yakni pabrik yang memproduksi IVO ini hingga menghasilkan biohidrokarbon akan dilakukan ground breaking-nya pada tahun ini juga.

”Pada 2024, kami berharap bisa menghasilkan biohidrokarbon atau langsung menjadi bahan bakar bensin sawit, Delta 100 (D100) hingga avtur dengan kualitas masing-masing lebih tinggi dari bahan bakar biofosil,” kata Dodi.

Menurut Dodi, peningkatan kuantitas dan kualitas produksi harus diimbangi dengan penyerapan hasil produksi.

Melalui teknologi ini, petani tidak hanya menjual tandan buah segar (TBS) saja namun dapat nilai tambah dari penjualan pengolahan pabrik IVO maupun CPO.

"Goalnya, pekebun sawit dapat memproduksi sendiri bahan bakar berbasis kelapa sawit,” kata dia.

Saat ini tim yang terdiri dari Disbun Muba, ahli ITB dan BSS sedang fokus agar unit pengolah IVO ini berjalan dengan lancar.

IVO/Industrial Lauretic Oil(IVO/ILO) yang dikerjakan di Muba ini spesifikasinya memenuhi technical requirement katalis merah putih dengan biaya produksi lebih ekonomis.

Menurut salah satu tim ITB yang saat ini bekerja di lapangan katalis di Sungai Lilin, mengatakan produk akhir nantinya akan disesuaikan dgn SNI untuk produk IVO/ILO sebagai bahan baku industri greenfuel dengan kode SNI 8875:2020 minyak nabati untuk produksi biohidrokarbon.

Dodi meyakini pendirian standalone mini refinery yang berada dalam satu entitas perkebunan sawit akan memastikan adanya kecukupan suplai baik dari kualitas maupun kuantitas.

Plt Kepala Dinas Perkebunan Muba, Akhmad Toyibir, menyebutkan saat ini lahan pekebun kelapa sawit yang siap menyuplai produksi IVO terdapat 12.388 Hektare dengan jumlah pekebun 5.311 orang.

"Dan sampai tahun 2024 lahan pekebun akan bertambah mencapai 52.000 Ha dengan jumlah pekebun mencapai 24.000 pekebun swadaya," kata Toyibir.

Muba nantinya menjadi yang pertama di Indonesia yang melaksanakan kemitraan hilirisasi pabrik sawit antara pekebun, BUMD dan koperasi. Lembaga ini akan menggandeng seluruh petani swadaya hasil program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).

Kelembagaan pekebun koperasi skunder yang terdiri dari gabungan petani primer telah melakukan kesepakatan dengan investor.

"Kemitraan ini mendudukkan pekebun sawit rakyat sebagai pemilik saham. Intinyo petani tidak mengeluarkan modal dan dalam jangka waktu tertentu justru punya aset,” kata dia.

Kepastian masa depan usaha ini menurut Toyibir juga diminati investor karena terjaminnya suplai karena terdapat 4.446 Ha hasil PSR tahun 2017. Saat ini sudah mencapai lima ribu lebih.

Kepala Bappeda Muba Iskandar Syahrianto menyebutkan pembahasan mengenai keberlangsungan suplay chain berbasis sawit rakyat saat ini terus dilakukan bersama pihak EBTKE termasuk DMO.

Prosesnya terus berjalan dan saat ini pola kemitraan secara kelembagaan/entitas yang disepakati sudah terbentuk (minggu lalu).

Sedangkan katalis akan dikembangkan antara ITB dan ESDM dan Pupuk Kujang (JV). Kami di Muba fokus pada bahan baku yaitu IVO, kata Iskandar.
 

Pewarta : Dolly Rosana
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024