Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyatakan bahwa pembangunan perumahan dengan penerapan konsep Transit Oriented Development (TOD) atau yang terintegrasi penuh dengan alur mobilitas warga, cocok bagi milenial.
"TOD ini juga cocok untuk para generasi milenial yang ingin melakukan mobilisasi dengan mudah," kata Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Selain cocok bagi kaum milenial, ujar dia, TOD juga mampu meningkatkan penghematan energi serta mengintegrasikan hunian masyarakat dengan sarana transportasi.
Menurut Khalawi, pembangunan TOD pada merupakan salah satu amanat dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang menyatakan pembangunan rumah umum harus mempunyai akses menuju pusat pelayanan atau tempat kerja.
Selain itu, TOD juga menjadi bagian dari UU Nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun yang menyatakan bahwa setiap pembangunan rumah susun komersial, wajib menyediakan rumah susun umum paling sedikit 20 persen untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Lebih lanjut, Khalawi menerangkan, TOD bermanfaat untuk optimalisasi penggunaan lahan, antara lain karena pembangunan TOD secara vertikal juga bisa dilaksanakan di lokasi lahan yang sempit namun berpusat pada simpul jaringan transportasi.
Beberapa TOD kini sudah dibangun tidak jauh dari stasiun kereta api ataupun commuter line seperti Stasiun Pasar Senen, Pondok Cina, Depok Baru, Jatijajar, Citayam dan Cinere. Sedangkan TOD yang terintegrasi dengan terminal berada di sekitar terminal Poris Plawad Tangerang, Baranangsiang Bogor, Jatijajar Depok dan Pondok Cabe Tangerang Selatan.
Terkait dengan TOD, sejumlah pengembang seperti Sinar Mas Land melalui PT Bumi Serpong Damai Tbk memulai kerja sama dengan Mitbana Pte Ltd, sebuah perusahaan patungan antara Surbana Jurong dan Mitsubishi Corporation, yang bertujuan membuat pengembangan terintegrasi berbasis transit-oriented development (TOD) di BSD City, khususnya dengan pertimbangan pasca-pandemi yang berlangsung saat ini.
Group Chief Executive Officer Sinar Mas Land Michael Widjaja dalam siaran pers Sinar Mas Land mengatakan, pihaknya menyambut baik kerja sama dengan Mitbana untuk memajukan BSD City menjadi kota pintar yang terintegrasi, terhubung, dan mudah diakses dari berbagai destinasi.
"Dengan kerja sama ini, Mitbana akan menjadi mitra pengembang terbesar kami di BSD City. Kami harap kerja sama ini akan memberikan nilai tambah bagi warga BSD City dan sekitarnya serta proyek ini pun dapat menjadi acuan pengembangan TOD di Indonesia," ujar Michael.
Sebagaimana diwartakan, Konsultan properti Colliers International mengingatkan bahwa kinerja sektor properti mencerminkan gerakan pertumbuhan ekonomi sehingga bila terjadi resesi ke depannya juga bakal dipastikan berdampak kepada kondisi sektor properti nasional.
"Properti sangat terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi," kata Senior Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto.
Untuk itu, ujar dia, dalam rangka membantu mengatasi efek resesi termasuk kepada sektor properti, kebijakan pemerintah diharapkan dapat meningkatkan daya beli.
Hal tersebut, lanjutnya, karena dengan kondisi saat ini, daya beli masyarakat cenderung melemah sehingga pengeluaran dipastikan akan lebih selektif sehingga lebih mengutamakan kebutuhan dasar sehingga akan sangat berpengaruh kepada pembelian terhadap properti.
Ia memperkirakan bahwa diharapkan pada semester kedua atau paruh terakhir 2021, industri properti di Tanah Air akan dapat mulai bangkit kembali.
"TOD ini juga cocok untuk para generasi milenial yang ingin melakukan mobilisasi dengan mudah," kata Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Selain cocok bagi kaum milenial, ujar dia, TOD juga mampu meningkatkan penghematan energi serta mengintegrasikan hunian masyarakat dengan sarana transportasi.
Menurut Khalawi, pembangunan TOD pada merupakan salah satu amanat dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang menyatakan pembangunan rumah umum harus mempunyai akses menuju pusat pelayanan atau tempat kerja.
Selain itu, TOD juga menjadi bagian dari UU Nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun yang menyatakan bahwa setiap pembangunan rumah susun komersial, wajib menyediakan rumah susun umum paling sedikit 20 persen untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Lebih lanjut, Khalawi menerangkan, TOD bermanfaat untuk optimalisasi penggunaan lahan, antara lain karena pembangunan TOD secara vertikal juga bisa dilaksanakan di lokasi lahan yang sempit namun berpusat pada simpul jaringan transportasi.
Beberapa TOD kini sudah dibangun tidak jauh dari stasiun kereta api ataupun commuter line seperti Stasiun Pasar Senen, Pondok Cina, Depok Baru, Jatijajar, Citayam dan Cinere. Sedangkan TOD yang terintegrasi dengan terminal berada di sekitar terminal Poris Plawad Tangerang, Baranangsiang Bogor, Jatijajar Depok dan Pondok Cabe Tangerang Selatan.
Terkait dengan TOD, sejumlah pengembang seperti Sinar Mas Land melalui PT Bumi Serpong Damai Tbk memulai kerja sama dengan Mitbana Pte Ltd, sebuah perusahaan patungan antara Surbana Jurong dan Mitsubishi Corporation, yang bertujuan membuat pengembangan terintegrasi berbasis transit-oriented development (TOD) di BSD City, khususnya dengan pertimbangan pasca-pandemi yang berlangsung saat ini.
Group Chief Executive Officer Sinar Mas Land Michael Widjaja dalam siaran pers Sinar Mas Land mengatakan, pihaknya menyambut baik kerja sama dengan Mitbana untuk memajukan BSD City menjadi kota pintar yang terintegrasi, terhubung, dan mudah diakses dari berbagai destinasi.
"Dengan kerja sama ini, Mitbana akan menjadi mitra pengembang terbesar kami di BSD City. Kami harap kerja sama ini akan memberikan nilai tambah bagi warga BSD City dan sekitarnya serta proyek ini pun dapat menjadi acuan pengembangan TOD di Indonesia," ujar Michael.
Sebagaimana diwartakan, Konsultan properti Colliers International mengingatkan bahwa kinerja sektor properti mencerminkan gerakan pertumbuhan ekonomi sehingga bila terjadi resesi ke depannya juga bakal dipastikan berdampak kepada kondisi sektor properti nasional.
"Properti sangat terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi," kata Senior Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto.
Untuk itu, ujar dia, dalam rangka membantu mengatasi efek resesi termasuk kepada sektor properti, kebijakan pemerintah diharapkan dapat meningkatkan daya beli.
Hal tersebut, lanjutnya, karena dengan kondisi saat ini, daya beli masyarakat cenderung melemah sehingga pengeluaran dipastikan akan lebih selektif sehingga lebih mengutamakan kebutuhan dasar sehingga akan sangat berpengaruh kepada pembelian terhadap properti.
Ia memperkirakan bahwa diharapkan pada semester kedua atau paruh terakhir 2021, industri properti di Tanah Air akan dapat mulai bangkit kembali.