Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau pedagang hewan tidak memperjualbelikan hewan kurban dari Kabupaten Gunung Kidul untuk mengantisipasi penyebaran virus Antraks.
"Imbauan tersebut sebagai antisipasi agar Kulon Progo terhindar dari adanya kasus Antraks, mengingat beberapa waktu lalu, temuan Antraks terjadi di Gunung Kidul," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Drajat Purbadi di Kulon Progo, Rabu.
Ia mengatakan imbauan tersebut sudah disosialisasikan kepada pedagang hewan kurban di Kulon Progo sejak beberapa waktu lalu.
Berdasarkan laporan, setiap menjelang Idul Adha, pedagang mayoritas mendatangkan hewan kurban dari Gunung Kidul. Selain itu, mereka juga mendatangkan dari Purworejo, Magelang, Wonosobo, dan Banjarnegara, di samping hewan dari Madura, Jawa Timur.
"Intinya kami harapkan sementara diusahakan jangan mendatangkan hewan kurban dari Gunung Kidul," ujar Drajat.
Drajat mengakui bawah kasus Antraks pernah terjadi di Kulon Progo pada 2017 lalu. Tiap tahunnya, berbagai gangguan kesehatan pada hewan lainnya ditemui seperti diare, pink eye, dan cacing hati.
Nantinya, pihaknya pun akan bertugas memantau penjualan dan penyembelihan hewan kurban pada pelaksanaan Idul Adha. "Dua pekan sebelum Idul Adha, kami akan mengintensifkan pemantauan," kata Drajat.
Ia juga mengatakan saat ini pedagang juga sudah mendatangkan hewan kurban dari berbagai wilayah. Di Pasar Hewan Pengasih juga telah banyak jual beli hewan kurban.
Drajat mengimbau kepada pedagang hewan untuk melengkapi hewan ternak yang dijual, khusus sapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH). Saat dilakukan pemeriksaan oleh petugas, hewan yang tidak dilengkapi SKKH, langsung ditahan sementara, sampai ada SKKH.
"SKKH ini sangat penting untuk mengetahui apakah hewan kurban tersebut sehat. Kami juga mengimbau kepada panitia kurban memperhatikan SKKH sebelum menyembelih hewan kurban," imbaunya.
Kepala Seksi Pengamatan Penyakit Dinas Kesehatan DIY Trisno Agung Wibowo mengatakan penyakit Antraks tidak menular dari manusia ke manusia, tapi penularan terjadi dari hewan ke manusia. Penyakit Antraks akan menyebar dengan cepat, sehingga bila terjadi kasus bergejala positif Antraks, harus segera diobati dan dilakukan screening.
Ia mengatakan dalam pemantauan nantinya akan diberikan vaksinasi pada hewan yang benar-benar masih sehat agar terhindar dari berbagai macam penyakit seperti Antraks.
"Obat cacing juga diberikan pada hewan yang sekiranya dibutuhkan sesuai dengan anjuran dokter hewan," kata Trisno Agung Wibowo.
"Imbauan tersebut sebagai antisipasi agar Kulon Progo terhindar dari adanya kasus Antraks, mengingat beberapa waktu lalu, temuan Antraks terjadi di Gunung Kidul," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Drajat Purbadi di Kulon Progo, Rabu.
Ia mengatakan imbauan tersebut sudah disosialisasikan kepada pedagang hewan kurban di Kulon Progo sejak beberapa waktu lalu.
Berdasarkan laporan, setiap menjelang Idul Adha, pedagang mayoritas mendatangkan hewan kurban dari Gunung Kidul. Selain itu, mereka juga mendatangkan dari Purworejo, Magelang, Wonosobo, dan Banjarnegara, di samping hewan dari Madura, Jawa Timur.
"Intinya kami harapkan sementara diusahakan jangan mendatangkan hewan kurban dari Gunung Kidul," ujar Drajat.
Drajat mengakui bawah kasus Antraks pernah terjadi di Kulon Progo pada 2017 lalu. Tiap tahunnya, berbagai gangguan kesehatan pada hewan lainnya ditemui seperti diare, pink eye, dan cacing hati.
Nantinya, pihaknya pun akan bertugas memantau penjualan dan penyembelihan hewan kurban pada pelaksanaan Idul Adha. "Dua pekan sebelum Idul Adha, kami akan mengintensifkan pemantauan," kata Drajat.
Ia juga mengatakan saat ini pedagang juga sudah mendatangkan hewan kurban dari berbagai wilayah. Di Pasar Hewan Pengasih juga telah banyak jual beli hewan kurban.
Drajat mengimbau kepada pedagang hewan untuk melengkapi hewan ternak yang dijual, khusus sapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH). Saat dilakukan pemeriksaan oleh petugas, hewan yang tidak dilengkapi SKKH, langsung ditahan sementara, sampai ada SKKH.
"SKKH ini sangat penting untuk mengetahui apakah hewan kurban tersebut sehat. Kami juga mengimbau kepada panitia kurban memperhatikan SKKH sebelum menyembelih hewan kurban," imbaunya.
Kepala Seksi Pengamatan Penyakit Dinas Kesehatan DIY Trisno Agung Wibowo mengatakan penyakit Antraks tidak menular dari manusia ke manusia, tapi penularan terjadi dari hewan ke manusia. Penyakit Antraks akan menyebar dengan cepat, sehingga bila terjadi kasus bergejala positif Antraks, harus segera diobati dan dilakukan screening.
Ia mengatakan dalam pemantauan nantinya akan diberikan vaksinasi pada hewan yang benar-benar masih sehat agar terhindar dari berbagai macam penyakit seperti Antraks.
"Obat cacing juga diberikan pada hewan yang sekiranya dibutuhkan sesuai dengan anjuran dokter hewan," kata Trisno Agung Wibowo.