Jakarta (ANTARA) - Badan Pemenangan Nasional (BPN) menilai defisit neraca perdagangan Indonesia pada 2018 dianggap paling jelek sejak 1975.
"Defisit perdagangan Indonesia tahun 2018 paling jelek sejak tahun 1975," ujar Dewan Pakar BPN Rizal Ramli di Jakarta, Sabtu malam.
Dia menjelaskan bahwa slogan kerja yang dilakukan selama pemerintahan Presiden Joko Widodo menunjukkan kerja pemerintah yang tanpa strategi.
Debat kelima Pemilu Presiden 2019 merupakan debat pamungkas sekaligus akan menutup seluruh rangkaian debat yang telah dimulai sejak Januari 2019.
Debat yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta ini menghadirkan kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden baik paslon nomor urut 01 maupun 02.
Berbagai tema yang diangkat dalam debat terakhir ini adalah ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, dan industri.
Sebagaimana diketahui, Pemilu Presiden 2019 yang akan diselenggarakan pada 17 April diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni pasangan nomor urut 01 Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin serta pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno.
"Defisit perdagangan Indonesia tahun 2018 paling jelek sejak tahun 1975," ujar Dewan Pakar BPN Rizal Ramli di Jakarta, Sabtu malam.
Dia menjelaskan bahwa slogan kerja yang dilakukan selama pemerintahan Presiden Joko Widodo menunjukkan kerja pemerintah yang tanpa strategi.
Debat kelima Pemilu Presiden 2019 merupakan debat pamungkas sekaligus akan menutup seluruh rangkaian debat yang telah dimulai sejak Januari 2019.
Debat yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta ini menghadirkan kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden baik paslon nomor urut 01 maupun 02.
Berbagai tema yang diangkat dalam debat terakhir ini adalah ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, dan industri.
Sebagaimana diketahui, Pemilu Presiden 2019 yang akan diselenggarakan pada 17 April diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni pasangan nomor urut 01 Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin serta pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno.