Palembang (ANTARA News Sumsel) - Masih banyak masyarakat umum yang keliru menyebutkan salah satu tempat wisata bersejarah di Kota Palembang, ada yang menyebutnya Bukit Siguntang, namun ada pula yang mengatakannya Bukit Seguntang, manakah yang benar?
Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP) Vebri Al-Lintani mengatakan penyebutan yang benar adalah 'Bukit Seguntang', berdasarkan telaah sejarah bahasa hasil kajian DKP.
"Dalam bahasa arab Seguntang itu ditulis 'syin-ghain-ta-ghain', sehingga orang arab melayu melafazkannya dengan 'si', mereka tidak biasa dengan 'se' karena dalam aksara arab tidak ada huruf 'e', maka mulai familiar penyebutan 'siguntang'," jjar Vebri saat ditemui antarasusmel.com pada pembukaan galeri bukit siguntang di Palembang, Minggu.
Menurutnya frasa 'si' lebih dimaknai sebagai penyebutan untuk seseorang, berbeda jauh dari arti 'se' berdasarkan frasa aslinya.
Dia menjelaskan 'Seguntang' terdiri dari dua frasa, yakni 'se' artinya sebuah dan 'guntang' maknanya mengapung, dimana jika disatukan berarti sebuah tempat yang mengapung, sebagaimana gambaran bukit seguntang masa kerajaan sriwijaya.
Dulu Bukit Siguntang merupakan dataran tertinggi yang bisa dilihat dari muara Sungsang, sebab saat itu wilayah Kota Palembang dan sekitarnya masih berupa laut dan rawa-rawa, maka tak heran jika Dapunta Hyang dan 20.000 bala tentaranya memilih tempat tersebut sebagai titik awal mendirikan kerajaan Sriwijaya, lanjut Vebri.
"Sampai saat ini orang palembang menyebut sungai dengan laut, karena pemaknaan laut artinya perairan yang luas, sama seperti penggambaran orang dulu melihat dataran palembang," tukas Vebri.
Hingga saat ini Bukit Seguntang masih menjadi dataran tertinggi di Kota Palembang dengan luas lahan yang masih terpelihara asli 16 hektar di tengah kota, dimana sekarang sudah dipugar akibat terlalu lama terbengkalai.
"Pada masa kesultanan Darussalam Bukit Seguntang tidak dirawat, karena disini banyak patung-patung, jadi tidak di gubris oleh sultan, barulah ketika Belanda datang tempat ini dibuka, diteliti dan diperbaiki sampai saat ini," jelas Vebri.
Wisata Bukit Seguntang memiliki nilai sejarah yang tinggi, selain sebagai cikal bakal Kerajaan Sriwijaya, lokasi ini pula diyakini sebagai awal mula pusat peradaban melayu, sebab kata Vebri, istilah 'melayo' dalam bahasa china ada setelah berdirinya sriwijaya.
Ia berharap tidak ada lagi salah dalam penyebutan dan penulisan 'Bukit Seguntang', karena pemaknaannya akan berbeda secara mendasar.
Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP) Vebri Al-Lintani mengatakan penyebutan yang benar adalah 'Bukit Seguntang', berdasarkan telaah sejarah bahasa hasil kajian DKP.
"Dalam bahasa arab Seguntang itu ditulis 'syin-ghain-ta-ghain', sehingga orang arab melayu melafazkannya dengan 'si', mereka tidak biasa dengan 'se' karena dalam aksara arab tidak ada huruf 'e', maka mulai familiar penyebutan 'siguntang'," jjar Vebri saat ditemui antarasusmel.com pada pembukaan galeri bukit siguntang di Palembang, Minggu.
Menurutnya frasa 'si' lebih dimaknai sebagai penyebutan untuk seseorang, berbeda jauh dari arti 'se' berdasarkan frasa aslinya.
Dia menjelaskan 'Seguntang' terdiri dari dua frasa, yakni 'se' artinya sebuah dan 'guntang' maknanya mengapung, dimana jika disatukan berarti sebuah tempat yang mengapung, sebagaimana gambaran bukit seguntang masa kerajaan sriwijaya.
Dulu Bukit Siguntang merupakan dataran tertinggi yang bisa dilihat dari muara Sungsang, sebab saat itu wilayah Kota Palembang dan sekitarnya masih berupa laut dan rawa-rawa, maka tak heran jika Dapunta Hyang dan 20.000 bala tentaranya memilih tempat tersebut sebagai titik awal mendirikan kerajaan Sriwijaya, lanjut Vebri.
"Sampai saat ini orang palembang menyebut sungai dengan laut, karena pemaknaan laut artinya perairan yang luas, sama seperti penggambaran orang dulu melihat dataran palembang," tukas Vebri.
Hingga saat ini Bukit Seguntang masih menjadi dataran tertinggi di Kota Palembang dengan luas lahan yang masih terpelihara asli 16 hektar di tengah kota, dimana sekarang sudah dipugar akibat terlalu lama terbengkalai.
"Pada masa kesultanan Darussalam Bukit Seguntang tidak dirawat, karena disini banyak patung-patung, jadi tidak di gubris oleh sultan, barulah ketika Belanda datang tempat ini dibuka, diteliti dan diperbaiki sampai saat ini," jelas Vebri.
Wisata Bukit Seguntang memiliki nilai sejarah yang tinggi, selain sebagai cikal bakal Kerajaan Sriwijaya, lokasi ini pula diyakini sebagai awal mula pusat peradaban melayu, sebab kata Vebri, istilah 'melayo' dalam bahasa china ada setelah berdirinya sriwijaya.
Ia berharap tidak ada lagi salah dalam penyebutan dan penulisan 'Bukit Seguntang', karena pemaknaannya akan berbeda secara mendasar.