Bogor (ANTARA News Sumsel) - Presiden Joko Widodo menginginkan Kebun Raya Bogor ditata kembali dengan meningkatkan fasilitasnya sehingga menjadi lebih menarik.
Keinginan tersebut presiden tersebut disampaikan Plt Kepala LIPI Prof Bambang Subiyanto usai mendampingi Presiden menandatangani prasasti Dua Abad Kebun Raya Bogor dan Monumen Sawit yang ada di Kebun Raya Bogor, Minggu.
"Pesan resminya presiden, Kebun Raya Bogor harus ditingkatkan fasilitas dan perlu penataan kembali "landscape" agar lebih menarik," kata Plt Kepala LIPI Prof Bambang Subiyanto.
Presiden secara khusus hadir menandatangani prasasti Dua Abad Kebun Raya Bogor di depan Tugu Dua Abad Kebun Raya Bogor setelah menyaksikan lomba burung berkicau yang berada satu lokasi di Kebun Raya Bogor.
Sebelum menandatangani prasasti, Presiden terlihat berbincang-bincang dengan Plt LIPI dan Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Prof Enny Sudarmonowati, didampingi Menteri KLHK Siti Nurbaya serta Teten Masduki.
Usai berbicang-bincang, presiden menandatangani kedua prasasti, lalu mengajak seluruh staf LIPI untuk berfoto bersama di depan Tugu Dua Abad Kebun Raya, tanpa memberikan keterangan kepada awak media.
Menurut Bambang, dalam perbicangan dengan presiden tersebut, LIPI diminta untuk menjadikan Kebun Raya Singapura sebagai pembanding dalam mengembangkan Kebun Raya Bogor agar lebih menarik lagi.
"Presiden ingin Kebun Raya Bogor diarahkan semenarik mungkin," katanya.
Selain itu presiden juga meminta agar pagar-pagar beton yang ada di Kebun Raya Bogor ditutupi dengan tumbuhan sehingga tidak kelihatan beton dan pagar besinya.
"Beliau bilang cukup berikan pagar tanaman hidup, dan lereng diberi tanaman merambat. Kebun Raya Bogor tidak boleh kelihatan semennya," kata Bambang.
Terkait penandatangani prasasti Dua Abad Kebun Raya Bogor, menurut Bambang ada dua hal yang melandasi perlunya penandatanganan tersebut yakni pendirian Kebun Raya Bogor tahun 1817 menjadi cikal bakal berdirinya institusi ilmiah di Indonesia.
Menurutnya, hal itu sebagai sejarah yang sangat penting bagi Bangsa Indonesia. Kebun Raya Bogor menjadi bukti dimulainya kesadaran Bangsa Indonesia terhadap pentingnya penerapan ilmu pengetahuan dalam pemanfaatan sumber daya tumbuhan, khususnya untuk kepentingan ekonomi negara.
"Sejarah membuktikan kehadiran kebun raya telah mampu memperbaiki perekonomian negara melalui pengembangan potensi berbagai jenis tumbuhan, termasuk kelapa sawit, dan kina," kata Bambang.
Keinginan tersebut presiden tersebut disampaikan Plt Kepala LIPI Prof Bambang Subiyanto usai mendampingi Presiden menandatangani prasasti Dua Abad Kebun Raya Bogor dan Monumen Sawit yang ada di Kebun Raya Bogor, Minggu.
"Pesan resminya presiden, Kebun Raya Bogor harus ditingkatkan fasilitas dan perlu penataan kembali "landscape" agar lebih menarik," kata Plt Kepala LIPI Prof Bambang Subiyanto.
Presiden secara khusus hadir menandatangani prasasti Dua Abad Kebun Raya Bogor di depan Tugu Dua Abad Kebun Raya Bogor setelah menyaksikan lomba burung berkicau yang berada satu lokasi di Kebun Raya Bogor.
Sebelum menandatangani prasasti, Presiden terlihat berbincang-bincang dengan Plt LIPI dan Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Prof Enny Sudarmonowati, didampingi Menteri KLHK Siti Nurbaya serta Teten Masduki.
Usai berbicang-bincang, presiden menandatangani kedua prasasti, lalu mengajak seluruh staf LIPI untuk berfoto bersama di depan Tugu Dua Abad Kebun Raya, tanpa memberikan keterangan kepada awak media.
Menurut Bambang, dalam perbicangan dengan presiden tersebut, LIPI diminta untuk menjadikan Kebun Raya Singapura sebagai pembanding dalam mengembangkan Kebun Raya Bogor agar lebih menarik lagi.
"Presiden ingin Kebun Raya Bogor diarahkan semenarik mungkin," katanya.
Selain itu presiden juga meminta agar pagar-pagar beton yang ada di Kebun Raya Bogor ditutupi dengan tumbuhan sehingga tidak kelihatan beton dan pagar besinya.
"Beliau bilang cukup berikan pagar tanaman hidup, dan lereng diberi tanaman merambat. Kebun Raya Bogor tidak boleh kelihatan semennya," kata Bambang.
Terkait penandatangani prasasti Dua Abad Kebun Raya Bogor, menurut Bambang ada dua hal yang melandasi perlunya penandatanganan tersebut yakni pendirian Kebun Raya Bogor tahun 1817 menjadi cikal bakal berdirinya institusi ilmiah di Indonesia.
Menurutnya, hal itu sebagai sejarah yang sangat penting bagi Bangsa Indonesia. Kebun Raya Bogor menjadi bukti dimulainya kesadaran Bangsa Indonesia terhadap pentingnya penerapan ilmu pengetahuan dalam pemanfaatan sumber daya tumbuhan, khususnya untuk kepentingan ekonomi negara.
"Sejarah membuktikan kehadiran kebun raya telah mampu memperbaiki perekonomian negara melalui pengembangan potensi berbagai jenis tumbuhan, termasuk kelapa sawit, dan kina," kata Bambang.