Saumlaki (Antarasumsel.com) - Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dengan dukungan INPEX Masela Ltd. dan perancang busana Wignyo Rahadi mempromosikan produk Tenun Ikat Tanimbar di Jepang.

"Ini memang salah satu tujuan kunjungan Pemkab MTB ke Jepang," kata Wignyo, dalam siaran pers yang diterima Antara, Sabtu.

Perancang dan pemilik merek Tenun Gaya itu menjelaskan, promosi dilaksanakan melalui pameran busana yang diselenggarakan bersama oleh Pemkab MTB, KBRI Tokyo, Tenun Gaya, dan INPEX Masela.

Tujuannya untuk memperkenalkan tenun tradisi masyarakat Tanimbar dengan berbagai motif kepada masyarakat internasional, khususnya Jepang.

Acara tersebut dihadiri sekitar 100 orang dari komunitas Jepang, negara- negara sahabat lainnya, dan komunitas Indonesia di Tokyo yang bergerak di bidang tekstil, fashion, budaya dan pariwisata.

Wignyo mengatakan, karena terinspirasi pakaian tradisi Jepang, maka dirinya mempersembahkan koleksi rancangan yang mengadaptasi model kimono, hakama, dan obi dengan tema ¿Metamorphoseast¿.

Rancangan tersebut menggunakan material tenun Tanimbar, di mana hasil pengembangan yang mengangkat motif Ulerati ini untuk pertama kalinya ditampilkan di panggung internasional melalui pameran busana di Tokyo pada Kamis lalu (6/4).

Motif Ulerati yang bermakna ulat kecil, selain memiliki karakter kuat, juga mengandung filosofi kecintaan masyarakat Tanimbar terhadap lingkungan hidup dan apresiasi terhadap metamorfosa yang dialami oleh ulat sebagai bagian dari proses alami kehidupan.

"Tenun Tanimbar yang terbuat dari bahan katun dan sutera dalam dominasi warna biru dikombinasi dengan warna perak dan abu-abu yang elegan. Saya memadukan motif Ulerati dari Tanimbar dengan gaya pakaian tradisional Jepang di fashion show ini," kata Wignyo.

Motif itu berupa barisan ulat-ulat kecil menyerupai garis panjang menerapkan teknik pengerjaan yang terbilang sulit dan membutuhkan waktu cukup lama.

    
           Program Pengembangan
Tenun ikat Tanimbar memiliki motif dan warna beragam, mayoritas berciri garis diselingi corak yang umumnya diadaptasi dari alam dan aktivitas sekitarnya.

Sayangnya, aktivitas menenun semakin banyak ditinggalkan seiring dengan anggapan bahwa tenun ikat tak lagi memberikan peluang ekonomi yang menjanjikan. Akibatnya tenun Tanimbar terbilang kurang dikenal dibandingkan dengan tenun ikat dari daerah lain.

Sehubungan dengan itu, INPEX, perusahaan minyak dan gas Jepang yang beraktivitas di Tanimbar, tergerak membangkitkan kembali tradisi setempat melalui program investasi sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR)-nya dengan menggandeng desainer Wignyo Rahadi untuk melakukan revitalisasi terhadap tenun Tanimbar.

Pelatihan pengembangan tenun Tanimbar ditujukan untuk melestarikan kearifan lokal tersebut agar punya daya pakai dan daya jual lebih tinggi, sehingga dapat mengikuti dinamika era yang semakin modern dan dikenal secara luas.

Sejak tahun 2015, Wignyo Rahadi melakukan pendampingan terhadap para perempuan pengrajin tenun di Tanimbar.

Hasilnya, tenun Tanimbar yang semula tampak kaku, terasa berat, dan warna yang rentan luntur menjadi lebih ringan, lembut, dan tidak luntur sehingga lebih nyaman dikenakan, tanpa meninggalkan motif tradisi yang menjadi identitasnya.

Tenun Tanimbar yang awalnya hanya dibuat dan dipasarkan dalam bentuk kain sarung, kini menjadi kain tenun yang siap digunakan sebagai ragam produk fashion.

Program pengembangan tenun Tanimbar antara lain dengan pelatihan pewarnaan, penggunaan benang dengan kualitas lebih baik, penerapan teknik tenun dengan alat tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) untuk melengkapi alat tenun gedogan, dan eksplorasi desain motif.

Tenun Tanimbar yang awalnya hanya terpaku pada warna gelap seperti coklat, hitam, merah, dan biru tua, kini dikembangkan dengan pilihan warna terang.

Program pengembangan tenun yang dilakukan INPEX  bersama Wignyo Rahadi telah menjadi inspirasi bagi pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Dinas Koperasi dan UKM MTB pun mengirim enam pengrajin untuk belajar tenun ATBM selama dua bulan di bengkel Tenun Gaya di Sukabumi, Jawa Barat.

Menurut Wignyo, pembinaan berkelanjutan terbukti meningkatkan kreativitas dan kompetensi penenun di Tanimbar. Hasil pengembangan tenun Tanimbar pun telah dilirik oleh kalangan desainer untuk diaplikasikan dalam bentuk "ready to wear".

Bahkan, motif tenun Tanimbar pun telah terpilih sebagai salah satu busana seragam yang digunakan oleh Presiden Jokowi dan para menterinya.

Pewarta : Jimmy Ayal
Editor : Ujang
Copyright © ANTARA 2024