Palembang (ANTARA Sumsel) - Batu akik yang selama ini hanya digemari orang-orang tertentu, beberapa tahun terakhir digemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, tak terkecuali di Kota Palembang, Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan.
Batu akik sekarang ini tidak hanya digemari oleh pria, tetapi juga wanita, kalangan masyarakat biasa, bahkan pejabat pemerintah.
Demam batu akik yang melanda masyarakat dan pejabat akhir-akhir ini memberikan berkah bagi pemburu batu, perajin pembentuk batu menjadi sebuah batu akik yang memiliki nilai seni tinggi, serta perajin cincin dan perhiasan lainnya.
Seiring terus meningkatnya jumlah masyarakat yang gemar memakai dan mengoleksi batu itu, perajin batu akik, perajin cincin dan perhiasan batu akik di Kota Palembang "menjamur".
Perajin batu akik yang sebelumnya hanya terdapat beberapa orang dan di tempat tertentu, seperti kawasan Pasar Cinde Palembang, kini bisa dengan mudah dijumpai di kawasan permukiman penduduk dengan membuka kios khusus atau hanya sekedar membuka lapak kaki lima seadanya di pinggir jalan.
Banyaknya bermunculan perajin batu akik di Bumi Sriwijaya itu menimbulkan masalah baru, seperti kemacetan arus lalu lintas, karena setiap lokasi yang dijadikan tempat perajin membuka pelayanan jasa memotong, membentuk, dan mengasah batu fosil menjadi batu akik selalu ramai dikunjungi pemburu barang tersebut.
Melihat kondisi tersebut mendorong Gubernur Suamtera Selatan Alex Noerdin dan Plt Wali Kota Palembang Harno Joyo mencari solusinya dengan berencana membuat pasar khusus bagi perajin batu akik atau pasar khusus yang memfasilitasi pertemuan antara pedagang dengan penggemar hobi tertentu.
Salah seorang perajin batu akik Rifki mengatakan, dalam kondisi masyarakat "demam" batu akik sekarang ini, dia berupaya memanfaatkan momentum tersebut membuka usaha pelayanan jasa memproses batu fosil menjadi batu akik yang bisa dijadikan cincin, gelang, dan aksesoris lainnya.
Usaha tersebut awalnya dimulai dengan memanfaatkan keterampilan memotong batu dan mengasahnya menjadi batu cincin untuk dipakai sendiri di halaman samping rumah yang terletak di pinggir jalan utama menuju kawasan permukiman penduduk Maskarebet KM 11 Palembang.
Kemudian satu persatu tetangga yang awalnya hanya melihat proses pembentukan batu akik mulai tertarik dan meminta dibuatkan juga dan terus berkembang hingga akhirnya kini dikenal luas oleh masyarakat sekitar permukiman ini sebagai tempat usaha kerajinan batu akik.
Untuk membentuk batu akik, menurut Rifki, dikenakan biaya jasa pemotongan dan pengasahan batu berkisar Rp25.000 hingga Rp40.000 per buah tergantung bentuk dan ukurannya, sedangkan beberapa hasil karyanya yang sudah diolah dan siap diikat menjadi cincin dan bentuk perhiasan lainnya dijual berkisar Rp150.000 hingga Rp7,5 juta per buah.
Penghasilan yang diperoleh khusus dari palayanan jasa pembentukan dan pengasahan batu tersebut lumayan besar, setiap harinya minimal Rp250.000.
Sementara mengenai rencana pemerintah daerah setempat untuk membuat pasar khusus batu akik, sangat menyambut baik sehingga hasil karya perajin kampung seperti dirinya bisa dikenal lebih luas, terhimpun dalam satu tempat, dan mudah melakukan pemasaran dengan harga jual yang tinggi, ujar perajin batu akik itu.
Selain perajin batu akik, sejak semakin banyaknya masyarakat menggemari koleksi barang tersebut, perajin cincin dan perhiasan juga mendapat berkah.
Perajin cincin dan perhiasan di Kota Palembang, kewalahan menerima pesanan karena terjadi peningkatan yang cukup tinggi permintaan pembuatan cinicin untuk mengikat batu akik.
"Sejak maraknya masyarakat menggemari koleksi batu akik dalam satu tahun terakhir, permintaan pembuatan cincin terutama berbahan baku perak dan swasa mengalami peningkatan sehingga dengan berat hati banyak pesanan yang ditolak," kata salah seorang pengrajin cincin dan perhiasan Alpian.
Menurut dia, setiap hari terdapat beberapa penggemar batu akik yang meminta dibuatkan cincin untuk mengikat batu akik.
Permintaan pembuatan cincin tersebut tidak bisa dipenuhi semuanya karena pesanan sekarang ini masih banyak yang belum selesai, katanya.
Alih Usaha
Banyaknya masyarakat dan pejabat "demam" batu akik, mendorong pedagang barang bekas di sentra perdagangan besi tua dan barang bekas atau yang dikenal pasar loak Cinde Palembang, banyak yang alih usaha menjadi perajin, serta pedagang cincin dan batu akik.
Lapak dan kios pasar loak Cinde Palembang, yang selama ini menjual besi, jam tangan, peralatan kendaraan bermotor roda dua dan empat kini banyak yang berubah menjadi kios yang menyediakan aneka bentuk cincin dan batu akik.
Selain itu, ada juga pedagang barang loak yang membuat usaha sampingan dengan menerima jasa pembentukan dan pengasahan batu akik.
Salah seorang pedagang jam, Agus mengatakan, sekarang ini warga Kota Palembang sedang menggemari batu akik, sehingga banyak pedagang di pasar Cinde ini melakukan alih usaha barang tersebut.
"Selama ini orang datang ke pasar Cinde ini untuk mencari berbagai jenis barang bekas, namun setahun terakhir sebagian besar mencari batu akik," ujarnya.
Dengan banyaknya pengunjung mencari batu akik, kawasan Cinde pada setiap akhir pekan Sabtu dan Minggu semakin ramai dikunjungi warga.
Kondisi ramai tersebut memberikan berkah tersendiri bagi dirinya dan rekan pedagang lainnya karena dapat meningkatkan penghasilan yang sempat menurun seiring lesunya pasar barang bekas.
Dengan menekuni usaha baru memberikan penghasilan yang cukup besar seperti pada kondisi ramai akhir pekan ini minimal bisa mencapai Rp300.000 per hari.
Pendapatan itu diperoleh dari menjual batu akik, kerangka cincin, dan jasa pembentukan dan pengasahan batu akik.
Khusus jasa pembentukan dan pengasahan batu akik dikenakan biaya Rp20.000 hingga Rp40.000 per buah tergantung bentuk dan besarnya batu yang diolah.
Sedangkan batu akik yang sudah diolah dan siap dipakai dijual berkisar Rp150.000 hingga Rp15 juta per buah, katanya.
Bahan Obrolan
Istilah "demam" batu akik sangat tepat digunakan karena setiap orang dan pada setiap kesempatan seperti dalam pergaulan sehari-hari, di lingkungan kerja, acara syukuran silaturahmi hingga dalam acara pesta pernikahan batu akik menjadi bahan obrolan.
Obrolan masyarakat di warung kopi tidak terlepas dari pembahasan seputar keunggulan batu akik, cara memperoleh dan membuatnya, daerah asal batu akik, serta bahan untuk mengikat batu yang sebagian besar dijadikan perhiasan berbentuk cincin.
Begitu juga di lingkungan kerja instansi pemerintah dan swasta, di sela-sela jam istirahat dan saat pertemuan rapat sebelum atau setelah acara pegawai saling pamer keunikan dan keunggulan batu akik yang mereka pakai.
Bahkan di acara silaturahmi dan pesta pernikahan, sesama penggemar batu akik membuka obrolan dengan membahas batu yang dipakai apa namanya dan berasal dari daerah mana.
Batu akik yang dipakai ada yang diperoleh dari beberapa daerah dalam wilayah Provinsi Sumatera Selatan dan ada yang diperoleh dari provinsi lain seperti Lampung, Sumatera Barat, Banten, dan Kalimantan.
Batu kalimaya dari Banten, giok sungai dareh dari Sumatera Barat, cempaka dari Lampung, kecubung dari Kalimantan, serta batu lavender, spiritus, biru langit, sunkis madu, teratai, dan biru solar dari Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan.
Salah sorang penggemar batu akik Azwin mengatakan, dalam setiap kesempatan berkumpul dengan teman-teman, saat ini batu akik menjadi bahan pembicaraan.
"Hampir setiap orang sekarang ini memakai batu akik yang sebagian besar dibuat cincin untuk memperindah jemari dan memberikan kesan angggun bagi perempuan dan gagah bagi laki-laki," ujarnya.
Batu akik yang dipakai dan menjadi kebanggaan untuk bahan obrolan dengan teman-teman dan sesama penggemar batu sekarang ini adalah lavender batu akik asli khas Sumatera Selatan.
Batu akik yang dipakai tersebut sekarang ini merupakan salah satu jenis yang paling dicari penggemar atau pehobi batu, katanya.
Penggemar batu akik lainnya dr Yamin Alshop menyatakan, mengoleksi batu akik menjadi hiburan tersendiri bagi dirinya sebagai ahli bedah yang memiliki kegiatan yang cukup padat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan melakukan operasi.
Di sela-sela waktu istiharat di rumah sakit, klinik, bersilaturahmi dengan teman dan keluarga, bertukar pengalaman dan membicarakan keunggulan batu akik dapat melepaskan kepenatan kesibukan kerja.
Batu akik yang dikoleksi sekarang ini beberapa jenis batu asli Sumatera Selatan seperti lavender, dan biru solar, serta beberapa jenis dari provinsi lain seperti giok sungai dareh dari Sumatera Barat, dan kecubung dari Kalimantan bahkan ada beberapa koleksi batu dari Afrika, kata dr Yamin.
Batu akik sekarang ini tidak hanya digemari oleh pria, tetapi juga wanita, kalangan masyarakat biasa, bahkan pejabat pemerintah.
Demam batu akik yang melanda masyarakat dan pejabat akhir-akhir ini memberikan berkah bagi pemburu batu, perajin pembentuk batu menjadi sebuah batu akik yang memiliki nilai seni tinggi, serta perajin cincin dan perhiasan lainnya.
Seiring terus meningkatnya jumlah masyarakat yang gemar memakai dan mengoleksi batu itu, perajin batu akik, perajin cincin dan perhiasan batu akik di Kota Palembang "menjamur".
Perajin batu akik yang sebelumnya hanya terdapat beberapa orang dan di tempat tertentu, seperti kawasan Pasar Cinde Palembang, kini bisa dengan mudah dijumpai di kawasan permukiman penduduk dengan membuka kios khusus atau hanya sekedar membuka lapak kaki lima seadanya di pinggir jalan.
Banyaknya bermunculan perajin batu akik di Bumi Sriwijaya itu menimbulkan masalah baru, seperti kemacetan arus lalu lintas, karena setiap lokasi yang dijadikan tempat perajin membuka pelayanan jasa memotong, membentuk, dan mengasah batu fosil menjadi batu akik selalu ramai dikunjungi pemburu barang tersebut.
Melihat kondisi tersebut mendorong Gubernur Suamtera Selatan Alex Noerdin dan Plt Wali Kota Palembang Harno Joyo mencari solusinya dengan berencana membuat pasar khusus bagi perajin batu akik atau pasar khusus yang memfasilitasi pertemuan antara pedagang dengan penggemar hobi tertentu.
Salah seorang perajin batu akik Rifki mengatakan, dalam kondisi masyarakat "demam" batu akik sekarang ini, dia berupaya memanfaatkan momentum tersebut membuka usaha pelayanan jasa memproses batu fosil menjadi batu akik yang bisa dijadikan cincin, gelang, dan aksesoris lainnya.
Usaha tersebut awalnya dimulai dengan memanfaatkan keterampilan memotong batu dan mengasahnya menjadi batu cincin untuk dipakai sendiri di halaman samping rumah yang terletak di pinggir jalan utama menuju kawasan permukiman penduduk Maskarebet KM 11 Palembang.
Kemudian satu persatu tetangga yang awalnya hanya melihat proses pembentukan batu akik mulai tertarik dan meminta dibuatkan juga dan terus berkembang hingga akhirnya kini dikenal luas oleh masyarakat sekitar permukiman ini sebagai tempat usaha kerajinan batu akik.
Untuk membentuk batu akik, menurut Rifki, dikenakan biaya jasa pemotongan dan pengasahan batu berkisar Rp25.000 hingga Rp40.000 per buah tergantung bentuk dan ukurannya, sedangkan beberapa hasil karyanya yang sudah diolah dan siap diikat menjadi cincin dan bentuk perhiasan lainnya dijual berkisar Rp150.000 hingga Rp7,5 juta per buah.
Penghasilan yang diperoleh khusus dari palayanan jasa pembentukan dan pengasahan batu tersebut lumayan besar, setiap harinya minimal Rp250.000.
Sementara mengenai rencana pemerintah daerah setempat untuk membuat pasar khusus batu akik, sangat menyambut baik sehingga hasil karya perajin kampung seperti dirinya bisa dikenal lebih luas, terhimpun dalam satu tempat, dan mudah melakukan pemasaran dengan harga jual yang tinggi, ujar perajin batu akik itu.
Selain perajin batu akik, sejak semakin banyaknya masyarakat menggemari koleksi barang tersebut, perajin cincin dan perhiasan juga mendapat berkah.
Perajin cincin dan perhiasan di Kota Palembang, kewalahan menerima pesanan karena terjadi peningkatan yang cukup tinggi permintaan pembuatan cinicin untuk mengikat batu akik.
"Sejak maraknya masyarakat menggemari koleksi batu akik dalam satu tahun terakhir, permintaan pembuatan cincin terutama berbahan baku perak dan swasa mengalami peningkatan sehingga dengan berat hati banyak pesanan yang ditolak," kata salah seorang pengrajin cincin dan perhiasan Alpian.
Menurut dia, setiap hari terdapat beberapa penggemar batu akik yang meminta dibuatkan cincin untuk mengikat batu akik.
Permintaan pembuatan cincin tersebut tidak bisa dipenuhi semuanya karena pesanan sekarang ini masih banyak yang belum selesai, katanya.
Alih Usaha
Banyaknya masyarakat dan pejabat "demam" batu akik, mendorong pedagang barang bekas di sentra perdagangan besi tua dan barang bekas atau yang dikenal pasar loak Cinde Palembang, banyak yang alih usaha menjadi perajin, serta pedagang cincin dan batu akik.
Lapak dan kios pasar loak Cinde Palembang, yang selama ini menjual besi, jam tangan, peralatan kendaraan bermotor roda dua dan empat kini banyak yang berubah menjadi kios yang menyediakan aneka bentuk cincin dan batu akik.
Selain itu, ada juga pedagang barang loak yang membuat usaha sampingan dengan menerima jasa pembentukan dan pengasahan batu akik.
Salah seorang pedagang jam, Agus mengatakan, sekarang ini warga Kota Palembang sedang menggemari batu akik, sehingga banyak pedagang di pasar Cinde ini melakukan alih usaha barang tersebut.
"Selama ini orang datang ke pasar Cinde ini untuk mencari berbagai jenis barang bekas, namun setahun terakhir sebagian besar mencari batu akik," ujarnya.
Dengan banyaknya pengunjung mencari batu akik, kawasan Cinde pada setiap akhir pekan Sabtu dan Minggu semakin ramai dikunjungi warga.
Kondisi ramai tersebut memberikan berkah tersendiri bagi dirinya dan rekan pedagang lainnya karena dapat meningkatkan penghasilan yang sempat menurun seiring lesunya pasar barang bekas.
Dengan menekuni usaha baru memberikan penghasilan yang cukup besar seperti pada kondisi ramai akhir pekan ini minimal bisa mencapai Rp300.000 per hari.
Pendapatan itu diperoleh dari menjual batu akik, kerangka cincin, dan jasa pembentukan dan pengasahan batu akik.
Khusus jasa pembentukan dan pengasahan batu akik dikenakan biaya Rp20.000 hingga Rp40.000 per buah tergantung bentuk dan besarnya batu yang diolah.
Sedangkan batu akik yang sudah diolah dan siap dipakai dijual berkisar Rp150.000 hingga Rp15 juta per buah, katanya.
Bahan Obrolan
Istilah "demam" batu akik sangat tepat digunakan karena setiap orang dan pada setiap kesempatan seperti dalam pergaulan sehari-hari, di lingkungan kerja, acara syukuran silaturahmi hingga dalam acara pesta pernikahan batu akik menjadi bahan obrolan.
Obrolan masyarakat di warung kopi tidak terlepas dari pembahasan seputar keunggulan batu akik, cara memperoleh dan membuatnya, daerah asal batu akik, serta bahan untuk mengikat batu yang sebagian besar dijadikan perhiasan berbentuk cincin.
Begitu juga di lingkungan kerja instansi pemerintah dan swasta, di sela-sela jam istirahat dan saat pertemuan rapat sebelum atau setelah acara pegawai saling pamer keunikan dan keunggulan batu akik yang mereka pakai.
Bahkan di acara silaturahmi dan pesta pernikahan, sesama penggemar batu akik membuka obrolan dengan membahas batu yang dipakai apa namanya dan berasal dari daerah mana.
Batu akik yang dipakai ada yang diperoleh dari beberapa daerah dalam wilayah Provinsi Sumatera Selatan dan ada yang diperoleh dari provinsi lain seperti Lampung, Sumatera Barat, Banten, dan Kalimantan.
Batu kalimaya dari Banten, giok sungai dareh dari Sumatera Barat, cempaka dari Lampung, kecubung dari Kalimantan, serta batu lavender, spiritus, biru langit, sunkis madu, teratai, dan biru solar dari Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan.
Salah sorang penggemar batu akik Azwin mengatakan, dalam setiap kesempatan berkumpul dengan teman-teman, saat ini batu akik menjadi bahan pembicaraan.
"Hampir setiap orang sekarang ini memakai batu akik yang sebagian besar dibuat cincin untuk memperindah jemari dan memberikan kesan angggun bagi perempuan dan gagah bagi laki-laki," ujarnya.
Batu akik yang dipakai dan menjadi kebanggaan untuk bahan obrolan dengan teman-teman dan sesama penggemar batu sekarang ini adalah lavender batu akik asli khas Sumatera Selatan.
Batu akik yang dipakai tersebut sekarang ini merupakan salah satu jenis yang paling dicari penggemar atau pehobi batu, katanya.
Penggemar batu akik lainnya dr Yamin Alshop menyatakan, mengoleksi batu akik menjadi hiburan tersendiri bagi dirinya sebagai ahli bedah yang memiliki kegiatan yang cukup padat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan melakukan operasi.
Di sela-sela waktu istiharat di rumah sakit, klinik, bersilaturahmi dengan teman dan keluarga, bertukar pengalaman dan membicarakan keunggulan batu akik dapat melepaskan kepenatan kesibukan kerja.
Batu akik yang dikoleksi sekarang ini beberapa jenis batu asli Sumatera Selatan seperti lavender, dan biru solar, serta beberapa jenis dari provinsi lain seperti giok sungai dareh dari Sumatera Barat, dan kecubung dari Kalimantan bahkan ada beberapa koleksi batu dari Afrika, kata dr Yamin.