Perilaku "beli sekarang, bayar kemudian" jadi perhatian serius

id paylater, FOMO, YOLO, bahaya pinjaman daring, Kredivo,kesehatan mental,layanan keuangan

Perilaku "beli sekarang, bayar kemudian" jadi perhatian serius

Nasabah mengakses layanan aplikasi penunda pembayaran (paylater). (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/Spt)

Jakarta (ANTARA) - Perilaku "beli sekarang, bayar kemudian" menjadi perhatian serius di era efisiensi seperti saat ini, terutama dengan meningkatnya pengajuan pinjaman daring tahunan sebesar 61,90 persen, menurut laporan perilaku pengguna paylater yang dirilis pada 2024.

Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Disya Arinda mendorong generasi muda untuk memperhatikan kestabilan mental sebelum menggunakan "paylater", karena keputusan impulsif dan tren "takut ketinggalan" alias fear of missing out (FOMO) karena pandangan bahwa hidup cuma sekali alias you only live once (YOLO) bisa memicu penyalahgunaan.

"Generasi muda cenderung lebih rentan terhadap keputusan impulsif ataupun tren jangka pendek yang dapat mempengaruhi keputusan finansial. Tanpa kesiapan dan perencanaan, layanan keuangan apa pun, termasuk paylater, berisiko disalahgunakan untuk tujuan konsumtif yang tidak sehat. Oleh karena itu, penting untuk memastikan kondisi mental yang stabil supaya bisa mendapatkan manfaat semestinya dari penggunaan paylater,” ujar Disya dalam rilis pers di Jakarta, Senin.

Studi GlobalWebIndex menunjukkan bahwa 62 persen individu yang mengalami FOMO berusia 16–34 tahun. Selanjutnya, riset OCBC mengindikasikan bahwa 80 persen generasi muda membelanjakan uang untuk meniru gaya hidup teman sebaya.

Disya menjelaskan bahwa perilaku "beli sekarang, bayar kemudian" yang didorong oleh FOMO dan YOLO secara berulang berpotensi memicu stres finansial dan perilaku impulsif yang sulit dikontrol.