Kesulitan Chelsea dan Mikha main teater "Ariyah dari Jembatan Ancol"
Jakarta (ANTARA) - Aktris Chelsea Islan dan Mikha Tambayong menceritakan kesulitannya berlaga pada pementasan seni teater “Ariyah dari Jembatan Ancol”, yang kisahnya diangkat dari legenda urban Jakarta “Si Manis Jembatan Ancol”.
Tentu banyak perbedaan besar untuk berlakon pada pementasan teater yang ditampilkan secara langsung di hadapan penonton, dibandingkan berakting di depan kamera, salah satunya tidak bisa mengulang ketika melakukan kesalahan, ujar Mikha.
“Perbedaanya tentunya dari segi gestur kita sudah pasti berbeda, ini kan kita enggak bisa ada take satu take dua atau take tiga, take satu semua dari awal sampai akhir,” kata dia pada pertunjukan perdana “Ariyah dari Jembatan Ancol” di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Rabu (26/7) malam.
Wanita keturunan Minahasa itu menyebut baik dirinya, Chelsea, dan juga pelakon lain yang terlibat telah berlatih dengan matang agar tiap-tiap aspek pementasan terekam dengan baik dalam memori otot, sehingga mampu berlaga dengan gestur dan skrip di luar kepala.
“Nah itu kenapa persiapan kita harus sangat matang supaya udah jadi memori otot, jadi setiap kita naik ke atas panggung, dialog yang kita ucapkan, gerakan-gerakan blocking kita, semuanya sudah terlatih dengan baik,” imbuhnya.
Tentu banyak perbedaan besar untuk berlakon pada pementasan teater yang ditampilkan secara langsung di hadapan penonton, dibandingkan berakting di depan kamera, salah satunya tidak bisa mengulang ketika melakukan kesalahan, ujar Mikha.
“Perbedaanya tentunya dari segi gestur kita sudah pasti berbeda, ini kan kita enggak bisa ada take satu take dua atau take tiga, take satu semua dari awal sampai akhir,” kata dia pada pertunjukan perdana “Ariyah dari Jembatan Ancol” di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Rabu (26/7) malam.
Wanita keturunan Minahasa itu menyebut baik dirinya, Chelsea, dan juga pelakon lain yang terlibat telah berlatih dengan matang agar tiap-tiap aspek pementasan terekam dengan baik dalam memori otot, sehingga mampu berlaga dengan gestur dan skrip di luar kepala.
“Nah itu kenapa persiapan kita harus sangat matang supaya udah jadi memori otot, jadi setiap kita naik ke atas panggung, dialog yang kita ucapkan, gerakan-gerakan blocking kita, semuanya sudah terlatih dengan baik,” imbuhnya.