Dopamin sebenarnya masuk dalam kriteria hormon yang baik, sebab dapat merangsang rasa bahagia. Tapi dampak negatif yang timbul memicu sugesti perokok seakan-akan bisa lebih lancar berpikir dan berkonsentrasi.
Sedangkan rokok mengandung sekitar 7 ribu bahan berbahaya bagi tubuh dan 60 macam zat karsinogenik penyebab infeksi saluran napas atas sehingga pertumbuhan paru terganggu.
"Rasa bahagia itu semu, karena membuat orang merasa bisa berpikir lebih konsentrasi dan mood lebih baik, itu penghargaan yang semu diperoleh perokok," katanya.
Sedangkan untuk bisa melepas jeratan rokok, dapat memberi pengalaman yang bikin sengsara dan tidak mudah, kata Feni menambahkan.
Tim ahli dari RSUP Persahabatan pernah meneliti pengaruh asap rokok pada bayi yang baru lahir dari kandungan ibu yang perokok aktif, ibu perokok pasif, dan ibu yang bukan perokok.
"Hasilnya, pada plasenta ibu perokok aktif dan pasif, sama-sama ditemukan nikotin," katanya.
Terhadap bayi yang lahir dari kandungan ibu perokok aktif, kata Feni, memiliki tubuh yang lebih pendek secara bermakna dibandingkan bayi normal.
"Intinya, dalam kehamilan pun rokok sudah sangat berpengaruh," katanya.