Surabaya (ANTARA) - Peneliti Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Junaidi Khotib beserta tim menemukan senyawa metabolit sekunder serai berpotensi sebagai bahan baku obat anti-rhinitis alergi.
"Rhinitis alergi merupakan reaksi alergi yang ditandai dengan gejala bersin, hidung tersumbat, dan mata gatal," kata Prof Junaidi yang merupakan ketua inventor di Surabaya, Jumat.
Prof Junaidi menjelaskan tahapan penelitian dimulai dengan pemilihan dan preparasi ligan yang berasal dari metabolit tanaman serai menggunakan database KNAPSACK Family. Dari proses tersebut, diperoleh sebanyak tujuh metabolit sekunder serai yaitu citronellal, citral, lonicerin, (Z)-citral, (E)-citral, swertiajaponin, dan orientin.
Ketujuh metabolit sekunder serai itu, lanjutnya, menunjukkan profil toksisitas yang baik setelah diuji menggunakan pkCSM online tool. Seluruh proses,kata dia, dilakukan dengan metode in silico seperti penentuan protein target hingga penambatan molekul.
"Metode in silico adalah simulasi pada komputer, jadi ada struktur reseptor dan struktur antigen, dia berikatan menimbulkan alergi. Kalau berbagai senyawa yang kita eksplorasi kita gunakan untuk ngeblok bisa, maka tidak alergi dan sebaliknya," katanya.
Hasil riset menemukan ada dua dari tujuh metabolit sekunder serai yakni swertiajaponin dan orientin berpotensi untuk obat anti-rhinitis alergi. Kedua metabolit sekunder itu menghasilkan interaksi yang baik dengan protein JAK1, tetapi tidak pada protein JAK2, JAK3, dan TYK2.
"Kami ingin mengembangkan apakah dari tanaman itu bisa kita kembangkan untuk alergi. Kita lakukan identifikasi pada senyawa serai, kemudian kita lakukan elusidasi struktur yaitu bagaimana titik tangkap reseptor untuk alergi dalam tubuh kita," kata pakar farmakologi molekuler tersebut.
Selama proses penelitian berlangsung tidak mengalami hambatan. Keberhasilan riset ini, lanjutnnya, didukung kelengkapan fasilitas milik fakultas dengan adanya teaching industry yang terintegrasi di bawah koordinasi Lembaga Pengembangan Bisnis dan Inkubasi (LPBI) Unair.
Dekan Fakultas Farmasi Unair itu berharap inovasi ini dapat menjadi rujukan bahwa tanaman serai tidak hanya bermanfaat sebagai aromatik, namun juga bisa mengatasi penyakit rhinitis alergi. Sehingga inovasi tersebut membawa angin segar dalam pengembangan obat medis.
"Tentu kita harapkan ini bisa sebagai upaya untuk melindungi keilmuan terkait dengan penggunaan serai untuk anti alergi. Selain serai sudah memberikan manfaat yang banyak untuk aromatik dan anti nyamuk, tentu ini akan memberikan kebaikan kepada masyarakat," kata dia.
Berita Terkait
Bandara Taufik Kiemas Pesisir Barat Lampung kembali beroperasi
Kamis, 13 Januari 2022 22:50 Wib
Budidaya serai wangi di Rejang Lebong
Senin, 1 November 2021 23:24 Wib
Cairan "hand sanitizer" berbahan dasar serai dibagikan ke warga
Selasa, 28 April 2020 22:06 Wib
Pemkab Musi Banyasin kembangkan budidaya serai wangi
Minggu, 6 Oktober 2019 15:41 Wib
ACT: Satu hektare lahan serai wangi bisa produksi minyak 200 Kg
Sabtu, 25 Mei 2019 8:53 Wib
Minyak serai cara ampuh hilangkan bau karet
Rabu, 10 Oktober 2012 14:02 Wib