Palembang (ANTARA) - Seniman di Kota Palembang, Sumatera Selatan, merasa sangat kehilangan atas meninggalnya maestro musik irama Batanghari Sembilan, Sahilin, pada usianya 69 tahun karena sakit, Sabtu pagi.
"Innalillahi wa inna Iiaihi raji'un, Allahummaghfìrlahu war hamhu wa 'aafìhìì wa'fu anhu, selamat jalan Sahilin, kami merasa sangat kehilangan tokoh seniman musik daerah ini," kata Seniman Musik Palembang, Ali Goik, seusai melayat dari rumah duka dan mengantar ke tempat peristirahatan terakhirnya di TPU Kandang Kawat Bukit Lama, Palembang, Sabtu sore.
Menurut dia, seniman yang kerap tampil dengan gitar dan kacamata hitamnya yang khas, banyak memberi inspirasi seniman muda dalam mengembangkan karya seni musik daerah.
Almarhum Sahilin melalui kesenian tradisional yang didendangkan diiringi petikan gitar tunggalnya, mampu menghipnotis para penontonnya setiap kali manggung di berbagai acara.
Tokoh seniman Sumatera Selatan itu, lahir di Dusun Benawe, Kecamatan Tanjung Lubuk, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) pada 1954.
Berkat konsistensi pada seni, almarhum Sahilin mendapat pengakuan sebagai maestro seni untuk pemantun gitar buah sembilan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) pada 2007.
'Saya sangat kehilangan atas meninggalnya Sahilin, sosok yang selama ini selalu membimbing dan memotivasi saya dalam berkarya musik daerah," ujar Ali.
Sementara Sekda Palembang, Ratu Dewa, menyampaikan duka cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya Sahilin, maestro Batanghari Sembilan.
"Saya atas nama pribadi, penggemar, dan pejabat Pemkot Palembang, mendoakan semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala serta keluarga yang ditinggal diberi kekuatan dan ketabahan," ujarnya.