Dinkes OKU sebut fogging tidak optimal dalam mencegah DBD

id Fogging, pengasapan serangga, pola 3M, demam berdarah dengue, kasus DBD, Dinas Kesehatan OKU,berita palembang, antara palembang

Dinkes OKU sebut fogging tidak optimal dalam mencegah  DBD

Petugas Dinas Kesehatan OKU memperbaiki alat fogging yang sudah lama tidak digunakan, Senin. (ANTARA/Edo Purmana/23)

Baturaja (ANTARA) - Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, Andi Prapto menyebutkan bahwa fogging atau metode pengasapan tidak efektif dalam mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD).

"Fogging bukanlah cara yang efektif untuk mencegah DBD pada masyarakat," kata Andi Prapto di Baturaja, ibu Kota Kabupaten OKU, Senin.

Dia menjelaskan, fogging atau metode pengasapan adalah sebuah teknik yang dipakai untuk membunuh serangga khususnya pada nyamuk Aedes aegypti pembawa penyakit DBD.

Namun, kata dia, metode pengasapan menggunakan alat penyemprot ini masih kurang efektif karena hanya membunuh nyamuk dewasa saja.

"Oleh sebab itu sejak beberapa tahun terakhir kami tidak melakukan fogging meskipun di Kabupaten OKU terdapat kasus DBD yang dialami masyarakat," katanya.

Menurut dia, pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan 3M yaitu menguras, menutup tempat penampungan air serta mengubur barang bekas masih menjadi cara yang sangat efektif untuk mencegah DBD agar tidak menyebar luas di kalangan masyarakat.

PHBS dan pola 3M dapat menutup celah agar nyamuk tidak berkembang biak menyebarkan penyakit pada masyarakat khususnya anak-anak.

Oleh sebab itu, kata dia, saat ini pihaknya menggencarkan kampanye 3M agar masyarakat teredukasi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

"Kampanye gerakan 3M dan PHBS ini kami lakukan melalui pemasangan spanduk di seluruh kecamatan di Kabupaten OKU sebagai upaya untuk menekan angka kasus DBD," katanya.

Andi menambahkan, berdasarkan data sepanjang 2022 jumlah penderita DBD di Kabupaten OKU mencapai 45 orang mulai dari pasien anak-anak hingga masyarakat usia 44 tahun yang terpaksa menjalani perawatan di rumah sakit setempat akibat menderita penyakit tersebut.

"Alhamdulillah, semua pasien sembuh tidak ada yang meninggal dunia akibat DBD. Namun, terjadi peningkatan kasus DBD dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya berjumlah lima kasus," ujarnya.*