Jakarta (ANTARA) - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Bustanul Arifin mengatakan kebijakan Pemerintah untuk mengimpor beras sudah melalui pertimbangan matang dan koordinasi intensif antara kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian (K/L) terkait.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis, Bustanul menepis anggapan bahwa kebijakan impor beras sebanyak 500 ribu ton dilakukan dengan terburu-buru tanpa perencanaan antara produksi dengan proyeksi kebutuhan.
"Impor yang dilakukan sangat terbatas, baik jumlah, waktu, dan penggunaannya. Dari sisi jumlah, hanya 1,7 persen dari kebutuhan nasional; dari sisi waktu, dilakukan sebelum musim panen tiba dan penggunaannya hanya untuk menguatkan cadangan beras Pemerintah," kata Bustanul.
Dia menjelaskan kebijakan impor beras dilakukan hanya oleh Perum Bulog untuk memperkuat Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Cadangan tersebut, menurut dia, untuk penyaluran beras dalam penanganan bencana, stabilisasi harga, bantuan sosial, dan kegiatan pemerintah lainnya.
"Impor beras ini juga tidak mengganggu status swasembada beras karena masih jauh di bawah 10 persen. Ini sesuai standar FAO (Organisasi Pangan Dunia)," tambahnya.
Dia mengungkapkan sebenarnya produksi beras tahun ini mengindikasikan adanya surplus produksi dibanding kebutuhan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus mencapai 1,7 juta ton.
Namun, lanjutnya, hanya saja saat ini keberadaan 68 persen stok beras berada di rumah tangga, sehingga tidak bisa dibeli Pemerintah sebagai tambahan cadangan.
Selain itu, Bulog juga memiliki keterbatasan untuk menambah cadangan dari dalam negeri karena harga beras di pasar jauh lebih tinggi dibandingkan harga pembelian Pemerintah yakni Rp8.300 per kilogram.
"Untuk itulah mengapa penguatan cadangan beras Pemerintah dalam jangka pendek perlu dilakukan melalui impor, meskipun secara nasional produksi beras masih surplus," ujarnya.
Realisasi kebijakan impor beras sebanyak 500 ribu ton akan dilakukan secara bertahap, kata Bustanul. Sebanyak 200 ribu ton beras akan masuk pada Desember 2022 dan sisanya sebanyak 300 ribu ton direncanakan tiba awal 2023.
Impor 2023 akan dilakukan sebelum Maret sehingga tidak berbenturan dengan masa panen raya yang diperkirakan akan jatuh pada Maret-April 2023.
Berita Terkait
Bulog OKU luaskan jangkauan distribusi beras SPHP
Rabu, 18 Desember 2024 20:30 Wib
Bulog OKU optimalkan pengawasan penyaluran beras SPHP di pasar
Rabu, 18 Desember 2024 4:00 Wib
Bulog OKU distribusikan 4 ribu ton beras SPHP selama 2024
Minggu, 15 Desember 2024 18:03 Wib
Bulog jamin stok beras di OKU Raya aman hingga Idul Fitri 2025
Kamis, 12 Desember 2024 16:11 Wib
Bulog Sumsel- Babel salurkan bantuan untuk 626.259 warga
Kamis, 5 Desember 2024 18:57 Wib
Pj Bupati OKI sebut serap beras petani dorong pertumbuhan ekonomi daerah
Rabu, 4 Desember 2024 7:21 Wib
Menyelamatkan gabah petani untuk kekuatan pangan nasional
Senin, 2 Desember 2024 7:25 Wib
Mentan yakini Indonesia bebas impor beras tahun 2025
Selasa, 26 November 2024 14:53 Wib