Pertaspi nilai Indonesia berpotensi kiblat kecantikan

id Pertaspi,industri kecantikan,kecantikan

Pertaspi nilai Indonesia berpotensi kiblat kecantikan

Ketua Umum Perkumpulan Ahli Tata Rias Semipermanen Indonesia (Pertaspi) Anggie Rassly (kiri) bersama Dewan Etik Pertaspi  I Putu Suprapta saat peresmian Pertaspi di kawasan Kemang, Jakarta, Kamis (15/9/2022) (ANTARA/Suci Nurhaliza)

Jakarta (ANTARA) - Perkumpulan Ahli Tata Rias Semipermanen Indonesia (Pertaspi) menilai Indonesia berpotensi untuk menjadi kiblat kecantikan dunia, mengikuti jejak negara-nagara Asia lainnya seperti Korea Selatan dan Jepang karena memiliki kekhasan sendiri.

"Kalau menurut saya, bisa sekali. Karena tingkat artistry-nya orang Indonesia itu sangat tinggi, baik dari art-nya, dari tampilannya. Makanya kelihatan banget kalau di luar negeri, dari jauh aja udah tahu kalau dia orang Indonesia karena gayanya yang khas itu," ujar Ketua Pertaspi Anggie Rassly saat bertemu media di Jakarta, Kamis.

Karena kekhasannya itu, menurut Anggie, orang Indonesia sebenarnya tak perlu bersusah payah untuk menciptakan ciri khas sebagaimana negara lain. Korea Selatan, misalnya, negara tersebut sukses menjadi pusat destinasi kecantikan karena semua orang di sana berbondong-bondong menciptakan hal tersebut.

Di sana satu negara berbondong-bondong untuk meng-create itu. "Kalau kita kan punya kekhasan sendiri, bisa sangat kelihatan karena begitu kayanya budaya kita," kata Anggie.

"Setiap ke konferensi luar negeri, kita selalu melihat mereka-mereka yang selalu dibilang master (kecantikan). Ternyata secara art, secara pengerjaannya, kita enggak kalah dari mereka. Tapi memang mereka sudah diwadahi dan di-support oleh negara untuk tampil di acara internasional, " imbuhnya.

Selain itu, Anggie juga melihat bahwa tak ada perbedaan yang signifikan antara penampilan para selebritas dengan orang biasa di Indonesia. Padahal di negara-negara lain, menurut dia, selebritas dengan orang biasa sangat terlihat jauh berbeda.

"Di luar negeri kan antara artis sama orang biasa itu jauh bedanya. Kalau di Indonesia, khususnya di Jakarta itu tipis banget. Sama menornya maksud saya," imbuh Anggie.



Untuk mengembangkan potensi yang menjanjikan itu, Anggie mengatakan bahwa Indonesia perlu belajar dari negara-negara yang kerap menjadi kiblat kecantikan di mana mereka selalu mendapatkan dukungan penuh baik dari negara maupun asosiasi.

"Jadi kebayang sekali kalau sudah punya banyak wadah yang bisa membina para pelaku industri kecantikan, kita pasti bisa bersaing juga di skala internasional," katanya.

Senada dengan Anggie, Dewan Etik Pertaspi I Putu Suprapta juga mengatakan hal serupa. Menurutnya, di sinilah peran Pertaspi untuk memastikan pertumbuhan industri kecantikan, dalam hal ini tata rias semipermanen, sehingga tak hanya mampu melayani pelanggan dalam negeri tapi juga dari luar negeri.

"Selain itu, kita juga harus bekerja sama dengan organisasi yang serupa di luar negeri supaya nanti kita bisa saling tukar informasi. Zaman sekarang kan eranya sudah tidak ada jarak ya," ujar Putu.

"Kemudian nanti kita menyiapkan standardisasinya bagaimana dan perangkat-perangkat apa saja. Saya yakin visi kita akan menuju ke sana," tutup dia.