IMI optimistis mobil listrik semakin digemari di Indonesia
Bogor (ANTARA) - Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo menyatakan optimistis mobil listrik akan semakin digemari oleh para pecinta otomotif di Indonesia karena sejalan dengan program pemerintah yang terus menggalakan program migrasi mobil berbahan bakar fosil (BBM) ke kendaraan listrik.
Menurut Bambang Soesatyo yang akrab disapa Bamsoet dalam keterangannya yang dikutip, Minggu, mengatakan, pengembangan kendaraan listrik di Indonesia sangat menjanjikan.
"Dalam "road map" pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai yang disusun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi sepeda motor listrik pada tahun 2030 diproyeksikan mencapai 13 juta unit, sedangkan mobil listrik mencapai 2,2 juta unit," kata Bamsoet.
Menurut dia, potensi pengembangan mobil listrik ini menjadi semakin cepat, salah satunya ditandai dengan keberhasilan penyelenggaraan balap mobil mobil listrik Formula E, di Jakarta International e-Prix Circuit, Ancil, Jakarta, pada Sabtu (4/6/2022).
"Penyelenggaraan balap mobil listrik ini berjalan aman dan lancar," katanya.
Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan, dan Keamanan, KADIN Indonesia ini juga menyatakan optimistis, penyelenggaraan balap mobil listrik ke depannya akan semakin digemari.
Menurut dia, Presiden Joko Widodo pun telah mengeluarkan regulasi guna mempercepat migrasi dari mobil berbahan bakar BBM ke kendaraan listrik.
Regulasi tersebut adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai pada 12 Agustus 2019.
Ketua MPR RI ini menjelaskan, penggunaan energi listrik sebagai pengganti BBM, akan mengurangi konsumsi BBM dan beban subsidi yang harus ditanggung negara.
"Selama tahun 2014-2019, jumlah subsidi BBM mencapai Rp 700 triliun. Di APBN 2021, subsidi untuk BBM jenis tertentu mencapai Rp16,6 triliun," katanya.
Bamsoet menambahkan, penggunaan kendaraan listrik juga menjadi salah satu solusi menekan ketergantungan impor BBM. Kebutuhan minyak mentah untuk BBM sekitar 1,3 juta barel per hari (bph), sedangkan Indonesia hanya bisa memproduksi setengahnya yakni sekitar 700 ribu bph.
"Pengembangan kendaraan listrik ini sekaligus memaksimalkan potensi sumber daya bahan baku baterai untuk kendaraan listrik," katanya.
Menurut dia, sejak 2018 Indonesia telah diakui sebagai raja nikel dunia dan diyakini menguasai hampir 30 persen atau sekitar 21 miliar ton cadangan dan sumberdaya nikel dunia.
Selain nikel, Indonesia juga kaya akan material komponen penting untuk industri baterai, antara lain 1,2 miliar ton aluminium, 51 miliar ton tembaga, dan 43 miliar ton mangan.
Menurut Bambang Soesatyo yang akrab disapa Bamsoet dalam keterangannya yang dikutip, Minggu, mengatakan, pengembangan kendaraan listrik di Indonesia sangat menjanjikan.
"Dalam "road map" pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai yang disusun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi sepeda motor listrik pada tahun 2030 diproyeksikan mencapai 13 juta unit, sedangkan mobil listrik mencapai 2,2 juta unit," kata Bamsoet.
Menurut dia, potensi pengembangan mobil listrik ini menjadi semakin cepat, salah satunya ditandai dengan keberhasilan penyelenggaraan balap mobil mobil listrik Formula E, di Jakarta International e-Prix Circuit, Ancil, Jakarta, pada Sabtu (4/6/2022).
"Penyelenggaraan balap mobil listrik ini berjalan aman dan lancar," katanya.
Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan, dan Keamanan, KADIN Indonesia ini juga menyatakan optimistis, penyelenggaraan balap mobil listrik ke depannya akan semakin digemari.
Menurut dia, Presiden Joko Widodo pun telah mengeluarkan regulasi guna mempercepat migrasi dari mobil berbahan bakar BBM ke kendaraan listrik.
Regulasi tersebut adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai pada 12 Agustus 2019.
Ketua MPR RI ini menjelaskan, penggunaan energi listrik sebagai pengganti BBM, akan mengurangi konsumsi BBM dan beban subsidi yang harus ditanggung negara.
"Selama tahun 2014-2019, jumlah subsidi BBM mencapai Rp 700 triliun. Di APBN 2021, subsidi untuk BBM jenis tertentu mencapai Rp16,6 triliun," katanya.
Bamsoet menambahkan, penggunaan kendaraan listrik juga menjadi salah satu solusi menekan ketergantungan impor BBM. Kebutuhan minyak mentah untuk BBM sekitar 1,3 juta barel per hari (bph), sedangkan Indonesia hanya bisa memproduksi setengahnya yakni sekitar 700 ribu bph.
"Pengembangan kendaraan listrik ini sekaligus memaksimalkan potensi sumber daya bahan baku baterai untuk kendaraan listrik," katanya.
Menurut dia, sejak 2018 Indonesia telah diakui sebagai raja nikel dunia dan diyakini menguasai hampir 30 persen atau sekitar 21 miliar ton cadangan dan sumberdaya nikel dunia.
Selain nikel, Indonesia juga kaya akan material komponen penting untuk industri baterai, antara lain 1,2 miliar ton aluminium, 51 miliar ton tembaga, dan 43 miliar ton mangan.