Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengkampanyekan "Asyik Memakai Batik" pada peringatan puncak Hari Batik Nasional di Yogyakarta, Rabu.
“Dalam berbagai kesempatan berkunjung ke berbagai daerah, oleh-oleh yang saya cari adalah kain batik lokal. Saya pun memiliki baju-baju batik dengan beragam jenis, misalnya batik Pekalongan, Yogyakarta, Solo, Lasem, Cirebon, atau Tasik. Terakhir, pada kunjungan ke Papua, saya juga menyempatkan diri mencari batik,” ujar Menperin.
Menperin mengajak masyarakat untuk have fun menggunakan batik, apalagi kini batik sangat fashionable untuk digunakan dalam berbagai acara atau kegiatan baik resmi maupun kasual.
“Harus dicamkan kalau memakai batik itu asyik, memakai batik itu keren. Sehingga ada makna dan manfaat besar dalam kebiasaan menggunakan batik, baik dari aspek fesyen, aspek sosial budaya, maupun aspek ekonomi,” ujar Agus Gumiwang melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, untuk menjadi market leader produk batik, banyak agenda yang bisa dilakukan, salah satunya melalui promosi. Dengan kerja sama intensif seluruh stakeholders, seperti Kadin Indonesia, Dekranas, Yayasan Batik Indonesia, dan para pelaku usaha, kita bisa mengeksplorasi promosi batik di kota-kota pusat mode dunia, seperti New York, Paris, dan London.
Apalagi batik Indonesia merupakan warisan budaya tak benda atau Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity yang telah diakui UNESCO pada 2021.
Menperin juga mengungkapkan perlu ada upaya serius untuk mempercepat proses regenerasi seni batik tulis. "Misalnya dengan menumbuhkan minat dan keterampilan generasi muda untuk terjun ke industri batik,” jelas Menperin.
Selama ini, lanjut dia, industri batik memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional, termasuk membuka lapangan kerja. Sektor ini telah menyerap tenaga kerja sebanyak 200 ribu orang dari 47 ribu unit usaha yang sebagian besar IKM yang tersebar di 101 sentra wilayah Indonesia.
“Industri batik kita mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan produknya telah diminati pasar global,” ungkapnya.
Kementerian Perindustrian mencatat, capaian ekspor batik pada tahun 2020 mencapai 532,7 juta dolar AS dan selama periode triwulan I tahun 2021 mampu menembus 157,8 juta dolar AS.
“Kami meyakini bahwa kelestarian batik sebagai budaya, bahkan sebagai identitas bangsa Indonesia, berhubungan sangat erat dengan kehadiran industri batik itu sendiri. Industri batik dalam negeri semakin berdaya saing dan mampu menghasilkan batik-batik yang diminati pasar, dengan harga yang terjangkau di setiap tingkatan pangsa pasar, serta dengan profit yang baik untuk pelaku usahanya,” papar Menperin.
Peringatan Hari Batik Nasional 2021 yang diselenggarakan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) di Yogyakarta juga menjadi menjadi wadah sinergi bersama bagi para pemangku kepentingan yang terkait dengan industri kerajinan dan batik untuk membangun industri kerajinan dan batik yang mandiri, berdaulat, maju, berdaya saing, berkeadilan, dan inklusif.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Doddy Rahadi menyampaikan rangkaian kegiatan Puncak Peringatan Hari Batik Nasional 2021 terdiri dari kegiatan diskusi virtual bertajuk Ngobrol Pagi Penuh Inspirasi (Ngoppi), workshop batik bagi penyandang disabilitas, Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik (SNIKB) 2021, serta penyelenggaraan Inkubator Bisnis “Innovating Jogja” 2021.
“Tujuan kegiatan ini untuk menjangkau stakeholders pembangunan industri kerajinan dan batik yang lebih luas, menyosialisasikan perkembangan industri batik saat ini dari berbagai aspek, dari pentingnya aspek budaya, pemanfaatan teknologi, kesiapan SDM, hingga pengelolaan limbah industri batik,” ujarnya.