Jabar tertarik beli jagung asal Banyuasin, didukung program Agrosolution Pusri
Kebutuhan jagung cukup tinggi, dan kita (Jabar) tidak mampu penuhi sendiri karena lahan sangat terbatas. Itulah saya datang ke Sumsel. Untuk tahap pertama, kami beli jagung dulu
Palembang (ANTARA) - Provinsi Jawa Barat tertarik membeli produksi jagung asal Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan untuk memenuhi kebutuhan sekitar 25.000 ton per bulan.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Palembang, Rabu, mengatakan, pembelian ini akan dilakukan BUMD PT Agro Jabar dengan difasilitasi oleh PT Pupuk Sriwidjaja yang memiliki program Agro Solution.
“Kebutuhan jagung cukup tinggi, dan kita (Jabar) tidak mampu penuhi sendiri karena lahan sangat terbatas. Itulah saya datang ke Sumsel. Untuk tahap pertama, kami beli jagung dulu,” kata Ridwan Kamil setelah menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara PT Agro Jabar, PT Pusri dan Pemkab Banyuasin.
Ia mengatakan nantinya Kabupaten Banyuasin yang memiliki potensi luas lahan akan mengembangkan tanaman jagungnya demi memenuhi kebutuhan Jabar itu.
Dalam proses ini, akan dikawal oleh PT Pusri yang memiliki program Agro Solution sehingga capaian produksi sesuai harapan karena dilakukan pemupukan dan teknologi pertanian dengan tepat.
Selain Sumsel, Ridwan Kamil juga tak membantah bahwa daerahnya juga mendapatkan tawaran serupa dari daerah lain, seperti Papua. Namun lantaran Sumsel ‘jemput bola’ maka Jabar juga merespon positif.
"Ke depan akan dilihat lagi seperti apa, bisa jadi tidak terbatas pada jagung, ada komoditas lain," kata dia.
Direktur Utama PT Pusri Tri Wahyudi Saleh mengatakan terjalinnya hubungan antara pemproduksi dan pembeli (off-taker) ini merupakan wujud nyata dari program Agro Solution.
“Di sinilah peran kami (Pusri), yakni membantu petani untuk langsung menemukan pembelinya,” kata Pusri.
Baca juga: Pemprov Sumsel gandeng PT Pusri ajak petani gunakan pupuk nonsubsidi
Baca juga: Pusri luncurkan Agro Solution dampingi petani tingkatkan produksi
Dalam kaitan ini, tentunya Pusri akan melakukan pengawalan mulai dari proses penanaman, pasca panen, hingga pemasaran setelah disepakati bahwa Banyuasin yang menyediakan SDM (petani) dan lahan pertaniannya.
Sementara itu, Bupati Banyuasin Askolani mengatakan adanya kolaborasi dari berbagai pihak ini semakin melecut semangat daerahnya untuk meningkatkan sektor pertanian.
Dengan luas baku sawah 183.000 Hektare atau menjadi yang terluas di wilayah Sumatera, tentunya Banyuasin menjadi daerah dengan keunggulan sendiri sebagai lumbung pangan di Tanah Air.
Apalagi saat ini Banyuasin sudah ditetapkan pemerintah sebagai lokasi program Food Estate (lumbung pangan baru multi komoditas).
“Saya sangat sepakat, untuk tahap awal produk jagung dulu. Karena kami sudah mendapatkan arahan dari penyuluh pertanian IPB yang mengatakan untuk IP300 (tanam ketiga) sebaiknya tanaman jagung karena cuaca kurang baik untuk padi,” kata dia.
Baca juga: Petani Banyuasin didorong tingkatkan produktivitas lahan sejalan dalam Food Estate
Baca juga: Mentan janjikan produksi petani daerah jalankan program "Food Estate" bisa diekspor
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Palembang, Rabu, mengatakan, pembelian ini akan dilakukan BUMD PT Agro Jabar dengan difasilitasi oleh PT Pupuk Sriwidjaja yang memiliki program Agro Solution.
“Kebutuhan jagung cukup tinggi, dan kita (Jabar) tidak mampu penuhi sendiri karena lahan sangat terbatas. Itulah saya datang ke Sumsel. Untuk tahap pertama, kami beli jagung dulu,” kata Ridwan Kamil setelah menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara PT Agro Jabar, PT Pusri dan Pemkab Banyuasin.
Ia mengatakan nantinya Kabupaten Banyuasin yang memiliki potensi luas lahan akan mengembangkan tanaman jagungnya demi memenuhi kebutuhan Jabar itu.
Dalam proses ini, akan dikawal oleh PT Pusri yang memiliki program Agro Solution sehingga capaian produksi sesuai harapan karena dilakukan pemupukan dan teknologi pertanian dengan tepat.
Selain Sumsel, Ridwan Kamil juga tak membantah bahwa daerahnya juga mendapatkan tawaran serupa dari daerah lain, seperti Papua. Namun lantaran Sumsel ‘jemput bola’ maka Jabar juga merespon positif.
"Ke depan akan dilihat lagi seperti apa, bisa jadi tidak terbatas pada jagung, ada komoditas lain," kata dia.
Direktur Utama PT Pusri Tri Wahyudi Saleh mengatakan terjalinnya hubungan antara pemproduksi dan pembeli (off-taker) ini merupakan wujud nyata dari program Agro Solution.
“Di sinilah peran kami (Pusri), yakni membantu petani untuk langsung menemukan pembelinya,” kata Pusri.
Baca juga: Pemprov Sumsel gandeng PT Pusri ajak petani gunakan pupuk nonsubsidi
Baca juga: Pusri luncurkan Agro Solution dampingi petani tingkatkan produksi
Dalam kaitan ini, tentunya Pusri akan melakukan pengawalan mulai dari proses penanaman, pasca panen, hingga pemasaran setelah disepakati bahwa Banyuasin yang menyediakan SDM (petani) dan lahan pertaniannya.
Sementara itu, Bupati Banyuasin Askolani mengatakan adanya kolaborasi dari berbagai pihak ini semakin melecut semangat daerahnya untuk meningkatkan sektor pertanian.
Dengan luas baku sawah 183.000 Hektare atau menjadi yang terluas di wilayah Sumatera, tentunya Banyuasin menjadi daerah dengan keunggulan sendiri sebagai lumbung pangan di Tanah Air.
Apalagi saat ini Banyuasin sudah ditetapkan pemerintah sebagai lokasi program Food Estate (lumbung pangan baru multi komoditas).
“Saya sangat sepakat, untuk tahap awal produk jagung dulu. Karena kami sudah mendapatkan arahan dari penyuluh pertanian IPB yang mengatakan untuk IP300 (tanam ketiga) sebaiknya tanaman jagung karena cuaca kurang baik untuk padi,” kata dia.
Baca juga: Petani Banyuasin didorong tingkatkan produktivitas lahan sejalan dalam Food Estate
Baca juga: Mentan janjikan produksi petani daerah jalankan program "Food Estate" bisa diekspor