Menkeu: SWF instrumen pelengkap pulihkan ekonomi RI
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) merupakan instrumen pelengkap dalam memulihkan ekonomi Indonesia dari dampak pandemi COVID-19.
“Berbagai langkah optimis dan strategis pemerintah seperti UU Cipta Kerja dan institusi SWF akan menjadi instrumen yang melengkapi bagi kita di dalam memulihkan ekonomi,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam acara 11th Kompas100 CEO Forum di Jakarta, Kamis.
Sri Mulyani menuturkan investasi merupakan salah satu aspek pendorong ekonomi yang sedang diupayakan pemerintah untuk dapat pulih selain konsumsi dan ekspor yang juga mengalami tekanan pada 2020.
Ia menyebutkan PSBB telah menyebabkan konsumsi mengalami penurunan sangat tajam hingga 5,6 persen sedangkan investasi lebih tertekan dengan kontraksi mencapai 8,6 persen pada kuartal II-2020.
Kemudian dengan perdagangan dunia yang melemah maka ekspor Indonesia turut mengalami kontraksi, bahkan hingga minus 11,7 pada kuartal II-2020 sehingga menyebabkan ekonomi menyentuh minus 5,32 persen pada kuartal tersebut.
“Ini lah hal yang masih perlu terus kita pulihkan baik konsumsi, investasi, dan ekspor,” ujar Sri Mulyani.
Oleh sebab itu, ia menegaskan pemerintah akan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan pendorong ekonomi secara tepat waktu, fleksibel, adaptif, transparan, dan akuntabel, sehingga menciptakan pemulihan yang cepat.
“Berbagai instrumen ini akan mampu menjadi pelengkap di dalam kita mendorong ekonomi dengan tetap meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian,” tegas Sri Mulyani.
“Berbagai langkah optimis dan strategis pemerintah seperti UU Cipta Kerja dan institusi SWF akan menjadi instrumen yang melengkapi bagi kita di dalam memulihkan ekonomi,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam acara 11th Kompas100 CEO Forum di Jakarta, Kamis.
Sri Mulyani menuturkan investasi merupakan salah satu aspek pendorong ekonomi yang sedang diupayakan pemerintah untuk dapat pulih selain konsumsi dan ekspor yang juga mengalami tekanan pada 2020.
Ia menyebutkan PSBB telah menyebabkan konsumsi mengalami penurunan sangat tajam hingga 5,6 persen sedangkan investasi lebih tertekan dengan kontraksi mencapai 8,6 persen pada kuartal II-2020.
Kemudian dengan perdagangan dunia yang melemah maka ekspor Indonesia turut mengalami kontraksi, bahkan hingga minus 11,7 pada kuartal II-2020 sehingga menyebabkan ekonomi menyentuh minus 5,32 persen pada kuartal tersebut.
“Ini lah hal yang masih perlu terus kita pulihkan baik konsumsi, investasi, dan ekspor,” ujar Sri Mulyani.
Oleh sebab itu, ia menegaskan pemerintah akan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan pendorong ekonomi secara tepat waktu, fleksibel, adaptif, transparan, dan akuntabel, sehingga menciptakan pemulihan yang cepat.
“Berbagai instrumen ini akan mampu menjadi pelengkap di dalam kita mendorong ekonomi dengan tetap meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian,” tegas Sri Mulyani.