Lebak (ANTARA) - Sejumlah perempuan di Kabupaten Lebak, Banten, tanpa kenal lelah dalam mempertahankan ekonomi keluarga dengan berjualan penganan keliling masuk kampung, keluar kampung, untuk mengatasi kemiskinan.
"Kita sudah puluhan tahun berjualan aneka makanan bisa menghidupi ekonomi keluarga," kata Mak Yayah (70), seorang perempuan warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Sabtu.
Selama ini ia mengaku belum pernah mengalami kesulitan ekonomi keluarga setelah suaminya meninggal sejak 20 tahun lalu. Mak Yayah berjualan kue keliling hingga kini dan mampu menanggung biaya hidup satu adik dan dua anak keponakan yang sudah yatim piatu.
Meski usia sudah udzur, namun ia masih kuat berjalan kaki dari pagi hingga siang dengan menempuh jarak kurang lebih 10 kilometer/hari sambil membawa beban seberat tujuh kilogram kue dagangannya.
Saat ini, kata dia, omzet pendapatan tidak terdampak wabah Virus Corona baru atau COVID-19. Bahkan selama wabah itu ia mengaku mendulang rezeki dan keuntungan.
Dalam sehari ia kini bisa membawa keuntungan sekitar Rp70.000, padahal biasanya hanya Rp40.000/hari.
"Saya kira meningkatnya keuntungan itu karena selama adanya wabah Corona masyarakat berada di rumah dan mereka membeli aneka makanan dengan jumlah banyak," ujar Mak Yayah.
Ia mengaku menjual aneka makanan itu milik orang lain, seperti kue bugis, papais, kue cincin, uli ketan, bala-bala, gegeplak, roti hingga nasi uduk dan telur.
Selama ini keuntungan yang didapati relatif baik hingga omzet pendapatan Rp250 ribu dan menghasilkan keuntungan Rp75 ribu atau sekitar 30 persen.
"Keuntungan itu bisa memenuhi ekonomi keluarga dengan membeli beras dan lauk pauk juga sisanya dikumpulkan untuk membayar kontrakan rumah/bulanan," katanya.
Begitu juga Mak Uni (60) pedagang kue keliling warga Sentral Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengaku bahwa dirinya berjualan ini untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, sebab memiliki tanggungan suami dan satu anak yang duduk dibangku SMK Rangkasbitung.
Ia menjual aneka penganan seperti dadar gulung, roket, uli, goreng pisang, bawan, papais, pais gurih, gandasturi dan gegeplak dengan menggunakan sepeda ontel.
Berbeda dengan Mak Yayah, Mak Uni menggunakan modal sendiri sekitar Rp400.000 untuk berjualan beragaman makanan tersebut dan menghasilkan keuntungan antara Rp70.000-90.000/hari.
"Dengan berjualan itu bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga," katanya.
Sementara itu Kepala Seksi Data dan Informasi Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Siti Samsiah mengatakan selama ini pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sangat didominasi kaum perempuan.
Ia memperkirakan jumlah kaum perempuan yang bergerak di bidang UMKM, termasuk berjualan keliling mencapai ribuan orang, termasuk penjual seperti sayuran, aneka makanan, lotek pecel, nasi uduk hingga rumah makan.
Selama ini pemerintah daerah mendorong pelaku UMKM yang sebagian besar dilakukan kaum perempuan itu terus berkembang untuk memperkuat perekonomian masyarakat di daerah itu.
"Kami mengapresiasi kaum perempuan itu tetap bangkit untuk memperkuat ekonomi keluarga agar kehidupan mereka sejahtera dan tidak miskin," kata Siti.
Tanpa kenal lelah berjualan keliling atasi kemiskinan
Keuntungan itu bisa memenuhi ekonomi keluarga dengan membeli beras dan lauk pauk juga sisanya dikumpulkan untuk membayar kontrakan rumah/bulanan