Penularan tifus-hepatitis A paling rentan dari penjaja makanan

id Tifus,Hepatitis A,Vaksinasi,Imunisasi,Prof Samsuridjal,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara hari ini, jembatan amp

Penularan tifus-hepatitis A paling rentan dari penjaja makanan

Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PB Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI (kiri) menjelaskan mengenai penularan tifoid dan hepatitis A di Jakarta, Sabtu (31/8/2019). (ANTARA/Aditya Ramadhan)

Jakarta (ANTARA) - Pakar menyebutkan penularan penyakit demam tifoid atau tifus dan hepatitis A yang bersumber dari virus dan bakteri paling rentan ditularkan dari penjaja makanan kepada masyarakat sebagai konsumen.

Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PB Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI mengatakan di Jakarta, Sabtu, penjaja makanan yang melakukan kontak langsung dengan makanan bisa menjadi rantai penularan penyakit tifoid dan Hepatitis A apabila tidak menjaga kebersihannya dengan benar.

"Peran penjamah makanan sangat penting untuk pencegahan transmisi penyakit melalui penerapan keamanan makanan yang sesuai standar," kata dia.

Demam tifoid dan hepatitis A sangat erat kaitannya dengan kualitas yang mendalam dari kebersihan individu dan sanitasi lingkungan, kebersihan perorangan dan penjamah makanan yang rendah, lingkungan yang kumuh, kebersihan tempat-tempat umum seperti di rumah makan dan restoran yang kurang, serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat.


Prof Samsuridjal dalam acara terkait vaksinasi di Jakarta menjelaskan pemberian imunisasi atau vaksinasi bagi penjamah makanan dapat dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan agar penjamah makanan tidak menjadi sumber infeksi.

"Pemberian imunisasi pada penjamah makanan penting dalam upaya pencegahan namun upaya keamanan makanan tetap harus dilaksanakan, seperti kebersihan dan sanitasi perorangan dan lingkungan, penerapan analisa bahaya dan titik kendali kritis serta upaya keamanan makanan lainnya," kata dia.

Di Indonesia penyakit tifus bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Dari telaah kasus di rumah sakit besar di Indonesia, dugaan kasus tifoid menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dan kematian antara 0,6-5 persen.

Demam tifoid disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. Penularan bakteri tersebut ke manusia melalui makanan dan atau minuman yang tercemar dengan feses manusia.

KLB tifoid dilaporkan terjadi di berbagai daerah misalnya pada tahun 2009 sejak Januari hingga Oktober sebanyak 2.700 kasus tifoid tercatat di Dinas Kesehatan Kota Pontianak. Jumlah kasus suspek demam tifoid di DIY pada tahun 2017 sebanyak 6,589 kasus dan pada tahun 2018 sebanyak 6,344 kasus.