Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan letusan freatik Gunung Tangkuban Parahu di Jawa Barat yang terjadi pada Jumat (26/7) pukul 15.48 WIB tidak memicu aktivitas Sesar Lembang.
"Gempa tektonik lazimnya disebabkan oleh interaksi antarlempeng tektonik atau aktivitas sesar aktif, bukan karena erupsi freatik gunung api," kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Sabtu.
Hal tersebut menjawab banyak pertanyaan dari masyarakat dan awak media kepada BMKG apakah meletusnya Gunung Tangkuban Parahu dapat memicu gempa tektonik Sesar Lembang.
Daryono menjelaskan letusan freatik adalah letusan yang tekanannya berasal dari pemanasan air tanah di bawah dasar kawah. Pemanasan yang konstan berlangsung di dasar kawah akan meningkatkan terbentuknya tekanan uap air yang kemudian meletup ke permukaan.
Letusan freatik adalah fenomena lokal, sementara jarak antara Gunung Tangkuban Parahu dengan Sesar Lembang sejauh 6,96 kilometer sehingga letusan itu tidak akan memengaruhi kondisi tektonik Sesar Lembang.
"Untuk itu kami mengimbau agar masyarakat Subang, Lembang, Bandung, dan sekitarnya tidak perlu cemas dan takut. Terkait Sesar Lembang, BMKG akan terus memonitor aktivitas seismiknya selama 24 jam selama tujuh hari secara terus menerus. Selanjutnya BMKG akan segera menginformasikan kepada masyarakat jika ada peningkatan aktivitas kegempaan Sesar Lembang," ujar dia.
Untuk mewaspadai dan mengantisipasi aktivitas Sesar Lembang, BMKG saat ini memonitor dengan sangat ketat kemunculan gempa mikro di sepanjang jalur sesar.
Untuk meningkatkan akurasi monitoring aktivitas sesar aktif di Provinsi Jawa Barat, BMKG akan merapatkan jaringan sensor gempa dengan memasang 22 sensor seismik baru pada 2019.
BMKG menjadikan Sesar Lembang sebagai salah satu prioritas monitoring aktivitas seismik di Indonesia karena potensinya cukup signifikan dan berdekatan dengan kota besar dengan permukiman padat.
Seperti diketahui letusan freatik Gunung Tangkuban Parahu terjadi pada Jumat 26 Juli 2019 pukul 15.48 WIB terekam dengan baik oleh sensor seismograph BMKG di Stasiun Seismik Lembang (LEM). Waktu tiba gelombang seismik tercatat pukul 15.50 WIB dengan durasi sekitar 4 menit.
Dampak letusan, selain hujan abu juga menciptakan rasa was-was masyarakat Subang, Lembang, dan Bandung, serta terganggunya aktivitas objek pariwisata primadona di Jawa Barat itu.
Berita Terkait
Gunung Tangkuban Parahu terpantau muntahkan asap solfatara
Minggu, 13 Februari 2022 6:44 Wib
Pedagang kembali salat hajat berjamaah berdoa Tangkuban Parahu normal
Sabtu, 7 September 2019 14:06 Wib
Polisi tutup kawasan Tangkuban Perahu tiga hari untuk wisatawan
Sabtu, 27 Juli 2019 20:03 Wib
Abu vulkanik pascaerupsi Tangkuban Parahu mulai dibersihkan
Sabtu, 27 Juli 2019 18:50 Wib
Hati-hati embusan gas vulkanik Tangkuban Parahu
Sabtu, 27 Juli 2019 12:23 Wib
Gunung Tangkuban Perahu berpotensi erupsi
Sabtu, 27 Juli 2019 10:24 Wib
ACT turunkan relawan evakuasi korban Gunung Tangkuban Perahu
Sabtu, 27 Juli 2019 0:10 Wib
Penerbangan normal pascaerupsi Gunung Tangkuban Perahu
Jumat, 26 Juli 2019 21:00 Wib