Mendambakan disiplin pengendara sepeda motor

id HUT DKI,Kemacetan,Sepeda motor

Mendambakan disiplin pengendara sepeda motor

Pengendara sepeda motor mencari jalan dengan melawan arus lalu lintas saat penutupan ruas jalan. (ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)

Dalam kondisi seperti itu tampak sekali membutuhkan kerja keras pihak-pihak terkait. Namun kerja keras belumlah cukup.
Jakarta (ANTARA) - Sepeda motor masih menjadi kendaraan andalan bagi banyak warga Jakarta dan sekitarnya dalam aktivitas sehari-hari.

Selain cepat, kendaraan jenis ini juga dinilai paling hemat untuk menjangkau seluruh lokasi. Dari jalan protokol, hingga jalan sempit dan gang di permukiman bisa ditembus dengan motor.

Bahkan untuk Jalan Sudirman-Thamrin yang sempat diberlakukan pelarangan bagi sepeda motor, sejak dua tahun terakhir diperbolehkan lagi. Dengan demikian, kini bisa dikatakan sedikit sekali--bahkan hampir tidak ada--lokasi yang tidak bisa dijangkau dengan sepeda motor.

Dengan sepeda motor, waktu tempuh bisa diperkirakan, walaupun hal itu sangat tergantung situasi lalu lintas. Yang jelas, dibanding jenis kendaraan lainnya, sepeda motor dipandang sebagai moda transportasi paling andal bagi banyak warga.

Dikatakan bisa paling cepat dan efektif dalam menjangkau lokasi yang ingin dituju, itu karena sepeda motor bisa menembus kemacetan di jalanan. Menyelip dan merayap di antara mobil yang terjebak macet, biasa terlihat dalam keseharian di Jakarta.

Kalau dikatakan bahwa sepeda motor paling efektif dan efisien, selain karena bisa untuk menembus stagnasi lalu lintas, juga dari sisi bahan bakar. Bahan bakar yang dibutuhkan untuk menjangkau satu lokasi dinilai lebih hemat dibanding kendaraan umum yang kadang harus ganti jenis moda transportasinya.

Bisa dikatakan bahwa menggunakan seoeda motor adalah cara paling efektif dan efisien dalam mencapai suatu tempat secara cepat dari sisi waktu. Tentu saja, menggunakan sepeda motor adalah cara berhemat waktu dan biaya.
 


Untuk jenis sepeda motor non "matic" bisa lebih hemat. Sedangkan untuk jenis "matic" memang agak lebih banyak membutuhkan bahan bakar, tapi daya pacunya untuk awal tarikan gas bisa lebih kencang dibanding "non matic" yang harus "oper gigi".



            Merajai
Tetapi apapun jenisnya, deru sepeda motor di DKI seperti berpacu menguasai jalanan. Karena jumlahnya banyak, akhir bukan hanya menguasai, tetapi juga merajai lalu lintas ibu kota.

Kalau mau bukti, lihat sendiri di setiap "traffic light". Lampu warna merah baru mau ke kuning, sepeda motor sudah merangsek. Lampu kuning mau ke merah--bahkan lampu merah sudah menyala--masih banyak diterabas.

Tapi harus diakui kadang dalam situasi kemacetan di "traffic light" atau lokasi lain, sepeda motor bisa berperan untuk "memotong" stagnasi lalu lintas. Tapi kadang harus diakui juga justru dianggap sebagai biang kesemrawutan.

Ini tampaknya soal disiplin dan budaya berlalulintas yang masih perlu terus ditegakkan dan ditegaskan.

Pengendara sepeda motor dikatakan menguasai dan merajai jalan ibu kota juga karena kenekatan. Nekad melanggar aturan!

Pada kawasan-kawasan tertentu kenekatan pengendara sepeda motor tampak nyata. Sebut saja di Jalan Matraman arah Salemba, "lawan arus" (contraflow) terlihat sehari-hari.

Begitu juga di dekat Stasiun Pondok Kopi, Jakarta Timur, tak sedikit pengendara motor yang melakukan "contraflow" ilegal untuk naik ke jembatan layang (fly over) arah Cakung dan Kantor Wali Kota Jaktim. Tak jarang hal itu menyebabkan lalu lintas dari arah Jatinegara tersendat.

Perilaku seperti itu selain ditunjukkan warga yang mengendarai sepeda motor, juga pengemu ojek, baik ojek daring (online) maupun ojek pangkalan (opang). Khusus untuk ojek daring hal ini sebenarnya perlu menjadi perhatian.

Kenaikan tarif ojek daring sejak bulan lalu perlu diimbangi dengan peningkatan disiplin berlalulintas. Bukan justru menjadi bagian dari rendahnya disiplin.
Baca juga: Pemudik gunakan kendaraan bermotor nekad bawa balita


             Penegakan Hukum
Menyoroti perilaku berlalu lintas di ibu kota, tidak lepas dari disiplin warganya. Disiplin dipengaruhi kesadaran warga dan penegakan hukum oleh pihak terkait.

Kalau melihat situasi keseharian, tampak jelas dan nyata bahwa polisi dan petugas dari Dinas Perhubungan sudah bekerja keras mengatasi persoalan. Pagi-pagi sudah di lapangan, bahkan di tengab cuaca hujan dan terik matahari.

Dari sisi kebijakan juga rutin dilakukan operasi. Dari Operasi Cipta Kondisi yang di dalamnya juga menyangkut hingga Operasi Ketupat dan operasi-operasi lainnya.

Dalam setiap periode operasi lalu lintas terjaring puluhan ribu pelanggar. Sanksinya, dari teguran hingga tilang.

Tetapi pembenahan persoalan lalu lintas di DKI tidak semudah yang dibayangkan. Banyak pengguna jalan dan beragamnya moda transportasi di jalan yang terbatas serta disiplin warga adalah inti kompleksitas lalu lintas di ibu kota.

Dalam kondisi seperti itu tampak sekali membutuhkan kerja keras pihak-pihak terkait. Namun kerja keras belumlah cukup.

Ke depan penanganan persoalannya membutuhkan inovasi-inovasi. Selain --tentu saja--penegakan aturan dan sosialisasi yang terus-menerus untuk menggugah kesadaran dan disiplin pengguna jalan.

Salah satunya adalah sosialisasi bahwa sepeda motor harus berada di jalur kiri. Upaya mengingatkan pemotor sebenarnya sudah banyak dilakukan, baik secara langsung maupun melalui tulisan di jalan.

Pada ruas-ruas tertentu--sebut saja di Jalan Sudirman-Thamrin--tertera tulisan "Motor" berwarna kuning atau merah marun di aspal jalan. Itu mengingatkan bahwa sepeda motor harus berada di jalur arau lajur paling kiri.

Kalau aturan lebih ditegakkan dan pengendara motor juga dengan kesadarannya menunjukkan disiplin menggunakan jalurnya di semua ruas jalan, tak mustahil kesemrawutan lalu lintas secara bertahap akan teratasi.

Pembatas
Pemasangan pembatas khusus untuk sepeda motor pernah diberlakukan beberapa tahun lalu di ruas Cawang Atas hingga Tebet/Kuningan. Meski hanya menggunakan tali untuk menghubungkan "traffic cone" (kerucut pembatas) banyak pengendara merasakan lalu lintas lebih lancar.

Tetapi pemasangan "traffic cone" sepanjang beberapa kilometer itu hanya beberapa bulan. Yang lebih memprihatinkan, selepas "traffic cone", pemotor kembali "buyar" ke jalur tengah sehingga kembali macet panjang di "traffic light" Kuningan.

Ke depan, untuk menggugah kesadaran dan disiplin pemotor, selain dengan sosialisasi juga penegakan aturan. Pemotor yang tidak di jalur atau lajur kiri harus kena tilang dengan denda nominal tertentu.

Penindakan ini merupakan langkah untuk menggugah kesadaran dan disiplin. Cara ini diyakini akan efektif dan efisien dibanding dengan memasang "traffic cone" atau pembatas khusus untuk jalur sepeda motor.

Kalau kesadaran dan disiplin pengemudi sepeda motor berada di jalur atau lajur paling kiri terwujud, diyakini satu persoalan lalu linras di DKI Jakarta dapat di atasi. Tuntasnya satu persoalan ini akan sangat berdampak kepada situasi lalu lintas ibu kota.

Dengan demikian, ke depan "Wajah Baru Jakarta" sebagai tema HUT ke-492 DKI Jakarta tahun 2019 ini bukan sekedar slogan pada papan nama dan spanduk kemeriahan acara, tetapi benar-benar terwujud.

Baca juga: Usai pawai takbiran, remaja balapan liar di jalan umum
Baca juga: Perhatikan ini agar ban "tubeless" sepeda motor awet