Apa rasanya bila seseorang sedang berenang di perairan laut dalam dekat pesisir, lalu dikagetkan oleh kehadiran ikan terbesar di dunia yang tiba-tiba muncul tepat dari bawah air?
Bagi orang yang pertama kali mengalaminya, tak dimungkiri adrenalin pasti terpacu.
Hiu paus dengan kepala yang besar dan mulut lebar menghampiri orang dalam posisi berhadap-hadapan. Meski ikan ini ompong dan hanya memakan plankton atau ikan-ikan kecil lainnya, tak bisa disangkal bahwa rasanya nyali menciut untuk sesaat, namun perasaan luar biasa membuncah setelahnya.
Setelah beberapa kali mendapati pengalaman itu, hati mulai bisa lebih tenang karena memang hiu paus adalah ikan besar yang jinak. Ia sama sekali tidak akan menyakiti manusia, bahkan sebaliknya malah bersikap seperti anak kucing yang selalu ingin mengajak bermain.
Itu terbukti kala hiu paus yang berada di perairan pesisir Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo dengan lembut menyundul pinggul wisatawan yang berenang, seakan mengajak bercanda.
Tidak perlu panik. Tenangkanlah pikiran dan selalu ingat bahwa ia tidak akan menyakiti. Berenanglah dengan rileks, ikuti gerak lembutnya yang perlahan, maka orang yang sedang berenang akan satu irama dengan hiu paus.
Jika itu belum cukup, bagaimana dengan berenang bersama sekelompok hiu paus yang jumlahnya bisa dua, empat, enam, atau delapan ekor sekaligus. Menakjubkan!
Hiu paus yang memiliki nama latin Rhincodon typus ini habitatnya di perairan tropis yang beriklim hangat. Sebagai hewan yang suka bermigrasi, hiu paus mengembara dari satu wilayah ke wilayah lain sepanjang samudra tropis.
Tak sedikit lokasi perairan di Indonesa bisa untuk menjumpai hiu paus. Di Desa Botubarani di Gorontalo, hanya dua menit naik perahu dayung dari pesisir, orang sudah dapat menemui ikan yang bisa tumbuh seukuran bus ini.
Begitu dekat. Tempat yang hanya berjarak 10-15 meter dari pesisir Desa Botubarani merupakan palung nan dalam.
Desa Botubarani tidak jauh dari pusat kota. Hanya perlu menempuh waktu sekitar 30 menit dari Kota Gorontalo untuk mencapai titik wisata hiu paus di Botubarani.
Cukup rogoh kocek Rp75 ribu untuk menyewa perahu yang muat dinaiki tiga orang. Harga itu sudah mencakup tiket masuk. Jika ingin berenang bersama ikan yang punya nama lain hiu bintang itu juga disediakan penyewaan alat snorkling dan kaki katak seharga Rp50 ribu.
Bagi yang ingin menyelam lebih dalam demi melihat hiu paus lebih intim lagi, juga disediakan perlengkapan menyelam yang dipatok Rp450 ribu.
Perahu kayu bercadik untuk menuju lokasi hiu paus hanya menggunakan dayung, tidak boleh menggunakan mesin karena baling-balingnya dikhawatirkan bisa melukai si ikan yang di dalam bahasa Jawa disebut geger lintang itu.
Tak perlu waktu lama untuk sampai lokasi. Saat perahu berhenti, masyarakat lokal yang memandu memukul-mukul lambung perahu dan menepuk-nepuk permukaan air untuk memanggil para hiu jinak.
Tak berapa lama serta merta kepala ikan besar berwarna hitam keabu-abuan dengan bintik-bintik putih muncul ke permukaan air, tepat di dekat lambung perahu. Dia membuka mulutnya lebar-lebar berharap makanan berupa kepala dan kulit udang yang telah disiapkan.
Hiu paus bisa berlama-lama membuka mulutnya di dekat perahu. Cukup waktu bagi para wisatawan untuk berswafoto bersama dia.
Jika air laut sedang jernih, kepala sampai ekor hiu paus bisa terlihat dengan jelas hanya dari atas permukaan air. Tapi terjun ke laut dan berenang bersama mereka akan membuka sudut pandang lebih jelas betapa besarnya hiu paus tersebut.
Ramai
Wisata hiu paus mulai dibuka secara resmi untuk umum oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo sejak April 2016. Sejak saat itu, wisata hiu paus mulai ramai dikunjungi turis lokal dan mancanegara.
Nelayan Desa Botubarani mengatakan hiu paus sudah sejak lama terlihat di perairan Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.
Cerita dari Staf Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo Fahmi Ihsan, pada masa lalu terdapat pabrik pengolahan ikan beku di Desa Botubarani yang kerap membuang limbah, seperti kulit udang, kepala udang, dan lainnya ke laut.
Limbah ikan tersebut menjadi kelimpahan makanan untuk kawanan hiu paus. Selain itu juga perairan Botubarani menjadi subur akan plankton. Itulah dugaan kuat mengapa kawanan hiu paus terlihat muncul, bahkan menetap di Botubarani.
Kini pabrik pengolahan ikan itu tutup dan berpindah tempat. Hiu paus di Gorontalo sempat dikabarkan pergi hingga beberapa saat namun kembali lagi setelah masyarakat sekitar membawa kulit dan kepala udang dari pabrik yang pindah.
Tidak sepanjang tahun kawanan hiu paus menetap di perairan Botubarani dan bermain-main di pesisir.
Berdasarkan catatan harian kemunculan hiu paus, biasanya kawanan ikan raksasa itu hadir pada periode Mei hingga Agustus. Meski jadwal tersebut tidak bisa menjadi patokan secara pasti.
Hiu paus adalah hewan laut yang memiliki perilaku bermigrasi mencari perairan yang lebih hangat, menyukai iklim yang berangin, dan tentunya tempat yang lebih berlimpah makanan.
Berdasarkan catatan kemunculan hiu paus pada 2018, paling banyak hiu itu datang hingga delapan ekor. Rata-rata kemunculan hiu paus sejak Mei hingga pertengahan Juli 2018 sebanyak empat individu per harinya.
Terkadang munculnya hiu paus juga diiringi oleh kawanan lumba-lumba hingga lebih dari 10 ekor. Tapi yang juga patut diwaspadai adalah munculnya orca atau paus pembunuh di perairan Botubarani.
Kendati demikian, lokasi kemunculan paus dalam film "Free Willy" itu hampir di batas lepas pantai. Jauh dari lokasi wisata hiu paus di pesisir. Sepanjang tahun ini, paus pembunuh itu sudah tiga kali muncul dengan jumlah sampai tiga ekor.
Ukuran hiu paus di Botubarani berbeda-beda satu dengan lainnya. Bima, hiu paus paling besar dengan panjang sekitar sembilan meter, sedangkan Sherli berukuran lebih kecil yang panjangnya sekitar tinggi tiga orang dewasa.
Namun betapa teriris rasanya hati ketika melihat luka-luka di sekitar bibir Sherli yang disebut pemandu kapal sebagai "sariawan". Jika diamati secara saksama, ada beberapa luka lain di tubuh Sherli mulai dari punggung hingga perut bagian samping.
Agus, salah seorang pemandu wisata hiu paus, mengatakan luka-luka yang didapati Sherli karena menabrak kapal kayu. Hewan ini memang tidak menyakiti akan tetapi sangat rentan tersakiti.
Oleh karena itu, ada aturannya bila ingin berenang bersama geger lintang.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo telah menetapkan beberapa aturan mulai dari perahu yang dibatasi, wisatawan yang menyelam dan snorkeling hanya sebatas tujuh orang, serta durasinya hanya sekitar 15-60 menit.
Wisatawan yang berenang atau di atas perahu dilarang keras menyentuh hiu paus, apalagi menunggangi hiu paus dengan berpegangan pada siripnya. Bagi yang mengambil foto juga dilarang menggunakan cahaya kilat pada kamera.
Namun, aturan-aturan yang sudah ada masih saja diabaikan oleh wisatawan dan masyarakat lokal yang mengelola.
Jika pengunjung ramai, ramai pula perahu-perahu yang berada di atas perairan tempat hiu paus muncul.
Wisatawan yang turun ke air juga bisa beramai-ramai, menyentuhnya, bahkan menunggangi hiu paus.
Badan Konservasi Dunia (IUCN) memasukkan populasi hiu paus dalam kategori rentan (vulenrable). Tidak jarang tersiar berita tentang hiu paus yang terdampar di pesisir atau bahkan tidak sengaja terjaring nelayan di seluruh wilayah Indonesia.
Apalagi praktik penangkapan hiu oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk diambil siripnya sebagai santapan, masih terjadi hingga saat ini.
Fenomena kemunculan hiu paus di Botubarani, Gorontalo memang menyedot perhatian banyak orang.
Ribuan wisatawan dalam negeri maupun mancanegara berdatangan untuk melihat hiu paus dari dekat. Ekonomi masyarakat setempat pun ikut terdongkrak saking banyaknya pengunjung.
Namun, manusia jangan melukai keindahan satwa terbesar di golongan ikan ini. Apapun alasannya, jangan sampai kegiatan ekonomi dan wisata menyakiti hiu paus di Botubarani. (T.A071)