Teknologi larva kurangi sampah orgnik

id samaph organik,berita sumsel,berita palembang,larva,pemakan samph,tpa,tempat pembungan sampah,rumah kompos,sampah organik

Teknologi larva kurangi sampah orgnik

Arsip- Petugas mengendalikan alat berat untuk memindahkan sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) . (ANTARA News Sumsel/Feny Selly/Ang/18)

Surabaya (ANTARA News Sumsel) - Pemerintah Kota Surabaya menjajaki penggunaan  teknologi larva atau ulat untuk mengurangi sampah organik yang setiap hari volumenya terus bertambah.

Sekretaris Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya, Adtya Wasita, di Surabaya, Rabu, mengatakan penerapan teknologi tersebut dengan menjadikan sampah organik sebagai makanan larva.

"Sampah organik dari rumah tangga dan pasar nanti akan dimakan larva. Prosesnya akan dihentikan sebelum larva tersebut menjadi lalat," katanya.

Menurut dia, untuk mendatangkan teknologi tersebut, pihaknya akan bekerja sama dengan Pemerintah Swiss. Sebenarnya, lanjut dia, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sudah bekerja sama dengan Pemerintah Swiss.

"Jadi kami tinggal menindaklanjutinya," ujarnya.

Aditya mengatakan penggunaan teknologi larva akan dilakukan di sejumlah rumah kompos karena dari  26 rumah kompos yang ada ukurannya berbeda.

"Sebenarnya tak membutuhkan ruang yang besar. Tapi, diharapkan nanti dari beberapa rumah kompos, ada tempat untuk itu (tehnologi larva)," katanya.

Ia mengatakan pemanfaatan teknologi larva dalam pengelolaan sampah bertujuan untuk mengurangi volume sampah. Berdasarkan data yang dimiliki dinas kebersihan, tiap hari jumlah sampah yang dihasilkan mencapai 1.500 ton.

Dari jumlah itu, lanjut dia, sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Benowo sekitar sekitar 300-600 ton. "Sebenarnya sampah yang terkurangi selama ini sudah lumayan, sekitar 40 persen," kata Aditya.

Adiyta menyebutkan, hasil pengelolaan sampah dengan tehnologi larva bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, semisal ikan, ayam dan sebagainya. Ia berharapp, adopsi tehnologi larva bisa direalisasikan tahun ini.

"Saat ini, memang kami belum melakukan MoU dengan Pemerintah Swiss. Tapi kami sudah menjalin komunikasi dengan Swiss," katanya.
(T.A052/B. Situmorang)