52 film Indonesia diputar di Europalia

id film, Festival Seni Europalia, Hilmar Farid, festival film, Kemendikbud, Opera Jawa, Garin Nugroho, Ismail Basbeth, Saur Sepuh

52 film Indonesia diputar di Europalia

Ilustrasi (ANTARA Sumsel/Grafis/Aw)

Jakarta (ANTARA Sumsel) -  Sebanyak 52 film Indonesia diputar di Europalia Arts Festival atau Festival Seni Europalia 2017 di Brussels, Belgia.

Pemutaran film Indonesia di Eropa merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian kegiatan Indonesia sebagai negara tamu di Festival Seni Europalia 2017 yang berlangsung pada Oktober 2017 hingga Januari 2018.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, pemilihan film-film yang diputar di Europalia menjadi kewenangan penuh para kurator yang dipilih Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

"Jadi yang menentukan kurator adalah administator (Kemendikbud). Lalu kurator punya kewenangan penuh. Pendapat pejabat justru tidak didengarkan. Dalam pelaksanaan kegiatan kesenian secara umum prinsip ini sudah kita pegang. Tidak perlu mengikuti selera administrator,¿ kata Hilmar saat Diskusi Film bertajuk Dari Ide ke Europalia: Proses Kreatif Karya Film di Jakarta, Rabu.

Menurut Hilmar, prinsip tersebut harus dipegang agar dunia kreatif atau dunia kesenian bisa berkembang penuh.

Namun dia menegaskan, prinsip memberikan kewenangan dalam proses kuratorial tetap harus disertai dukungan atau pendampingan dari pemerintah.  

Pemerintah memberikan dukungan penting yang sifatnya kelembagaan,¿ kata dia.

Film panjang yang akan diputar di Festival Seni Europalia antara lain Opera Jawa oleh Garin Nugroho, Laskar Pelangi oleh Riri Riza, Ziarah oleh BW Purbanegara, Istirahatlah Kata-Kata oleh Yosep Anggi Noen dan Mencari Hilal oleh Ismail Basbeth.

Kemudian film dokumenter yang akan hadir di Europalia antara lain Banda oleh Jay Subijakto, Sang Penari oleh Vicky Hendri Kurniawan, dan Calalai oleh Kiki Febriyanti. Sementara film pendek Indonesia yang terpilih antara lain Sendiri Diana Sendiri oleh Kamila Andini, Pingitan oleh Orizon Astonia, dan Maryam oleh Sidi Saleh.

Beberapa pertimbangan kurator dalam memilih film Indonesia yang diputar di Festival Seni Europalia antara lain mengangkat isu patrialisme, mengkritik tatanan sosial, kompleksitas kehidupan yang beragam, dan merayakan kebebasan bermimpi di kalangan anak-anak.

Kemudian dalam konteks sejarah, ada tiga film klasik Indonesia yang sudah direstorasi dan akan diputar juga di Europalia, yakni Tiga Dara (Usmar Ismail, 1956), Saur Sepuh (Imam Tantowi, 1986), dan Titian Rambut Dibelah Tujuh (Chaerul Umam, 1982).

Pemutaran dan diskusi film Indonesia akan digelar pada tanggal 9 sampai dengan 23 Januari 2017 di Festival Seni Europalia di Museum Bozar dan Gedung Sinema Vendome di Brussels, Belgia. Film-film yang akan diputar tersebut terdiri dari 30 film panjang, 12 film dokumenter, dan 10 film pendek. Ke-52 film tersebut merupakan film-film terpilih yang mencakup berbagai aspek dan pencapaian penting, baik dari segi politik, ekonomi, maupun isu sosial yang terkait perfilman Indonesia.