Perluasan pasar Pusri terkendala pelabuhan

id pasar pupuk, pupuk, pabrik pupuk, perluasan pasar pupuk, pusri

Perluasan pasar Pusri terkendala pelabuhan

Foto udara arial pabrik PT Pupuk Sriwidjaja (pusri) Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (03/08). (ANTARA Sumsel News/Nova Wahyudi/dol/17 )

...Kapasitas pelabuhannya sebenarnya besar yakni bisa untuk mengangkut produksi kami sekitar 4,5 juta ton pupuk per tahun. Hanya saja, peralatan bongkar muatnya yang kurang...
Palembang (ANTARA Sumsel ) - Perluasan pasar produk pupuk yang dihasilkan PT Pupuk Sriwidjaja, Palembang, hingga kini masih terkendala kurang memadainya infrastruktur Pelabuhan Boom Baru.

Direktur PT Pusri Mulyono Prawiro di Palembang, Rabu, mengatakan, persoalan terletak pada keterbatasan peralatan bongkar muat di pelabuhan yang berada di tengah Kota Palembang itu.

"Kapasitas pelabuhannya sebenarnya besar yakni bisa untuk mengangkut produksi kami sekitar 4,5 juta ton pupuk per tahun. Hanya saja, peralatan bongkar muatnya yang kurang, sehingga mau tidak mau membuat proses menjadi lambat," kata Mulyono.

Tak hanya terbatas pada infastruktur pelabuhan, Pusri yang telah menyerahkan pengiriman barang ini ke Pupuk Indonesia Logistik juga dihadapkan persoalan pendangkalan Sungai Musi.

Saat ini kapal jenis baru hanya bisa mengangkut 10.000 ton, sementara kapal jenis lama hanya bisa 5.000-6.000 ton. "Jelas ini menurunkan daya saing kami, padahal jika ada pelabuhan yang bagus maka pupuk seberat 30.000 ton bisa sekali angkut saja," kata dia.

Oleh karena itu, Mulyono sangat mengharapkan Pelabuhan Tanjung Carat di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api, Banyuasin, segera beroperasi.

Hal ini untuk menunjang program perusahaan yang ingin memperluas pasar serta mempercepat proses pengiriman.

Sejauh ini, Pusri mengirimkan pupuk nonsubsidi ke Jateng, Kalbar, Lampung, Sumsel, Babel, Sumut, Bengkulu, Riau dan Sumbar, sedangkan untuk pupuk subsidi ke Jateng, Kalbar, Lampung, Babel dan Sumsel.

Selain itu, Pusri juga rutin mengekspor urea ke sejumlah negara Asia Tenggara, salah satunya ke Philifina karena negara ini tidak memiliki pupuk dengan total pengiriman berkisar 50.000-150.000 ton per tahun.

"Pusri ingin meningatkan daya saing yakni bagaimana menghasilkan produk pupuk berkualitas dan berharga murah. Untuk itu perlu dilakukan pembenahan, baik internal maupun eksternal," kata dia.

Dalam program meningkatkan daya saing itu, Pusri kini merambah bisnis penjualan pupuk majemuk NPK dengan membangun dua pabrik yakni Pabrik NPK Fusion I dan Pabrik NPK Fusion II dengan kapasitas produksi masing-masing sekitar 100.000 ton per tahun.

Selain itu, Pusri juga berencana merevitalisasi Pabrik Pusri III dan Pusri IV seperti halnya program revitalisasi Pusri II menjadi Pusri 2B. Lalu sesuai visi Pusri Jaya 2030, maka perusahaan akan menjadi perusahaan agro industri yang menghasilkan sejumlah produk turunan kelapa sawit dan lainnya.

Hanya saja untuk meningkatkan daya saing ini, Pusri masih dihadapkan sejumlah tantangan. Seperti diketahui bahwa bisnis pupuk urea sangat tergantung dengan harga gas, sementara harga gas industri masih dikisaran sekitar 6 dolar AS per MMBTU. Sedangkan di sisi lain, para pesaing sudah gas dengan harga 4 dolar AS per MMBTU

Di sisi lain, produksi pupuk urea di pasaran internasional juga melebihi permintaan sehingga peluang untuk merambah ke pasar luar negeri juga menjadi kecil.

"Untuk pabrik pupuk urea, sedapat mungkin menekan efisiensi supaya harga pupuk masih bisa bersaing. Caranya kami juga menggunakan batu bara untuk mengurangi cost biaya produksi. Selain itu, kami mulai membesarkan produk NPK karena pemerintah juga ingin meningkatkan ketahanan pangan," kata dia.