Jakarta (ANTARA Sumsel) - Direktur Jenderal Informasi Komunikasi
Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Rositasari Niken
Widyastuti mengatakan masyarakat memerlukan literasi media sosial
sehingga penggunaan media sosial jauh lebih sehat.
"Perlu adanya
proses literasi media sosial ke seluruh lapisan masyarakat, baik itu
pelajar dan mahasiswa maupun masyarakat umum, sehingga media sosial yang
kita pakai jauh lebih sehat dengan konten-konten positif yang membawa
manfaat bukan saja bagi kita sendiri, tetapi juga bagi komunitas dan
lebih dari itu bermanfaat bagi bangsa dan negara," ujar Niken di
Jakarta, Jumat.
Media sosial saat ini penuh dengan kebencian berdasarkan SARA, dan konten-konten negatif lainnya.
Menurut
dia, internet ibarat pisau bermata dua, karena memungkinkan masyarakat
berkomunikasi dan berinteraksi secara cepat, namun di sisi lain media
sosial juga membawa dampak negatif untuk menyebarkan informasi hoax,
ujaran kebencian, pemutarbalikan fakta, provokasi, serta hal-hal yang
berkaitan dengan SARA, terorisme, dan sebagainya.
"Repotnya lagi
masyarakat kita belum dibekali dengan informasi yang cukup untuk
menangkal informasi-informasi seperti ini, tidak ada proses cek dan
ricek, bahkan cenderung cepat-cepat menyebarkan. Ini yang tidak boleh
terjadi lagi, sehingga literasi media sosial itu sangat penting kita
gaungkan ke masyarakat," ujarnya.
Sejauh ini, kata dia,
pemerintah dalam hal ini Kominfo sudah bekerja sama dengan lebih dari
100 perguruan tinggi di seluruh Indonesia untuk melakukan literasi media
sosial di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Menteri Kominfo juga
giat melakukan kunjungan ke pimpinan-pimpinan agama melalui MUI, NU,
Muhammadiyah, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persatuan
Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Parisada Hindu Dharma, dan Walubi.
"Melalui
pimpinan agama-agama ini kita bekerja sama untuk menyelanggarakan
literasi media sosial kepada pemuda-pemudi di masing-masing kelompok
agama," ujar Niken.
Dalam upaya literasi media sosial tersebut,
pemerintah juga membangun kerja sama dengan Komisi I DPR menggalakkan
literasi media sosial kepada masyarakat umum dengan
pendekatan-pendekatan budaya.
Direktur Pemberitaan
Metrotvnews.com Abdul Kohar yang menambahkan bahwa di tengah arus deras
informasi yang diterima masyarakat, media arus utama memiliki peran
untuk menjadi rujukan apakah suatu informasi layak dipercaya atau tidak.
Pendiri
Good News From Indonensia (GNFI) Akhyari Hananto mengatakan masyarakat
dapat menangkal kabar bohong dengan tidak ikut membuat viral kabar itu.
"Indonesia
memiliki banyak hal positif yang harus diberitakan, budayanya, adat
istiadat dan keindahan alamnya yang sangat luar biasa. Ini adalah
gerakan positif yang harus kita bangun. Memberitakan banyak hal positif,
akan membangkitkan harapan," kata Akhyari.
Berita Terkait
Dokter FKUI sarankan ubah posisi tidur jika asam lambung naik
Kamis, 18 November 2021 11:11 Wib
Akademisi: Penyandang disabilitas 10 kali lebih rentan alami kejahatan
Sabtu, 6 November 2021 18:14 Wib
Pakar minta ada evaluasi regulasi mengenai prediksi bibit ayam petelur
Sabtu, 26 Desember 2020 21:51 Wib
Kominfo yakin Palapa Ring rampung sebelum HUT RI
Jumat, 12 Juli 2019 13:26 Wib
Dirjen Kemenkominfo harapkan masyarakat harus cerdas gunakan internet
Sabtu, 8 Juni 2019 15:37 Wib
Tren hoaks meningkat jelang Pemilu 2019
Selasa, 9 April 2019 17:38 Wib
Kemenkominfo dorong masyarakat miliki kewaspadaan bencana
Senin, 5 Maret 2018 15:53 Wib
Penyebaran berita hoaks 92 persen dari media sosial
Jumat, 9 Februari 2018 10:09 Wib