Jakarta (ANTARA Sumsel) - Puluhan pengusaha muda Indonesia yang bergerak di bidang makanan, jamu, dan obat-obatan menjajaki peluang ekspor komoditas tersebut ke pasar Australia, termasuk melalui program pertemuan antarpengusaha kedua negara.
Langkah ini dilakukan pengusaha sambil menimba ilmu di Negara Kangguru selama 2 minggu di tiga kota utama di Australia, yakni Adelaide, Canberra, dan Sydney, demikian siaran pers KBRI Canberra yang diterima di Jakarta, Minggu.
Australia menjadi sumber rujukan yang penting mengingat negara ini selama ini dikenal memiliki tingkat persyaratan dan standar keamanan makanan dan obat-obatan yang sangat tinggi.
Dengan kegiatan langsung itu, para pengusaha muda Indonesia diharapkan dapat melihat peluang sekaligus tantangan maupun pekerjaan rumah di dalam negeri yang harus dituntaskan jika ingin masuk ke pasar Australia.
Duta Besar RI untuk Australia Y. Kristiarto S. Legowo mengatakan bahwa kunjungan pengusaha muda Indonesia ke Australia ini adalah wujud dari upaya memanfaatkan langkah awal dari Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif kedua negara yang ditargetkan akan rampung pada akhir tahun ini.
Sebagai salah satu sektor yang sedang dibahas dalam perjanjian yang dikenal dengan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang telah melewati putaran kedelapan ini, langkah pengusaha muda Indonesia untuk mempelajari secara perinci regulasi dan standarisasi pemerintah Australia di bidang makanan, jamu dan obat-obatan perlu terus didorong dan didukung, kata Dubes Kristiarto.
Terlebih lagi, menurut Dubes, salah satu rujukan utama dalam perundingan IACEPA adalah tentang pentingnya produk dan standar berkualitas tinggi yang akan diperdagangkan oleh kedua negara.
Salah satu pengusaha yang ikut, yakni Victor Ringo-ringo dari Graha Farmasi yang berbasis di Solo, menyatakan bahwa pihaknya sangat berharap dapat meraih manfaat nyata dari perundingan IACEPA, khususnya dalam bentuk akses pasar yang lebih terbuka ke Australia.
Hal itu dapat terwujud jika kedua negara sudah memiliki saling pengakuan dari produk yang diperdagangkan, katanya.
Lawrie Stanford dari Universitas Adelaide yang mendampingi para pengusaha Indonesia tersebut menilai bahwa kunjungan ke Australia ini sebagai landasan yang bagus bagi perundingan IACEPA sehingga diharapkan dapat segera diselesaikan oleh kedua negara.
Ditambahkan oleh Stanford bahwa standar keamanan makanan dan obat-obatan yang sangat tinggi yang diterapkan oleh emerintah Australia adalah demi kepentingan konsumen.
Kunjungan para pengusaha muda Indonesia selama 2 minggu yang disertai sejumlah pejabat dari Kementerian Perencanaan Pembangunan/Bappenas, Kementerian Perdagangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan Kementerian Perindustrian ini difasilitasi oleh Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia.