Jakarta (ANTARA Sumsel) - Massa dari dalam maupun luar Jakarta, Jumat pagi hingga siang mulai memasuki Jakarta untuk melakukan "Aksi Damai Bela Islam Tegakkan Keadilan Melalui Supremasi Hukum" dengan tujuan menuntut proses hukum atas kasus dugaan penistaan agama.
Mereka turun ke jalan raya usai Shalat Jumat dengan tujuan depan Istana Merdeka, depan Balai Kota DKI, Jl Merdeka Barat dan depan gedung DPR RI di Senayan.
Unjuk rasa ini dipicu pernyataan Calon Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017, Basuki Tjahaja Purnama yang juga petahana yang dinilai melecehkan agama Islam dengan mengutip salah satu ayat suci Al Quran saat berpidato di Pulau Seribu beberapa waktu yang lalu.
Konsentrasi massa telah terjadi di Bundaran Patung Kuda, depan Istana Merdeka dan Jl Merdeka Selatan. Massa yang terus berdatangan menyebabkan kemacetan di berbagai ruas jalan.
Mereka datang ke Jakarta menggunakan bus, kereta api, mobil, sepeda motor dan kereta komuter Jabodetabek. Bus, kendaraan roda empat dan sepeda motor diparkir di beberapa lokasi, bahkan hingga Patung Tani.
Bahkan, sebagian massa telah datang sejak Kamis (3/11) malam dan menginap Masjid Istiqlal yang menjadi tempat kumpul terbesar massa.
Ribuan orang yang sebagian besar menggunakan baju dan atribut warna putih dari berbagai elemen dan majelis telah memadati kawasan Masjid Istiqlal.
Pintu selatan Masjid Istiqlal, depan kantor Pertamina dipadati massa dari jamaah Majelis Adzzikra (Bogor) Masjid Izzatul Islam (Bekasi) Laskar Pembela Islam dan lain-lain.
Sejumlah pemimpin rombongan terlihat mengatur anggotanya untuk memasuki Masjid Istiqlal dengan tertib dan menyarankan agar segera mengambil air wudhu untuk mempersiapkan sholat Jumat dan berzikir.
Beberapa satuan tugas dari berbagai elemen terlihat mengatur arus lalu lintas di sekitar lokasi, dengan dijaga beberapa anggota kepolisian.
Kiai Jafar Siddiq dari Jakarta dalam orasinya mengatakan aksi tersebut tidak berkaitan dengan pilkada dan politik. Umat Islam yang melakukan aksi dipersatukan oleh Al Quran untuk menuntut hukum ditegakkan.
Kiai Jafar kemudian memimpin massa untuk berzikir dan memuji Allah dan Rasulullah.
Karena massa semakin banyak di kawasan Monas, Polda Metro Jaya telah menutup total Jalan Merdeka Barat sejak sekitar pukul 08.15 WIB karena aksi orasi dan pawai telah menutup sebagian jalan itu.
Kendaraan dari arah Jakarta Kota yang akan menuju Jalan Thamrin dibelokkan ke Jalan Abdul Muis sehingga terjadi kemacetan.
Sedangkan Jalan Merdeka Timur dipenuhi bus-bus yang mengangkut para pengunjuk rasa yang baru tiba dari luar daerah menuju Masjid Istiqlal.
Konsentrasi massa juga tampak memenuhi Masjid Al Fata`a di Jalan Menteng Raya. Ratusan pengujuk rasa yang berjalan dari Tugu Tani menuju Masjid Al Fata'a sempat memacetkan Jalan Menteng Raya.
Sejumlah organisasi massa (ormas) sebelumnya juga akan mengirimkan massa untuk mendukung aksi damai itu. Sekretaris Dewan Tinggi Koordinator Nasional Forum Keluarga Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Dr Hazuarly Halim memastikan sebanyak 25.800 kader Muhammadiyah ikut dalam aksi damai di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan, semua warga Muhammadiyah yang ikut aksi damai tersebut dapat terkoordinasi dan terlayani baik akomodasi, sanitasi, konsumsi, air mineral termasuk pelayanan kesehatannya.
"Kami berharap aksi damai ini dapat berjalan lancar dan damai sesuai rencana, sehingga pemerintah dalam hal ini penegak hukum betindak cepat merespon tuntutan massa," katanya.
Dia juga meminta peserta aksi untuk tertib dan damai dalam menyampaikan aspirasinya. Tutur kata yang disampaikan pun haruslah santun.
"Jangan sampai kita mengikuti tabiat buruk orang yang kita tuntut. Jadi kami imbau dalam penyampaian aspirasinya harus santun," imbuh dia.
Hazuarly mengatakan, kasus ini memang cukup mengganggu kenyamanan umat Islam karena dilakukan oleh tokoh publik yang berasal pejabat eksekutif atau gubernur.
"Jika demo tanggal 28 Oktober kemarin pesertanya bersifat homogen dari kalangan muslim, maka demo tanggal 4 November ini justru diharapkan bersifat heterogen," katanya.
Artinya dapat melibatkan seluruh komponen agama, elemen kemasyarakatan maupun kaum terpelajar beserta anak-anak bangsa lainnya. "Isu pelecehan yang kebetulan kali ini terjadi di lingkungan Islam, dalam pandangan kami, seyogianya mampu mengundang empati eksponen agama lain atas dorongan kitab kebangsaan," katanya.
Dalam hal ini, lanjut dia, masyarakat Indonesia sedang diuji kebhinekaannya. Untuk itu harus meyelesaikannya bersama dengan apik.
Sementara itu, Ikatan Pemuda Tarbiyah Islamiyah juga mengerahkan anggotanya saat aksi unjuk rasa. Ketua Umum IPTI, M Guntur mengatakan Pengurus Besar IPTI telah berkoordinasi dengan IPTI Provinsi DKI Jakarta guna menurunkan anggota dalam aksi unjukrasa damai itu.
Bahkan Pengurus Besar IPTI menerbitkan maklumat kepada seluruh pengurus provinsi dan daerah memperjuangkan tuntutan aksi tersebut.
Kepala Divisi Polri Irjen Polisi Boy Rafli Amar mengatakan, Polri telah menerima surat pemberitahuan rencana aksi unjuk rasa dari ormas Islam yang digelar pada 4 November 2016. Dalam surat tersebut, tertera pihak penanggung jawab aksi unjuk rasa adalah Bahtiar Nasir.
Selain itu juga disebutkan bahwa massa demonstran mencapai 100 ribu orang.
Mantan Kapolda Banten itu menjelaskan rute aksi unjuk rasa yakni kawasan Gedung DPR, Istana Kepresidenan dan Masjid Istiqlal. Pihaknya memastikan Polri dan TNI akan mengawal massa pendemo hingga aksi unjuk rasa selesai.
Boy mengimbau para demonstran agar tertib dalam menyampaikan orasinya.
Untuk mengamankan aksi demonstrasi besar-besaran itu Polri dibantu TNI mengerahkan 18 ribu pasukan gabungan. Bahkan, Polri juga mengerahkan personel Brimob dari sejumlah Polda untuk mendukung pengamanan unjuk rasa itu.
Polri juga menyiapan personel berpenampilan "sejuk" antara lain mengerahkan polisi wanita, menggunakan kopiah putih dan sorban berwarna putih dan akan membacakan shalat dan asmaul husna agar suasana tetap tenang.
Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi M Iriawan menyatakan Polri siap mengamankan dan mengawal para pengunjuk rasa aksi damai tersebut.
Iriawan juga menegaskan aparat keamanan tidak dibekali senjata api maupun amunisi peluru tajam saat mengamankan aksi karena petugas mengedepankan tindakan persuasif terhadap pendemo.