Jakarta (ANTARA Sumsel) - Kementerian Perhubungan akan memberlakukan tarif jasa penumpukan peti kemas progresif di empat pelabuhan utama sebagai upaya untuk menurunkan waktu inap barang hingga keluar pelabuhan (dwelling time).
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam konferensi pers usai rapat koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait di Kemenhub, Jakarta, Rabu menyebutkan, empat pelabuhan tersebut, yakni Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta) yang memang sudah menerapkan tarif progresif, kemudian akan diikuti oleh Pelabuhan Belawan (Medan), Makassar dan Tanjung Perak (Surabaya).
"Jumat ini akan disusun format tertentu, yaitu surat edaran dirjen terkait tarif progresif pelabuhan, sistem ini yang akan 'di-kloning' oleh Pelindo I, III dan IV," katanya.
Budi menjelaskan rencana pemberlakukan tarif progresif tersebut agar tidak ada lagi penumpukan barang yang dilakukan oleh importir-importir yang tidak bertanggung jawab.
"Kalau tidak begini, banyak importir nakal (menumpuk) barang sampai 21 hari," katanya.
Terkait mahalnya biaya yang akan dikenakan karena kenaikan hingga 900 persen, Budi menilai hal itu adalah konsekuensi dari barang yang ditumpuk lama di pelabuhan sehingga menghambat arus barang dan menambah "dwelling time".
"Yang terlambat ya kita kenakan denda, kita terapkan ini dulu kalau sudah menjadi 'life style' kita, kita (kembali) ke tarif yang normal, ini untuk mendidik mereka saja," katanya.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perhubungan Laut A Tonny Budiono mengatakan pihaknya hari ini akan menandatangani revisi Peraturan Menteri Nomor 117 Tahun 2015 Tentang Pemindahan Barang yang Melewati batas Waktu Penumpukan (Long Stay) di Pelabuhan tanjung Prio sebagai payung hukum pemberlakuan tarif progresif empat pelabuhan tersebut.
"Saya sudah siap tanda tangan dan Pak menteri sudah setuju, dan berlaku sejak saya tanda tangani, kita 'kan dikasih target waktu sampai dua minggu," katanya.
Tonny mengatakan kenaikan tarif progresif mulai hari kedua, ketiga dan keempat yaitu 300 persen, 600 persen dan 900 persen dari Rp27.000 per satu TEUs.
"Nanti yang tadinya hanya diterapkan di Priok, kita 'adopt' (adopsi) di Pelindo I, III dan IV supaya perlakuannya sama," katanya.
Dia menuturkan rencana pemberlakuan tarif progresif itu pun ditujukan agar tidak ada lagi penyimpangan atau pungutan liar di pelabuhan.
"Banyak importir-importir karena biayanya murah dibandingkan di luar, di 'buffer' (area penyangga) lebih mahal. Ini pembelajaran, nanti kalau sudah budaya kita mulai mengurangi, istilahnya untuk 'shock teraphy'," katanya.
Berita Terkait
3.345 orang menyeberang lewat Pelabuhan Tanjung Api Api pada H+3
Senin, 15 April 2024 18:38 Wib
Jumlah kendaraan di Pelabuhan Bakauheni melonjak pada H+2 lebaran
Sabtu, 13 April 2024 11:55 Wib
Puncak balik di Bakauheni 13-14 April
Sabtu, 13 April 2024 8:03 Wib
Bakauheni mulai dipadati pemudik pada H+2 Lebaran 2024
Kamis, 11 April 2024 11:06 Wib
Parade klakson dan lampu dim warnai antrean mobil masuk kapal di Pelabuhan Merak
Selasa, 9 April 2024 9:26 Wib
5.951 pemudik menyeberang lewat Pelabuhan Tanjung Api Api
Selasa, 9 April 2024 8:23 Wib
Ribuan penumpang padati pintu masuk kapal Pelabuhan Bakauheni
Minggu, 7 April 2024 16:15 Wib
Polisi kawal pemudik motor di Pelabuhan Panjang jaga keselamatan
Minggu, 7 April 2024 10:07 Wib