Denpasar, (ANTARA Sumsel) - Sebanyak 26 perupa beraliran abstrak dari lima kota besar di Indonesia menggelar pameran bersama mengusung tema "Soulscape in Progress #3" di Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar.
"Pameran lintas generasi itu akan berlangsung selama enam hari," kata Panitia kegiatan tersebut Dedi Yuniarto di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, puluhan seniman yang akan memajangkan karya seninya itu berasal dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Jambi dan tuan rumah Bali. Pameran tersebut akan dibuka Moetaryanto AO, seorang pecinta seni pada Jumat malam (6/11).
"Soulscape in Progress #3" merupakan sebuah kegiatan pameran "road show" seni abstrak oleh seniman lintas generasi yang dimotori oleh sekelompok seniman asal Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai "Soulscape".
Kegiatan sebelumnya pernah digelar di NalaRRoepa Ruang Seni (Yogyakarta) dan Galeri Nasional Indonesia (Jakarta).
Dedi Yuniarto menjelaskan, dalam pameran bersama kali ini menampilkan karya-karya abstrak konvensional (lukis), seni instalasi dan video art.
"Embrio Soulscape hadir sejak diproklamasikannya Manifesto Abstrak Jakarta (MAJ) pada tanggal 17 Juni 2005 di ruang pamer Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta oleh para pelukis abstrak Jakarta, dan beberapa praktisi hukum pecinta seni seperti Abdul Rahman Saleh, pejabat Jaksa Agung waktu itu," ujar Dedi Yuniarto.
Sejak saat itu kemudian bergulir menggelar pameran abstrak setiap tahunnya di berbagai kota seperti Jakarta, Yogyakarta, Malang dan Ubud (Bali) dengan mengikutsertakan seniman setempat.
Gagasan dasar pameran adalah "pemandangan-jiwa" (soulscape) yang tentunya sangat bertolak belakang dengan pemandangan alam (landscape) atau pemandangan laut ataupun lainnya yang mengangkat sesuatu yang kasat mata, materi yang ada di alam, yang secara visual dapat dilihat atau dirasakan dengan panca indera.
"Soulscape lebih bermuara pada hati nurani, perasaan yang paling mendalam," tutur Dedi Yuniarto seraya menambahkan "Soulscape" juga diterjemahkan sebagai gagasan pemikiran secara intelektual tentang kemurnian penciptaan yang memiliki kandungan keindahan pribadi sekaligus universal.
Hal itu sekaligus sebagai upaya visualisasi kegelisahan transendental bagaimana mengungkapkan solusi permasalahan mendasar kemanusiaan tentang rasa kemanusiaan itu dalam mengada serta mewujudkan sebagai sebuah karya seni.
Sementara Kurator Pameran tersebut Sulebar M. Soekarman menjelaskan bahwa pemahaman yang dipakai sebagai tema pameran kali ini tidak hanya dimaknai dengan kehendak untuk mengadakan pembaharuan secara visual, namun didukung oleh keadalam olah pikir, karsa dan rasa.
Upaya pembacaan kembali interelasi teks, imaji visual, maupun konseptual muncul berdampingan dengan aspek kontekstual dimana teks, dan imaji tersebut lahir. Teks, imaji apapun yang mewujud di atas permukaan kanvas, lahir karena tuntutan aspek kreatif dimana kebaruan menjadi mengedepan maupun muncul sebagai sebuah tanggapan kritis terhadap fenomena tertentu yang membangunnya.
Pameran kali ini merupaka upaya mempertemukan berbagai pengalaman kreatif antara sesama seniman abstrak dan masyarakat luas, untuk menyampaikan satu eksplorasi akan keindahan atau estetika "baru", di tengah percaturan dunia seni rupa global yang penuh kemungkinan.
Pameran juga mencerminkan satu pergulatan panjang dari para perupa abstrak yang penuh dengan dedikasi untuk meraih capaian yang unggul, ujarnya.