Palembang (ANTARA) - Badan Karantina Indonesia (Barantin) menjalin kerja sama dengan Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, Sumatera Selatan, untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia serta memperkuat pengawasan karantina secara teknis dan ilmiah.
Kerja sama itu ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman (MoU) dan perjanjian kerja sama (PKS) antara Kepala Barantin Sahat M Panggabean dengan Rektor Unsri Prof Taufiq Marwa, di Kampus Unsri Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel, Selasa.
Kepala Barantin Sahat pada kesempatan itu mengatakan pihaknya terus berupaya
memperkuat kegiatan pengawasan karantina komoditas hewan, ikan, dan tumbuhan yang dilalulintaskan baik antar provinsi maupun antar negara.
Dengan upaya karantina tersebut, pengawasan lalu lintas komoditas hewan, ikan, dan tumbuhan dapat dilakukan lebih ketat dan jika petugas melakukan tindakan penolakan masuk ke suatu daerah atau wilayah Indonesia sebagai upaya pencegahan penyebaran hama penyakit dan mikroorganisme pengganggu tumbuhan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan ilmiah.
Beberapa waktu lalu, petugas jajaran Barantin pernah diprotes eksportir buah apel dari Amerika karena melakukan penolakan buah tersebut masuk ke wilayah Indonesia, padahal dari negara asalnya dinyatakan layak ekspor dan telah melalui proses karantina.
Melalui pemeriksaan karantina yang dilakukan oleh petugas secara profesional, memenuhi unsur teknis dan ilmiah, akhirnya penolakan tersebut bisa diterima dan buah tersebut dicegah beredar atau dimusnahkan.
Untuk lebih memperkuat kemampuan SDM jajaran Barantin di seluruh provinsi di Tanah Air, pihaknya menggandeng sejumlah perguruan tinggi seperti dengan Unsri Palembang yang memiliki tenaga ahli di bidang pengendalian hama penyakit hewan, ikan, dan tumbuhan.
Barantin memerlukan dukungan (backup) dari perguruan tinggi dalam melakukan kajian ilmiah untuk menentukan produk tumbuhan, hewan dan ikan yang masuk terutama dari negara maju yang merasa teknologi, ilmu pengetahuan serta teknologinya lebih maju.
"Saya tidak ingin petugas karantina kita diremehkan sehingga perlu memperkuat kemampuan SDM.
Kalau SDM kita tidak kuat bisa menjadi bulan-bulanan atau diremehkan pihak karantina luar negeri yang menganggap Indonesia tidak miliki petugas dan teknologi pemeriksaan karantina yang baik," kata Kepala Barantin Sahat.
Sementara Rektor Unsri Prof Taufiq Marwa menyambut baik dan merasa terhormat diajak kerja sama oleh Badan Karantina Indonesia.
"Unsri siap memberikan kontribusi untuk meningkatkan kemampuan teknis dan ilmiah petugas Barantin. Kami memiliki pakar di bidang hama penyakit tanaman, hewan dan tumbuhan," katanya menjelaskan.
Para pakar tersebut bisa memberikan kemampuannya untuk mendukung pengawasan hama penyakit masuk dari luar negeri dan pengawasan dari dalam negeri ke luar.
Melalui upaya tersebut diharapkan tindakan pengawasan dan pencegahan yang dilakukan oleh petugas Badan Karantina Indonesia dapat lebih diakui dan setara dengan negara maju, kata Rektor Unsri Taufiq.*
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Barantin jalin kerja sama dengan Unsri tingkatkan kemampuan SDM