Jakarta (ANTARA) - Auditor Utama Investigasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) I Nyoman Wara dicecar pertanyaan seputar pengalaman menghadapi suap hingga aliran dana di rekening istri dalam sesi wawancara calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dalam kegiatan yang berlangsung di Aula Serbaguna Gedung 3, Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) Jakarta, Selasa, Eks Ketua Dewan Etik Indonesia Corruption Watch (ICW) Danang Trisasongko sebagai salah satu panelis menanyakan tentang pengalaman Nyoman menghadapi indikasi suap di BPK.
"Sudah banyak auditor ditangani KPK, ada cerita nggak tentang tawaran-tawaran tertentu?" tanya Danang kepada Nyoman.
Nyaman menjawab, tekanan dalam profesi auditor sudah pasti ada, sebab setiap orang yang terlibat tidak mau kasusnya dibuka atau dilanjutkan.
"Dari upaya penyuapan, saya tidak pernah ada yang mencoba suap saya. Saya bersyukur, saya tidak tahu kenapa, tidak ada yang macam-macam atau jangan-jangan kita semua sudah bersih," katanya.
Danang pun meminta Nyoman untuk menyumbangkan saran seputar upaya memperbaiki sistem pengadaan barang dan jasa yang umum ditangani BPK. Sebab, 60 hingga 70 persen kasus yang ditangani BPK berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa.
"Akar dari semua itu adanya interaksi pemerintah, politisi, penguasa yang tidak transparan dan akuntabel. Utamanya sekarang tingkatkan transparansi dan akuntabilitas terhadap setiap proses," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Anggota Pansel KPK sekaligus Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana mengungkap adanya laporan aliran dana hingga miliaran rupiah dalam rekening Nyoman. Bahkan diungkap, salah satu aliran dana itu masuk ke rekening istri Nyoman.
"Dalam salah satu rekening ada transaksi Rp3,3 miliar. Bisa dijelaskan?" ucapnya.
Auditor Utama Investigasi BPK sejak 2016 itu menjawab bahwa transaksi tersebut digunakan untuk mengangsur pembelian rumah di Parung Panjang, Bogor.
Selain itu, Nyoman juga bertransaksi untuk merenovasi rumah di Pamulang, serta mengangsur dua unit mobil, masing-masing Daihatsu Xenia dan Honda Mobilio.
Ivan juga menanyakan seputar setoran tunai di salah satu rekening yang diterima oleh istri Nyoman.
"Sampai sebelum COVID-19 itu honorarium disetor di sana dan ada pencairan asuransi juga sejak 10 tahun lalu. Saya cairkan itu," katanya.
Pansel Calon Pimpinan dan Dewan Pengawas KPK Masa Jabatan 2024-2029 mewawancarai 20 peserta capim dan 20 calon dewas KPK. Sembilan Anggota Pansel bersama empat pewawancara tamu atau panelis eksternal menguji peserta di tahap wawancara yang digelar di Aula Serbaguna Gedung 3, Kemensetneg.
Pansel telah menunjuk Ketua KPK 2003-2007 Taufiequrachman Ruki dan Eks Ketua Dewan Etik Indonesia Corruption Watch (ICW) Danang Trisasongko sebagai panelis dalam wawancara capim KPK, sedangkan panelis wawancara peserta calon dewas KPK yaitu Guru Besar FH Universitas Sumatera Utara (USU), Ningrum Natasya Sirait dan Wakil Ketua KPK 2015-2019, Laode M. Syarif.
Tahapan wawancara itu diagendakan berlangsung hingga Jumat (20/9).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pansel KPK wawancarai auditor BPK seputar suap hingga rekening istri
Dalam kegiatan yang berlangsung di Aula Serbaguna Gedung 3, Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) Jakarta, Selasa, Eks Ketua Dewan Etik Indonesia Corruption Watch (ICW) Danang Trisasongko sebagai salah satu panelis menanyakan tentang pengalaman Nyoman menghadapi indikasi suap di BPK.
"Sudah banyak auditor ditangani KPK, ada cerita nggak tentang tawaran-tawaran tertentu?" tanya Danang kepada Nyoman.
Nyaman menjawab, tekanan dalam profesi auditor sudah pasti ada, sebab setiap orang yang terlibat tidak mau kasusnya dibuka atau dilanjutkan.
"Dari upaya penyuapan, saya tidak pernah ada yang mencoba suap saya. Saya bersyukur, saya tidak tahu kenapa, tidak ada yang macam-macam atau jangan-jangan kita semua sudah bersih," katanya.
Danang pun meminta Nyoman untuk menyumbangkan saran seputar upaya memperbaiki sistem pengadaan barang dan jasa yang umum ditangani BPK. Sebab, 60 hingga 70 persen kasus yang ditangani BPK berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa.
"Akar dari semua itu adanya interaksi pemerintah, politisi, penguasa yang tidak transparan dan akuntabel. Utamanya sekarang tingkatkan transparansi dan akuntabilitas terhadap setiap proses," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Anggota Pansel KPK sekaligus Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana mengungkap adanya laporan aliran dana hingga miliaran rupiah dalam rekening Nyoman. Bahkan diungkap, salah satu aliran dana itu masuk ke rekening istri Nyoman.
"Dalam salah satu rekening ada transaksi Rp3,3 miliar. Bisa dijelaskan?" ucapnya.
Auditor Utama Investigasi BPK sejak 2016 itu menjawab bahwa transaksi tersebut digunakan untuk mengangsur pembelian rumah di Parung Panjang, Bogor.
Selain itu, Nyoman juga bertransaksi untuk merenovasi rumah di Pamulang, serta mengangsur dua unit mobil, masing-masing Daihatsu Xenia dan Honda Mobilio.
Ivan juga menanyakan seputar setoran tunai di salah satu rekening yang diterima oleh istri Nyoman.
"Sampai sebelum COVID-19 itu honorarium disetor di sana dan ada pencairan asuransi juga sejak 10 tahun lalu. Saya cairkan itu," katanya.
Pansel Calon Pimpinan dan Dewan Pengawas KPK Masa Jabatan 2024-2029 mewawancarai 20 peserta capim dan 20 calon dewas KPK. Sembilan Anggota Pansel bersama empat pewawancara tamu atau panelis eksternal menguji peserta di tahap wawancara yang digelar di Aula Serbaguna Gedung 3, Kemensetneg.
Pansel telah menunjuk Ketua KPK 2003-2007 Taufiequrachman Ruki dan Eks Ketua Dewan Etik Indonesia Corruption Watch (ICW) Danang Trisasongko sebagai panelis dalam wawancara capim KPK, sedangkan panelis wawancara peserta calon dewas KPK yaitu Guru Besar FH Universitas Sumatera Utara (USU), Ningrum Natasya Sirait dan Wakil Ketua KPK 2015-2019, Laode M. Syarif.
Tahapan wawancara itu diagendakan berlangsung hingga Jumat (20/9).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pansel KPK wawancarai auditor BPK seputar suap hingga rekening istri