Bandung (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat menyampaikan konversi lahan pertanian produktif di Jabar perlu direm sebagai antisipasi lesunya laju pertumbuhan ekonomi ke depan.
Kepala BPS Jabar Marsudijono mengatakan pertanian memainkan peranan penting bagi ekonomi Jawa Barat, dan saat ini tantangan yang dihadapi Jawa Barat adalah cuaca dan kondisi alam yang tidak menentu, sehingga butuh dilakukan langkah antisipasi termasuk terkait lahan.
"Kita enggak bisa melawan alam ya, kemarin juga alam yang menentukan. Hanya memang perlu antisipasi dari awal, terutama konversi lahan ini yang perlu dibahas lebih lanjut dan perlu direm," kata Marsudijono di Bandung, Senin.
Bagi Jabar, ujar Marsudijono, pertanian sangat memainkan peranan penting, bukan saja pertanian sawah, tapi juga hortikultura yang sangat terpengaruh cuaca.
Sejatinya, lanjut dia, Jawa Barat diberikan bantuan dari pemerintah pusat untuk program pompanisasi yang jumlahnya bukan main-main, yakni 10 ribu unit peralatan pompa dan 700 unit untuk irigasi pompanisasi demi mempertahankan produksi pertanian di Jawa Barat.
"Tapi juga perlu dicermati untuk menciptakan lahan-lahan baru yang tanah tidur, khususnya di tanah dan airnya ya tetap karena pertanian itu yang paling potensial, terutama tanaman padi," katanya.
Perhatian soal konversi lahan, kata dia, harus dilakukan, pasalnya ada ahli yang menyampaikan lahan-lahan pertanian khususnya sawah, sekitar 70 persen telah dikonversi menjadi lahan peruntukan lainnya.
"Harusnya mulai disiapkan reboisasi tadi penggantiannya, tadi nih penggantian lahan-lahan baru, tapi kalau lahan yang tadah hujan, kayaknya kecil, dan berat," ucapnya.
Mengenai pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat, Marsudijono mengatakan yang menjadi tantangan pemerintah saat ini adalah menjaga stabilitas inflasi.
Bagaimana pertumbuhan ekonomi, kata dia, harus diimbangi dengan tingginya daya beli masyarakat.
"Pertumbuhan kita, harus berkualitas. Jangan sampai pertumbuhan tinggi, konsumsi masyarakat rendah. Sekarang adalah menjaga ritme itu," tuturnya.
Berdasarkan data yang didapatkan, pertumbuhan ekonomi Jabar pada triwulan II 2024 tumbuh 4,95 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibanding dengan periode yang sama pada 2023.
Pertumbuhan ekonomi Jabar itu, merupakan yang tertinggi kedua di Jawa setelah Jawa Timur yang mengalami pertumbuhan 4,98 persen.
Pertumbuhan ekonomi Jabar sebesar 4,95 persen itu berkontribusi sebesar 22,54 persen terhadap Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Barang (PDRB ADHB) Jawa dan 12,86 persen PDRB ADHB nasional triwulan II 2024.
Pertumbuhan pada triwulan II tahun 2024 didukung adanya puncak panen raya padi pada April dan Mei di sektor pertanian.
Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas pada perayaan Idul Fitri, Idul Adha dan liburan yang terdampak pada berbagai sektor seperti industri makanan dan minuman, transportasi dan pergudangan, perdagangan besar dan eceran, sektor jasa, serta komponen konsumsi rumah tangga.
Kepala BPS Jabar Marsudijono mengatakan pertanian memainkan peranan penting bagi ekonomi Jawa Barat, dan saat ini tantangan yang dihadapi Jawa Barat adalah cuaca dan kondisi alam yang tidak menentu, sehingga butuh dilakukan langkah antisipasi termasuk terkait lahan.
"Kita enggak bisa melawan alam ya, kemarin juga alam yang menentukan. Hanya memang perlu antisipasi dari awal, terutama konversi lahan ini yang perlu dibahas lebih lanjut dan perlu direm," kata Marsudijono di Bandung, Senin.
Bagi Jabar, ujar Marsudijono, pertanian sangat memainkan peranan penting, bukan saja pertanian sawah, tapi juga hortikultura yang sangat terpengaruh cuaca.
Sejatinya, lanjut dia, Jawa Barat diberikan bantuan dari pemerintah pusat untuk program pompanisasi yang jumlahnya bukan main-main, yakni 10 ribu unit peralatan pompa dan 700 unit untuk irigasi pompanisasi demi mempertahankan produksi pertanian di Jawa Barat.
"Tapi juga perlu dicermati untuk menciptakan lahan-lahan baru yang tanah tidur, khususnya di tanah dan airnya ya tetap karena pertanian itu yang paling potensial, terutama tanaman padi," katanya.
Perhatian soal konversi lahan, kata dia, harus dilakukan, pasalnya ada ahli yang menyampaikan lahan-lahan pertanian khususnya sawah, sekitar 70 persen telah dikonversi menjadi lahan peruntukan lainnya.
"Harusnya mulai disiapkan reboisasi tadi penggantiannya, tadi nih penggantian lahan-lahan baru, tapi kalau lahan yang tadah hujan, kayaknya kecil, dan berat," ucapnya.
Mengenai pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat, Marsudijono mengatakan yang menjadi tantangan pemerintah saat ini adalah menjaga stabilitas inflasi.
Bagaimana pertumbuhan ekonomi, kata dia, harus diimbangi dengan tingginya daya beli masyarakat.
"Pertumbuhan kita, harus berkualitas. Jangan sampai pertumbuhan tinggi, konsumsi masyarakat rendah. Sekarang adalah menjaga ritme itu," tuturnya.
Berdasarkan data yang didapatkan, pertumbuhan ekonomi Jabar pada triwulan II 2024 tumbuh 4,95 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibanding dengan periode yang sama pada 2023.
Pertumbuhan ekonomi Jabar itu, merupakan yang tertinggi kedua di Jawa setelah Jawa Timur yang mengalami pertumbuhan 4,98 persen.
Pertumbuhan ekonomi Jabar sebesar 4,95 persen itu berkontribusi sebesar 22,54 persen terhadap Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Barang (PDRB ADHB) Jawa dan 12,86 persen PDRB ADHB nasional triwulan II 2024.
Pertumbuhan pada triwulan II tahun 2024 didukung adanya puncak panen raya padi pada April dan Mei di sektor pertanian.
Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas pada perayaan Idul Fitri, Idul Adha dan liburan yang terdampak pada berbagai sektor seperti industri makanan dan minuman, transportasi dan pergudangan, perdagangan besar dan eceran, sektor jasa, serta komponen konsumsi rumah tangga.