Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan mengatakan, kandungan air susu ibu (ASI) sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi, seperti perkembangan otak dan mata, sehingga para ibu sebaiknya dapat menjaga kualitas nutrisi ASI dengan memerhatikan cara memberikan ASI sesuai rekomendasi.
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan dr. Lovely Daisy mengatakan, perubahan bentuk makanan dapat melalui banyak tahapan proses, yang mana akan berpengaruh terhadap kandungan nilai gizi, sehingga perlu diperhatikan dalam pemberian ASI.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat, Daisy mengatakan bahwa ada beberapa bentuk olahan ASI yang mempunyai risiko tertentu lantaran dapat mengubah kandungan nutrisi. Ini juga dipengaruhi dari proses, tempat, dan lama penyimpanan.
“ASI dalam bentuk olahan lain, pertama, ASI dibekukan. ASI yang dibekukan di freezer mempunyai risiko menurunnya kandungan protein, zat gizi dan zat aktif lainnya yang tergantung pada tempat dan lama penyimpanan,” kata Daisy.
Yang kedua, katanya, adalah ASI yang dikeringkan melalui proses pembekuan dan pengeringan. Dia menilai, serangkaian perubahan fisik tersebut akan meningkatkan risiko perubahan komponen utama ASI, seperti pecahnya membran gumpalan lemak dan perubahan misel kasein, penurunan komposisi faktor bioaktif protein.
Daisy menyebut bahwa apabila ibu memiliki kesibukan sehingga tak dapat menyusui saat itu juga, ASI yang diberikan bagi bayi, yang diperah hari itu atau hari sebelumnya, adalah salah satu cara efektif bagi mereka, karena kandungan gizi ASI itu masih optimal.
Dia merujuk buku saku “Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) untuk Kader” terbitan Kemenkes tahun 2021, bahwa ASI yang baru diperah dan disimpan dalam cooler bag, lama penyimpanan 24 jam.
ASI perah dalam ruangan (ASIP segar) tahan 4 jam dengan suhu 27 derajat sampai 32 derajat Celsius, sedangkan pada suhu kurang dari 25 derajat Celsius tahan 6-8 jam. ASI perah tahan 2-3 hari ketika ditaruh pada kulkas bagian lemari pendingin dengan suhu kurang dari 4 derajat Celsius.
ASI perah yang ditaruh di freezer pada kulkas satu pintu, lama penyimpanan 2 minggu dengan suhu di bawah titik beku, -15 derajat sampai 0 derajat Celsius. ASI perah yang disimpan di freezer pada kulkas dua pintu dapat bertahan 3-6 bulan dengan suhu -20 derajat sampai -18 derajat Celsius.
Daisy pun menekankan, terdapat sejumlah rekomendasi terbaik dalam pemberian ASI. Yang paling utama, ujarnya, adalah menyusui bayi secara langsung, karena dapat membangun ikatan batin antara keduanya, meningkatkan daya tahan tubuh bayi, melindungi pencernaan bayi, dan meningkatkan kecerdasan.
“Kemudian, menurunkan risiko penyakit degeneratif pada bayi. Pada ibu, menyusui dapat menurunkan risiko kanker ovarium dan payudara. Sehingga menyusui bukan sekadar memberikan ASI pada bayi.”
Daisy menyebut bahwa ASI juga dapat mencegah penyakit tidak menular saat dewasa serta meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup ibu.
Dia menilai, banyak manfaat pemberian ASI bagi bayi, karena ASI merupakan makanan terbaik dengan gizi lengkap, antara lain air, protein, karbohidrat, zat antibodi, dan vitamin. Tubuh ibu sudah disiapkan bisa memberikan ASI saat bayi lahir ke dunia.
Jika bayi tidak mendapatkan ASI, katanya, maka berisiko terserang penyakit-penyakit infeksi, misalnya diare, infeksi saluran pernapasan atas, dan infeksi lainnya. Bayi dapat mengalami masalah gizi dan berisiko mengalami alergi dan intoleransi laktosa, serta berisiko lebih tinggi mengalami penyakit kronis seperti obesitas dan diabetes saat dewasa.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes beri rekomendasi terbaik pemberian ASI untuk nutrisi bayi
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan dr. Lovely Daisy mengatakan, perubahan bentuk makanan dapat melalui banyak tahapan proses, yang mana akan berpengaruh terhadap kandungan nilai gizi, sehingga perlu diperhatikan dalam pemberian ASI.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat, Daisy mengatakan bahwa ada beberapa bentuk olahan ASI yang mempunyai risiko tertentu lantaran dapat mengubah kandungan nutrisi. Ini juga dipengaruhi dari proses, tempat, dan lama penyimpanan.
“ASI dalam bentuk olahan lain, pertama, ASI dibekukan. ASI yang dibekukan di freezer mempunyai risiko menurunnya kandungan protein, zat gizi dan zat aktif lainnya yang tergantung pada tempat dan lama penyimpanan,” kata Daisy.
Yang kedua, katanya, adalah ASI yang dikeringkan melalui proses pembekuan dan pengeringan. Dia menilai, serangkaian perubahan fisik tersebut akan meningkatkan risiko perubahan komponen utama ASI, seperti pecahnya membran gumpalan lemak dan perubahan misel kasein, penurunan komposisi faktor bioaktif protein.
Daisy menyebut bahwa apabila ibu memiliki kesibukan sehingga tak dapat menyusui saat itu juga, ASI yang diberikan bagi bayi, yang diperah hari itu atau hari sebelumnya, adalah salah satu cara efektif bagi mereka, karena kandungan gizi ASI itu masih optimal.
Dia merujuk buku saku “Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) untuk Kader” terbitan Kemenkes tahun 2021, bahwa ASI yang baru diperah dan disimpan dalam cooler bag, lama penyimpanan 24 jam.
ASI perah dalam ruangan (ASIP segar) tahan 4 jam dengan suhu 27 derajat sampai 32 derajat Celsius, sedangkan pada suhu kurang dari 25 derajat Celsius tahan 6-8 jam. ASI perah tahan 2-3 hari ketika ditaruh pada kulkas bagian lemari pendingin dengan suhu kurang dari 4 derajat Celsius.
ASI perah yang ditaruh di freezer pada kulkas satu pintu, lama penyimpanan 2 minggu dengan suhu di bawah titik beku, -15 derajat sampai 0 derajat Celsius. ASI perah yang disimpan di freezer pada kulkas dua pintu dapat bertahan 3-6 bulan dengan suhu -20 derajat sampai -18 derajat Celsius.
Daisy pun menekankan, terdapat sejumlah rekomendasi terbaik dalam pemberian ASI. Yang paling utama, ujarnya, adalah menyusui bayi secara langsung, karena dapat membangun ikatan batin antara keduanya, meningkatkan daya tahan tubuh bayi, melindungi pencernaan bayi, dan meningkatkan kecerdasan.
“Kemudian, menurunkan risiko penyakit degeneratif pada bayi. Pada ibu, menyusui dapat menurunkan risiko kanker ovarium dan payudara. Sehingga menyusui bukan sekadar memberikan ASI pada bayi.”
Daisy menyebut bahwa ASI juga dapat mencegah penyakit tidak menular saat dewasa serta meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup ibu.
Dia menilai, banyak manfaat pemberian ASI bagi bayi, karena ASI merupakan makanan terbaik dengan gizi lengkap, antara lain air, protein, karbohidrat, zat antibodi, dan vitamin. Tubuh ibu sudah disiapkan bisa memberikan ASI saat bayi lahir ke dunia.
Jika bayi tidak mendapatkan ASI, katanya, maka berisiko terserang penyakit-penyakit infeksi, misalnya diare, infeksi saluran pernapasan atas, dan infeksi lainnya. Bayi dapat mengalami masalah gizi dan berisiko mengalami alergi dan intoleransi laktosa, serta berisiko lebih tinggi mengalami penyakit kronis seperti obesitas dan diabetes saat dewasa.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes beri rekomendasi terbaik pemberian ASI untuk nutrisi bayi