Lebak (ANTARA) -
"Kami sudah 10 tahun cukup terbantu ekonomi keluarga pada Ramadhan dengan memproduksi kerajinan kolang-kaling itu,"kata Gegi yang berprofesi pedagang sayuran keliling.
Begitu juga perajin kolang- kaling lainnya, Rudi (50) warga Cijaku Kabupaten Lebak mengatakan dirinya merasa kewalahan melayani permintaan konsumen.
Kebanyakan konsumen yang datang ke sini para pedagang eceran dan sudah menjadi langganan setiap bulan Ramadhan.
Namun, pihaknya hanya mampu memproduksi kolang - kaling sebanyak 500 kilogram per hari akibat terbatasnya buah pohon kaum itu.
"Kami hari ini memasok kolang kaling ke pasar Rangkasbitung dan Malingping sebanyak 500 kilogram dengan harga Rp10 ribu/kilogram dan bisa menghasilkan pendapatan Rp5 juta,"kata Rudi.
Sementara itu, Suherman (45) pengumpul kolang-kaling warga Kabupaten Lebak mengaku setiap hari menerima produksi kolang kaling dari perajin di Kecamatan Sobang, Cigemblong, Cibeber, Muncang dan Cijaku.
Daerah-daerah itu merupakan sentra perkebunan aren yang menghasilkan kolang -kaling dan gula aren.
"Kami sehari bisa menjual antara tiga sampai empat ton menggunakan kendaraan Pick Up dan bisa meraup keuntungan sekitar Rp1,5 juta per hari," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Perajin kolang kaling di Lebak kewalahan layani permintaan konsumen
Sejumlah perajin kolang - kaling di Kabupaten Lebak, Banten merasa kewalahan melayani permintaan konsumen sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga.
"Sekarang, pada hari kedua Ramadhan sudah ditampung oleh konsumen dari Kebayoran, Jakarta sebanyak lima kuintal,"kata Gezi (40), perajin kolang - kaling di Kalanganyar Kabupaten Lebak, Rabu.
Produksi kolang - kaling yang dipesan konsumen dari Kebayoran, Jakarta nantinya dijual secara eceran oleh mereka.
Pihaknya menjual kolang-kaling ke konsumen itu Rp10 ribu per kilogram dan jika terjual lima kuintal, sehingga menghasilkan pendapatan Rp5 juta/hari.
Dari pendapatan Rp5 juta itu bisa meraup keuntungan bersih Rp500 ribu/hari setelah dipotong biaya modal, upah pekerja dan transportasi.
"Kami sudah 10 tahun cukup terbantu ekonomi keluarga pada Ramadhan dengan memproduksi kerajinan kolang-kaling itu,"kata Gegi yang berprofesi pedagang sayuran keliling.
Begitu juga perajin kolang- kaling lainnya, Rudi (50) warga Cijaku Kabupaten Lebak mengatakan dirinya merasa kewalahan melayani permintaan konsumen.
Kebanyakan konsumen yang datang ke sini para pedagang eceran dan sudah menjadi langganan setiap bulan Ramadhan.
Namun, pihaknya hanya mampu memproduksi kolang - kaling sebanyak 500 kilogram per hari akibat terbatasnya buah pohon kaum itu.
"Kami hari ini memasok kolang kaling ke pasar Rangkasbitung dan Malingping sebanyak 500 kilogram dengan harga Rp10 ribu/kilogram dan bisa menghasilkan pendapatan Rp5 juta,"kata Rudi.
Sementara itu, Suherman (45) pengumpul kolang-kaling warga Kabupaten Lebak mengaku setiap hari menerima produksi kolang kaling dari perajin di Kecamatan Sobang, Cigemblong, Cibeber, Muncang dan Cijaku.
Daerah-daerah itu merupakan sentra perkebunan aren yang menghasilkan kolang -kaling dan gula aren.
"Kami sehari bisa menjual antara tiga sampai empat ton menggunakan kendaraan Pick Up dan bisa meraup keuntungan sekitar Rp1,5 juta per hari," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Perajin kolang kaling di Lebak kewalahan layani permintaan konsumen