Ankara (ANTARA) - Pasukan Israel menggunakan senjata canggih yang didukung kecerdasan buatan (AI) untuk memaksimalkan korban jiwa sekaligus menjaga akurasi sasaran dalam gempuran mereka di Jalur Gaza.
Dalam serangan terbaru, Israel menggunakan Gaza untuk menguji senjata yang didukung perangkat lunak AI pada sistem udara dan angkatan lautnya, serta amunisi pintar.
Koresponden Anadolu mengumpulkan informasi mengenai senjata angkatan laut dan udara serta amunisi yang digunakan Israel dan diuji di zona perang Gaza untuk pertama kalinya sejak 7 Oktober.
Israel telah mengembangkan sistem AI pada persenjataannya sejak 2021.
Unit ke-8200 badan intelijen Israel, Mossad, menciptakan sistem target AI seperti "Alchemist", "Depth of Wisdom", "The Gospel", dan "Fire Factory".
Israel mengebom 15.000 target pada 35 hari pertama serangan ke Gaza, dibanding hari ke-51 serangan pada 2014 yang hanya 6000 target.
Para pakar setuju bahwa bahwa banyaknya korban sipil dalam serangan Gaza baru-baru ini sebagian besar disebabkan oleh penggunaan senjata yang didukung AI.
Selain itu, Angkatan Udara Israel juga menambahkan 39 jet tempur F-35 canggih Amerika ke dalam inventarisnya.
Versi yang diproduksi untuk Israel dikenal sebagai F-35I “Adir,” dan sebanyak 75 unit direncanakan akan diperoleh mulai tahun 2027.
Sementara itu, AU Israel menggunakan pesawat tak berpemandu guna menjatuhkan bom yang dikenal sebagai bom jatuh bebas, yang dipandu Joint Direct Attack Munitions (JDAM).
Ini adalah serangan pertama yang menguji sistem tersebut secara global.
Dalam serangan terbaru di Gaza, Israel menjatuhkan ratusan bom "Bunker Buster" GBU-31 seberat 2.000 pon, jumlah tertinggi sejak Perang Vietnam.
Pada September 2023, AU Israel menerima "drone Nitzotz (Spark)" yang dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems dan anak perusahaannya, Aeronautics.
Pada 30 Oktober, Israel meminta 200 unit sistem amunisi bergerak "Switchblade 600" dari perusahaan Amerika AeroVironment untuk digunakan sebagai “drone bunuh diri.”
Sementara itu, drone Hermes 900, yang dikembangkan bersama perusahaan drone swasta pertama India, Adani Defense and Aerospace,, dan perusahaan Israel Elbit Advanced Systems, digunakan untuk pertama kalinya di Gaza.
Salah satu teknologi baru Israel adalah sistem pertahanan rudal “Arrow 3”, yang merupakan komponen dari sistem senjata “Arrow”.
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober.
Serangan Israel tersebut menewaskan hampir 29.000 orang dan menyebabkan kehancuran massal serta kekurangan bahan kebutuhan pokok, sementara kurang dari 1.200 warga diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Perang Israel di Gaza telah menyebabkan 85 persen penduduk wilayah tersebut terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut laporan dari Israel.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Israel gunakan senjata yang didukung AI dalam serangan ke Gaza
Dalam serangan terbaru, Israel menggunakan Gaza untuk menguji senjata yang didukung perangkat lunak AI pada sistem udara dan angkatan lautnya, serta amunisi pintar.
Koresponden Anadolu mengumpulkan informasi mengenai senjata angkatan laut dan udara serta amunisi yang digunakan Israel dan diuji di zona perang Gaza untuk pertama kalinya sejak 7 Oktober.
Israel telah mengembangkan sistem AI pada persenjataannya sejak 2021.
Unit ke-8200 badan intelijen Israel, Mossad, menciptakan sistem target AI seperti "Alchemist", "Depth of Wisdom", "The Gospel", dan "Fire Factory".
Israel mengebom 15.000 target pada 35 hari pertama serangan ke Gaza, dibanding hari ke-51 serangan pada 2014 yang hanya 6000 target.
Para pakar setuju bahwa bahwa banyaknya korban sipil dalam serangan Gaza baru-baru ini sebagian besar disebabkan oleh penggunaan senjata yang didukung AI.
Selain itu, Angkatan Udara Israel juga menambahkan 39 jet tempur F-35 canggih Amerika ke dalam inventarisnya.
Versi yang diproduksi untuk Israel dikenal sebagai F-35I “Adir,” dan sebanyak 75 unit direncanakan akan diperoleh mulai tahun 2027.
Sementara itu, AU Israel menggunakan pesawat tak berpemandu guna menjatuhkan bom yang dikenal sebagai bom jatuh bebas, yang dipandu Joint Direct Attack Munitions (JDAM).
Ini adalah serangan pertama yang menguji sistem tersebut secara global.
Dalam serangan terbaru di Gaza, Israel menjatuhkan ratusan bom "Bunker Buster" GBU-31 seberat 2.000 pon, jumlah tertinggi sejak Perang Vietnam.
Pada September 2023, AU Israel menerima "drone Nitzotz (Spark)" yang dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems dan anak perusahaannya, Aeronautics.
Pada 30 Oktober, Israel meminta 200 unit sistem amunisi bergerak "Switchblade 600" dari perusahaan Amerika AeroVironment untuk digunakan sebagai “drone bunuh diri.”
Sementara itu, drone Hermes 900, yang dikembangkan bersama perusahaan drone swasta pertama India, Adani Defense and Aerospace,, dan perusahaan Israel Elbit Advanced Systems, digunakan untuk pertama kalinya di Gaza.
Salah satu teknologi baru Israel adalah sistem pertahanan rudal “Arrow 3”, yang merupakan komponen dari sistem senjata “Arrow”.
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober.
Serangan Israel tersebut menewaskan hampir 29.000 orang dan menyebabkan kehancuran massal serta kekurangan bahan kebutuhan pokok, sementara kurang dari 1.200 warga diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Perang Israel di Gaza telah menyebabkan 85 persen penduduk wilayah tersebut terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut laporan dari Israel.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Israel gunakan senjata yang didukung AI dalam serangan ke Gaza