Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memastikan operasi penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Sumatera Selatan diperpanjang hingga 10 hari ke depan.
Perpanjangan masa operasi TMC tersebut dipastikan melalui surat persetujuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diterima KLHK, sebagaimana permohonan Pemerintah Sumatera Selatan untuk mempercepat penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daerah itu.
"Ya sudah disetujui maka operasi TMC yang seharusnya berakhir pada tanggal 4 November 2023, telah diperpanjang sampai tanggal 10 November 2023," kata Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan, Lahan KLHK Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto di Jakarta, Jumat.
Ia menjelaskan dalam operasi TMC ini BNPB menerjunkan satu pesawat tipe Cessna Caravan C208.
Pesawat tersebut akan menyebarkan garam dapur ke awan-awan yang berpotensi menghasilkan hujan.
Dengan begitu, ia mengharapkan, hujan buatan dapat membantu upaya memadamkan api yang masih menyala di sejumlah titik di Sumatera Selatan.
Ia mengatakan fenomena El Nino yang panjang dan menyebabkan kekeringan cukup parah melatarbelakangi perpanjangan masa operasi TMC ini.
Hujan diharapkan untuk mengatasi kekeringan yang telah mempersulit pasukan darat yang lebih dari 2.500 personel Manggala Agni, TNI, Polri, dan Masyarakat Peduli Api (MPA) memadamkan kebakaran.
Pihaknya menilai kekeringan pula yang menjadi faktor menyebabkan jumlah sebaran karhutla di Sumatera Selatan tahun ini menjadi yang terluas dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Sumatra.
Data dihimpun tim lapangan KLHK, sejak Januari sampai dengan September 2023, total luas hutan dan lahan yang terbakar di Sumsel mencapai 32.496 hektare.
Dalam periode yang sama, KLHK mencatat jumlah karhutla di Aceh seluas 1.912 hektare, Bangka Belitung (2.048), Bengkulu (25,61), Jambi (1.646), Lampung (5.000), Sumatera Utara (2.113), Sumatera Barat (1.300), dan Riau (5.302).
Areal terbakar di Sumatera Selatan, meliputi kawasan hutan, lahan mineral, dan gambut yang hampir tersebar di 17 kabupaten dan kota di provinsi itu.
Titik api kebakaran terbanyak di Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, dan Muara Enim.
"Dari ini harapannya titik api karhutla bisa cepat dipadamkan, lalu membebaskan masyarakat dari dampak asap yang ditimbulkan," kata dia.
Perpanjangan masa operasi TMC tersebut dipastikan melalui surat persetujuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diterima KLHK, sebagaimana permohonan Pemerintah Sumatera Selatan untuk mempercepat penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daerah itu.
"Ya sudah disetujui maka operasi TMC yang seharusnya berakhir pada tanggal 4 November 2023, telah diperpanjang sampai tanggal 10 November 2023," kata Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan, Lahan KLHK Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto di Jakarta, Jumat.
Ia menjelaskan dalam operasi TMC ini BNPB menerjunkan satu pesawat tipe Cessna Caravan C208.
Pesawat tersebut akan menyebarkan garam dapur ke awan-awan yang berpotensi menghasilkan hujan.
Dengan begitu, ia mengharapkan, hujan buatan dapat membantu upaya memadamkan api yang masih menyala di sejumlah titik di Sumatera Selatan.
Ia mengatakan fenomena El Nino yang panjang dan menyebabkan kekeringan cukup parah melatarbelakangi perpanjangan masa operasi TMC ini.
Hujan diharapkan untuk mengatasi kekeringan yang telah mempersulit pasukan darat yang lebih dari 2.500 personel Manggala Agni, TNI, Polri, dan Masyarakat Peduli Api (MPA) memadamkan kebakaran.
Pihaknya menilai kekeringan pula yang menjadi faktor menyebabkan jumlah sebaran karhutla di Sumatera Selatan tahun ini menjadi yang terluas dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Sumatra.
Data dihimpun tim lapangan KLHK, sejak Januari sampai dengan September 2023, total luas hutan dan lahan yang terbakar di Sumsel mencapai 32.496 hektare.
Dalam periode yang sama, KLHK mencatat jumlah karhutla di Aceh seluas 1.912 hektare, Bangka Belitung (2.048), Bengkulu (25,61), Jambi (1.646), Lampung (5.000), Sumatera Utara (2.113), Sumatera Barat (1.300), dan Riau (5.302).
Areal terbakar di Sumatera Selatan, meliputi kawasan hutan, lahan mineral, dan gambut yang hampir tersebar di 17 kabupaten dan kota di provinsi itu.
Titik api kebakaran terbanyak di Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, dan Muara Enim.
"Dari ini harapannya titik api karhutla bisa cepat dipadamkan, lalu membebaskan masyarakat dari dampak asap yang ditimbulkan," kata dia.