Palembang (ANTARA) - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) M Iqbal Alisyahbana menyebutkan pelaksanaan Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah itu diperpanjang dari 23 Oktober menjadi sampai 27 Oktober 2023.
"Kami sudah menerima surat dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk pelaksanaan TMC di Sumsel diperpanjang dari 23 sampai 27 Oktober 2023," kata Iqbal saat dikonfirmasi di Palembang, Selasa.
Hal itu, kata dia, karena dampak dari TMC dan juga potensi awan hujan cukup besar. Apalagi beberapa hari terakhir di Kota Palembang dan beberapa wilayah Sumsel sudah turun hujan.
"Seperti yang dilihat dan rasakan bersama efeknya luar biasa, mulai dari penurunan titik panas, ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara), dan juga titik api, mengalami penurunan yang luar biasa," katanya.
Ia menjelaskan dalam pelaksanaan TMC, selain menggunakan garam, juga digunakan kapur tohor untuk menghilangkan asap di udara.
Adapun upaya lainnya untuk menanggulangi karhutla, kata dia, dengan penambahan personel di titik-titik rawan karhutla baik dari TNI, Polri, serta Manggala Agni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Untuk penanganan karhutla ini dibagi dua, lahan gambut dan mineral. Cara penanggulangannya berbeda-beda. Di lahan mineral untuk lokasi yang tidak terlalu jauh dan ada akses jalannya, bisa dilakukan dengan pemadaman darat menggunakan mobil," kata Iqbal.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh KLHK hingga 2 September 2023, jumlah titik panas atau hotspot di wilayah Sumsel mencapai 83 titik, sedangkan luasan karhutla pada periode 1 Januari hingga 31 Juli 2023 mencapai1.178,50 hektare.
"Kami sudah menerima surat dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk pelaksanaan TMC di Sumsel diperpanjang dari 23 sampai 27 Oktober 2023," kata Iqbal saat dikonfirmasi di Palembang, Selasa.
Hal itu, kata dia, karena dampak dari TMC dan juga potensi awan hujan cukup besar. Apalagi beberapa hari terakhir di Kota Palembang dan beberapa wilayah Sumsel sudah turun hujan.
"Seperti yang dilihat dan rasakan bersama efeknya luar biasa, mulai dari penurunan titik panas, ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara), dan juga titik api, mengalami penurunan yang luar biasa," katanya.
Ia menjelaskan dalam pelaksanaan TMC, selain menggunakan garam, juga digunakan kapur tohor untuk menghilangkan asap di udara.
Adapun upaya lainnya untuk menanggulangi karhutla, kata dia, dengan penambahan personel di titik-titik rawan karhutla baik dari TNI, Polri, serta Manggala Agni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Untuk penanganan karhutla ini dibagi dua, lahan gambut dan mineral. Cara penanggulangannya berbeda-beda. Di lahan mineral untuk lokasi yang tidak terlalu jauh dan ada akses jalannya, bisa dilakukan dengan pemadaman darat menggunakan mobil," kata Iqbal.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh KLHK hingga 2 September 2023, jumlah titik panas atau hotspot di wilayah Sumsel mencapai 83 titik, sedangkan luasan karhutla pada periode 1 Januari hingga 31 Juli 2023 mencapai1.178,50 hektare.