Jakarta (ANTARA) - Keputusan melanjutkan pendidikan ke sekolah perhotelan menjadi awal mula Beno Komarudin berkenalan dengan dunia pastry dan baking hingga menjadi seorang chef profesional dengan beragam pengalaman seperti sekarang.
Di tengah momentum Hari Koki Internasional, saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat, Chef Beno menambahkan langkahnya menggeluti dunia pastry dan baking itu seolah tidak terlepas dari tuntunan takdir karena ketika memasuki masa pelatihan dengan beragam departemen yang sudah penuh oleh peserta didik, departemen pastry menjadi satu-satunya departemen yang bisa dipilih oleh Chef Beno.
“Aku lulus SMA tahun 1995. Lalu, aku memang sekolah di perhotelan. Begitu memilih training (pelatihan), departemen yang lain penuh. Ada pastry doang, padahal aku belum pernah menyentuh pastry,” ucap dia.
Dari kondisi itu, rasa ingin tahu menjadi modal utama Chef Beno dalam menekuni dan berkiprah di dunia pastry dan baking. Setiap kesulitan yang ada di masa ia belajar dapat dilalui dengan rasa ingin tahu yang tidak pernah padam. Chef Beno mengaku selalu ingin belajar banyak hal yang belum ia ketahui dan kuasai dari para pelatih dan senior, bahkan chef-chef profesional di kala itu.
Menariknya pula, di saat mulai menggeluti dunia pastry itu, Chef Beno baru mengetahui bahwa sang kakek pernah menjadi baker di kapal pesiar.
“Ternyata, aku juga baru tahu kakek aku dulu juga seorang baker. Jadi, dia baker di kapal pesiar. Mungkin sudah ada tuntunan takdir, harus ada yang meneruskan,” kata dia menambahkan.
Selama menggeluti dunia pastry dan baking, beragam pelatihan dan kursus telah dilalui oleh Chef Beno, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di antaranya, ia mengikuti pelatihan mulai dari pelatihan di kota Bandung, Jawa Barat hingga kursus pastry di Prancis.
Chef Beno Komarudin ketika bekerja sembari melatih juniornya. (ANTARA/Ho-Dokumentasi Pribadi)
Lalu berkenaan dengan pengalaman kerja, Chef Beno pun memiliki pengalaman yang tidak kalah beragam. Berawal dari pengalaman kerja pertama di sebuah hotel berbintang lima di kota Bandung, Chef Beno melebarkan sayap hingga bekerja di waralaba hotel tersebut di Amerika Serikat, hingga sejumlah hotel bintang lima di Bahrain serta Dubai.
Pada tahun 2011 Chef Beno memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan bekerja di berbagai hotel bintang lima di kawasan Jakarta hingga saat ini.
Selama menggeluti dunia pastry dan baking, terdapat banyak pengalaman berkesan yang telah dilalui oleh Chef Beno. Bahkan, ia bercerita pula bahwa pernah mengalami masa bekerja selama 16 jam.
“Bekerja dengan rasa seperti kaki di kepala dan kepala di kaki pun sudah aku rasakan,” ujarnya.
Meskipun begitu, di antara semua pengalaman yang ada, Chef Beno mengaku paling menikmati masa-masa ia bisa memperoleh banyak ilmu dari para senior. Salah satunya adalah Chef Eric Gouteyron yang ditemui oleh Chef Beno semasa bekerja di Dubai.
“Aku sih percaya dia tuh bagian dari siapa aku sekarang. Kalau tidak ada dia, mungkin aku bukan aku yang sekarang,” ucap Chef Beno.
Dari pengalaman bersama Chef Eric itu, dia pun menyadari bahwa ilmu merupakan titipan dari Tuhan yang perlu dibagikan kepada sesama manusia. Selain itu, dari pengalamannya selama berkarir sebagai chef di bidang pastry dan baking, Chef Beno menilai tantangan dalam menggeluti bidang tersebut adalah beradaptasi dengan segala tren yang ada.
Menurut dia, tren selera masyarakat terhadap pastry dan bakery cepat berubah sehingga setiap chef harus mampu beradaptasi dengan hal itu demi memenuhi selera pasar.
Bertepatan dengan Hari Koki Internasional, Beno berharap setiap anak muda yang tertarik menjadi koki tidak ragu untuk belajar dan menekuni bidang kuliner.
Terlebih, ujar dia melanjutkan, di zaman ketika teknologi berkembang secara pesat ini, anak-anak muda sebenarnya dapat mengembangkan dirinya secara mandiri. Mereka bisa mengakses ilmu kuliner dari gawai dengan mengakses platform dan media sosial yang ada.
“Tetap semangat dan jangan pernah ragu untuk terus belajar dan menekuni dunia pastry. Kalau ditekuni, pasti berhasil, tinggal menunggu waktu,” kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rasa ingin tahu jadi modal utama Chef Beno berkiprah di dunia pastry
Di tengah momentum Hari Koki Internasional, saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat, Chef Beno menambahkan langkahnya menggeluti dunia pastry dan baking itu seolah tidak terlepas dari tuntunan takdir karena ketika memasuki masa pelatihan dengan beragam departemen yang sudah penuh oleh peserta didik, departemen pastry menjadi satu-satunya departemen yang bisa dipilih oleh Chef Beno.
“Aku lulus SMA tahun 1995. Lalu, aku memang sekolah di perhotelan. Begitu memilih training (pelatihan), departemen yang lain penuh. Ada pastry doang, padahal aku belum pernah menyentuh pastry,” ucap dia.
Dari kondisi itu, rasa ingin tahu menjadi modal utama Chef Beno dalam menekuni dan berkiprah di dunia pastry dan baking. Setiap kesulitan yang ada di masa ia belajar dapat dilalui dengan rasa ingin tahu yang tidak pernah padam. Chef Beno mengaku selalu ingin belajar banyak hal yang belum ia ketahui dan kuasai dari para pelatih dan senior, bahkan chef-chef profesional di kala itu.
Menariknya pula, di saat mulai menggeluti dunia pastry itu, Chef Beno baru mengetahui bahwa sang kakek pernah menjadi baker di kapal pesiar.
“Ternyata, aku juga baru tahu kakek aku dulu juga seorang baker. Jadi, dia baker di kapal pesiar. Mungkin sudah ada tuntunan takdir, harus ada yang meneruskan,” kata dia menambahkan.
Selama menggeluti dunia pastry dan baking, beragam pelatihan dan kursus telah dilalui oleh Chef Beno, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di antaranya, ia mengikuti pelatihan mulai dari pelatihan di kota Bandung, Jawa Barat hingga kursus pastry di Prancis.
Lalu berkenaan dengan pengalaman kerja, Chef Beno pun memiliki pengalaman yang tidak kalah beragam. Berawal dari pengalaman kerja pertama di sebuah hotel berbintang lima di kota Bandung, Chef Beno melebarkan sayap hingga bekerja di waralaba hotel tersebut di Amerika Serikat, hingga sejumlah hotel bintang lima di Bahrain serta Dubai.
Pada tahun 2011 Chef Beno memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan bekerja di berbagai hotel bintang lima di kawasan Jakarta hingga saat ini.
Selama menggeluti dunia pastry dan baking, terdapat banyak pengalaman berkesan yang telah dilalui oleh Chef Beno. Bahkan, ia bercerita pula bahwa pernah mengalami masa bekerja selama 16 jam.
“Bekerja dengan rasa seperti kaki di kepala dan kepala di kaki pun sudah aku rasakan,” ujarnya.
Meskipun begitu, di antara semua pengalaman yang ada, Chef Beno mengaku paling menikmati masa-masa ia bisa memperoleh banyak ilmu dari para senior. Salah satunya adalah Chef Eric Gouteyron yang ditemui oleh Chef Beno semasa bekerja di Dubai.
“Aku sih percaya dia tuh bagian dari siapa aku sekarang. Kalau tidak ada dia, mungkin aku bukan aku yang sekarang,” ucap Chef Beno.
Dari pengalaman bersama Chef Eric itu, dia pun menyadari bahwa ilmu merupakan titipan dari Tuhan yang perlu dibagikan kepada sesama manusia. Selain itu, dari pengalamannya selama berkarir sebagai chef di bidang pastry dan baking, Chef Beno menilai tantangan dalam menggeluti bidang tersebut adalah beradaptasi dengan segala tren yang ada.
Menurut dia, tren selera masyarakat terhadap pastry dan bakery cepat berubah sehingga setiap chef harus mampu beradaptasi dengan hal itu demi memenuhi selera pasar.
Bertepatan dengan Hari Koki Internasional, Beno berharap setiap anak muda yang tertarik menjadi koki tidak ragu untuk belajar dan menekuni bidang kuliner.
Terlebih, ujar dia melanjutkan, di zaman ketika teknologi berkembang secara pesat ini, anak-anak muda sebenarnya dapat mengembangkan dirinya secara mandiri. Mereka bisa mengakses ilmu kuliner dari gawai dengan mengakses platform dan media sosial yang ada.
“Tetap semangat dan jangan pernah ragu untuk terus belajar dan menekuni dunia pastry. Kalau ditekuni, pasti berhasil, tinggal menunggu waktu,” kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rasa ingin tahu jadi modal utama Chef Beno berkiprah di dunia pastry