Jakarta (ANTARA) - Meidyatama Suryodiningrat tampak semringah ketika sejumlah jurnalis yang membawa kamera akhirnya hadir di Ruang Utama Istana Negara Jakarta pada Senin (26/6).

"Ayo foto dulu," katanya kepada sejumlah rekannya, sesama calon Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia yang juga akan dilantik oleh Presiden Jokowi.

Dimas, sapaan Meidyatama Suryodiningrat, lalu mengambil pose dan rekan-rekannya yang lain ikut berbaris mengikutinya. Tak perlu tunggu lama, seluruh calon LBPP pun membentuk barisan.

Satu orang berdiri paling pinggir adalah  perempuan dubes satu-satunya yang akan dilantik yaitu Grata Endah Werdaningtyas sebagai Dubes LBBP RI untuk Republik Demokratik Rakyat Laos, berkedudukan di Vientiane.

Setelah beberapa jepretan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi datang sambil mengatakan "Wah seharusnya perempuan yang di tengah". Sontak barisan pun mengganti urutan dan meminta Grata Endah berdiri di tengah dan tak ketinggalan meminta Menlu Retno ikut berfoto bersama.

Tidak lama, protokoler Istana mengingatkan para calon dubes LBBP agar mengambil posisi awal karena Presiden Joko Widodo akan tiba di ruangan untuk memimpin pengucapan sumpah jabatan.

"Demi Allah, saya bersumpah/berjanji bahwa saya untuk diangkat menjadi duta besar luar biasa dan berkuasa penuh akan setia kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya demi darma bakti saya kepada bangsa dan negara," kata para duta besar mengikuti ucapan Presiden Jokowi.

Dengan mengucapkan sumpah jabatan itu, Dimas pun resmi menjadi Dubes LBBP Rumania dan Maldova.
Pesan Presiden Jokowi

Dimas mengaku Presiden Jokowi secara khusus berpesan agar ia dapat meningkatkan potensi ekonomi Indonesia di kawasan Balkan dan Eropa Timur.

"Terkait penugasan kami di Bucharest, Presiden menekankan tiga sampai empat hal. Pertama adalah diplomasi ekonomi bagaimana meningkatkan potensi Indonesia secara ekonomi di luar negeri terutama untuk wilayah Balkan dan Eropa Timur," kata Dimas seusai dilantik.

Pesan lainnya adalah mengenai hal-hal kedaulatan Republik Indonesia dan ketiga, perlindungan warga negara Indonesia di luar negeri.

Kali ini, menurut Dimas, para duta besar juga memiliki fokus khusus untuk memfasilitasi dan mengamankan dan memastikan bahwa pemilu di luar negeri bisa berjalan dengan baik.

"Saya rasa khusus untuk wilayah Rumania itu adalah negara dengan potensi yang sangat besar, wilayah Eropa Timur dengan banyak tantangan yang belum digarap sehingga itu sesuatu yang bisa mendatangkan potensi yang sangat besar," tambah Dimas.

Hal yang perlu diperhatikan wilayah Eropa Timur adalah produsen gandum yang sangat besar.

"Yang menjadi sangat penting bagi Indonesia dan tugas kami juga adalah mengamankan dan memastikan suplai dan ekspor gandum ke Indonesia yang menjadi salah satu bahan pokok di Indonesia," ungkap Dimas.

Perihal Pemilu 2024, menurut Dimas, memang menjadi sorotan penting Presiden Jokowi.

"Yang pertama memastikan bahwa hak warga Negara Republik Indonesia di luar negeri itu terpenuhi, salah satunya tentunya memastikan terkait pendaftaran pemilih dan sebagainya," tambah Dimas.

Namun, ia mengingatkan bahwa dubes yang mewakili negara sehingga tidak terlibat langsung karena memang ada panitia pemilihan luar negeri.

"Tugas kami adalah memfasilitasi hal tersebut," tambah Dimas.

Dimas menyebut bahwa Presiden berharap agar derajat pemberian suara di luar negeri pun sama pentingnya dengan yang ada di dalam negeri.

"Artinya menjamin seluruh warga Indonesia di luar negeri dapat melaksanakan haknya sebagai pemilih sesuai dengan undang-undang dan bahwa proses itu semua berlangsung dengan baik jadi pemilihan di luar negeri sama pentingnya juga dengan pemilihan yang dilakukan di Indonesia," ungkap Dimas.
 
Awalnya jurnalis

Dimas sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara sejak 22 Januari 2016 hingga saat ini.

Sebelum menjadi Dirut LKBN Antara, ia adalah Pemimpin Redaksi Harian The Jakarta Post selama 6 tahun dan anggota Direksi PT Bina Media Tenggara, penerbit harian berbahasa Inggris tersebut.

Ia telah bergabung dengan Jakarta Post sejak 1993 dan menekuni karier di bidang jurnalistik hingga menjadi pemred harian berbahasa Inggris itu. Pria kelahiran Jakarta 12 Desember 1967 tersebut juga pernah menjalani karier sebagai analis sebuah firma konsultan strategis di Jakarta yang berhubungan dengan pemerintah dan kemasyarakatan.

Dimas mendapatkan gelar sarjana jurusan Ilmu Politik dan Sejarah dari Carleton University di Ottawa, Universitas Harvard, serta pascasarjana di Universitas Dalhousie.

Lebih dari 20 tahun berkarier di jurnalistik, Dimas memang aktif menulis terutama berkaitan dengan isu-isu sosial politik dan kebijakan luar negeri.

Ia diketahui menjadi kontributor bagi sejumlah jurnal, termasuk "ASEAN at the Crossroads of Regionalism", in Emerging China – Prospects for Partnership in Asia, Routledge, 2012 (expected publication date); "ASEAN Regional Forum 2011: China and the United States" in Asia Pacific Bulletin, No. 127, Aug. 4. 2011; "US Rapprochement with Indonesia: From Problem State to Partner" in Contemporary Southeast Asia, Vol. 32, No. 3, Dec. 2010; The Voice of Reason, Kompas-Gramedia Group, 2008; dan "Flirting with Democracy: Will Indonesia Go Forward or Back?", Asia Special Report, Woodrow Wilson International Centre for Scholars, 2004.

Saat menjadi Pemred The Jakarta Post, harian itu dengan terang-terangan menyebut mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pemilu Presiden 2014. Hal itu bisa dilihat dalam editorialnya yang berjudul “Endorsing Jokowi”.

Pada Desember 2015, Presiden Joko Widodo lalu memanggil Dimas untuk memperbaiki kinerja Antara.

"Pak Jokowi tampaknya menginginkan sesuatu yang mengarah ke depan. Biarpun ini lembaga pemberitaan resmi pemerintah, ia mengatakan, 'Saya tak minta didukung, saya hanya ingin Antara menjalankan fungsinya untuk mengabarkan pemerintah'," kata Dimas, menirukan perkataan Presiden Jokowi.
Indonesia - Rumania

Menurut laman kemlu.go.id, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Rumania diawali dengan pengakuan Rumania atas kemerdekaan Republik Indonesia pada 20 Februari 1950. Pada 13 Maret 1960, Kedutaan besar RI di Bucharest dibuka, dan pada April 1961 Duta Besar RI pertama untuk Rumania, Soekrisno, tiba di Bucharest untuk menjalankan tugasnya.

Presiden pertama RI, Soekarno pada 11 – 14 April 1960 pernah melakukan kunjungan kenegaraan perdana ke Romania. Pada kunjungan tersebut, Presiden Soekarno dan Kepala Negara Rumania saat itu Ghoerge Maurer, menandatangani sebuah pernyataan bersama tentang hubungan bilateral kedua negara. Pada kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri kedua negara, Subandrio dan Avram Bunaciu menandatangani perjanjian bilateral tentang kerja sama kebudayaan dan menjadi dasar bagi pengembangan kerja sama bilateral kedua negara.

Artinya Indonesia dan Rumania sudah memiliki hubungan selama 71 tahun di bidang politik, ekonomi hingga sosial dan budaya.

Presiden Megawati Soekarnoputri ke Romania, April 2003, yang disusul setahun kemudian oleh kunjungan balasan Presiden Ion Iliescu ke Indonesia, Februari 2004.

Rumania dapat dianggap sebagai hub besar dan pasar potensial untuk produk Indonesia karena negara ini diberkati dengan populasi lebih dari 19 juta orang, posisinya yang strategis di dekat Laut Hitam (Marea Neagra), serta pertumbuhan ekonominya yang positif dalam beberapa tahun terakhir.

Selain itu, Pelabuhan Constanta yang terletak di dekat Laut Hitam dapat menjadi pintu masuk yang strategis bagi produk-produk Indonesia.

Dalam rangka memperingati 70 tahun hubungan bilateral antara Indonesia dan Rumania, kedua negara sepakat untuk menandatangani Memorandum of Understanding in Sister Ports Cooperation antara Indonesian Port Cooperation (IPC) II dan NC MPA SA Constanta Port pada Februari 2020.

Di sektor pariwisata, hubungan kedua negara juga positif. Data Badan Pusat Statistik (BPS RI) menunjukkan dalam 5 tahun terakhir, dari tahun 2017 hingga tahun 2022, menunjukkan kerja sama yang stabil dan menggembirakan, meskipun pada tahun 2021 terjadi penurunan yang signifikan karena pandemi COVID-19, jumlahnya pulih perlahan-lahan.

Sedangkan pada 2022, total perdagangan mencapai 158,9 juta dolar AS, meningkat 1,08 persen dibandingkan total volume perdagangan yang tercatat pada tahun 2021. Hingga Februari 2023, perdagangan antarnegara mencapai 28,9 juta dolar AS, meningkat 1,14 persen. dari periode tahun sebelumnya.

Di bidang seni budaya, Indonesia menawarkan program beasiswa Darmasiswa dan Beasiswa Seni Budaya Indonesia kepada peserta asal Romania untuk bergabung dengan peserta dari negara-negara lain dalam mempelajari budaya dan kesenian tradisional asal Indonesia.

Di bidang olahraga, persatuan senam, renang, anggar, gulat serta angkat besi Indonesia beberapa kali pernah mengirimkan atlet dan pelatihnya ke Romania untuk melakukan latihan bersama maupun untuk pemanasan menjelang kompetisi. Begitu pula pelatih olahraga asal Rumania beberapa kali diundang oleh KONI untuk melatih cabang-cabang olahraga di Indonesia.

Akhirnya, selamat menunaikan tugas baru kepada Meidyatama Suryodiningrat sebagai juru diplomasi Indonesia di Rumania .

Pewarta : Desca Lidya Natalia
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024