Palu (ANTARA) - Guru Besar sekaligus Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sulawesi Tengah, Profesor Sagaf S Pettalongi mengemukakan bahwa berkurban adalah simbol mengedepankan kepentingan bersama, di atas kepentingan pribadi.
"Berkurban bukan hanya wujud ketaatan untuk maslahah ukhrawi, tapi juga wujud kemaslahatan duniawi dengan semangat berbagi pada sesama," ucap Prof Sagaf dihubungi dari Palu, Senin, terkait dengan momentum Hari Raya Kurban atau Idul Adha 1444 Hijriah Tahun 2023.
Sagaf menyatakan Idul Adha 1444 Hijriah menjadi momentum yang baik untuk membangun kebersamaan umat beragama, demi membangun kemaslahatan umat.
Sagaf menerangkan berkurban sesungguhnya tidak hanya berdimensi ubudiyah vertikal, tetapi juga berdimensi sosial horisontal.
Peristiwa Ibrahim dan Ismail menjadi simbol kepatuhan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah SWT yang di dalamnya terkandung pelajaran besar di antaranya tentang dimensi ubudiyah vertikal antara seorang hamba dengan Tuhannya, serta dimensi horisontal antarsesama manusia.
Kepatuhan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Tuhan yang terkait dengan ibadah dan bagian dari ibadah, sebut Sagaf, perlu diikutkan dengan menumbuhkan jiwa solidaritas serta toleransi dan kepedulian antar sesama manusia.
Maka berkurban menjadi simbol untuk meredam kepentingan pribadi dan mengedepankan kepentingan bersama.
"Di sinilah letak dimensi horisontal dengan semangat berbagi untuk sesama manusia," katanya.
Sagaf mengatakan nilai dari dimensi horisontal ini, jika dipelihara dan ditingkatkan dan dilakukan secara berkelanjutan usai Idul Adha, maka akan berdampak pada percepatan pembangunan kemaslahatan dan kemakmuran umat.
"Salah satu pelajaran besar dari berkurban adalah keikhlasan dan ketulusan untuk berbagi dengan sesama demi mempercepat kebangkitan bersama dan saling menguatkan," ujarnya.
"Berkurban bukan hanya wujud ketaatan untuk maslahah ukhrawi, tapi juga wujud kemaslahatan duniawi dengan semangat berbagi pada sesama," ucap Prof Sagaf dihubungi dari Palu, Senin, terkait dengan momentum Hari Raya Kurban atau Idul Adha 1444 Hijriah Tahun 2023.
Sagaf menyatakan Idul Adha 1444 Hijriah menjadi momentum yang baik untuk membangun kebersamaan umat beragama, demi membangun kemaslahatan umat.
Sagaf menerangkan berkurban sesungguhnya tidak hanya berdimensi ubudiyah vertikal, tetapi juga berdimensi sosial horisontal.
Peristiwa Ibrahim dan Ismail menjadi simbol kepatuhan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah SWT yang di dalamnya terkandung pelajaran besar di antaranya tentang dimensi ubudiyah vertikal antara seorang hamba dengan Tuhannya, serta dimensi horisontal antarsesama manusia.
Kepatuhan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Tuhan yang terkait dengan ibadah dan bagian dari ibadah, sebut Sagaf, perlu diikutkan dengan menumbuhkan jiwa solidaritas serta toleransi dan kepedulian antar sesama manusia.
Maka berkurban menjadi simbol untuk meredam kepentingan pribadi dan mengedepankan kepentingan bersama.
"Di sinilah letak dimensi horisontal dengan semangat berbagi untuk sesama manusia," katanya.
Sagaf mengatakan nilai dari dimensi horisontal ini, jika dipelihara dan ditingkatkan dan dilakukan secara berkelanjutan usai Idul Adha, maka akan berdampak pada percepatan pembangunan kemaslahatan dan kemakmuran umat.
"Salah satu pelajaran besar dari berkurban adalah keikhlasan dan ketulusan untuk berbagi dengan sesama demi mempercepat kebangkitan bersama dan saling menguatkan," ujarnya.