Paris (ANTARA) - Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin (5/9) mengumumkan bahwa Prancis dan Jerman akan saling membantu melewati krisis energi dan melewati musim dingin yang akan datang.

Berbicara pada konferensi pers setelah konferensi video dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz, Macron mengatakan BAHWA Prancis siap untuk mengirimkan lebih banyak gas ke Jerman sementara Jerman akan menawarkan lebih banyak listrik ke Prancis jika krisis energi saat ini berlanjut pada musim dingin.

"Kami akan menyelesaikan koneksi gas agar dapat mengirimkan gas ke Jerman ... Jerman akan siap menghasilkan lebih banyak listrik untuk dibawa ke kami dalam situasi ekstrem," kata Macron.

Presiden Prancis mendukung langkah-langkah solidaritas di tingkat Eropa untuk menghadapi krisis energi saat ini.

"Kami mendukung praktik pembelian gas umum yang memungkinkan pembelian lebih murah," katanya.

Baca juga: Perusahaan energi Italia akan buka akun rubel bayar gas Rusia

Namun, dia mengatakan "tidak perlu" untuk pipa gas yang menghubungkan Prancis dan Spanyol.

Mengenai harga energi yang tinggi di Eropa, Macron mengusulkan untuk mengatur mekanisme kontrol untuk operasi spekulatif di tingkat Eropa.

Beberapa hari menjelang pertemuan para menteri energi Uni Eropa (UE), Macron mendukung pembatasan harga gas yang dibeli dari Rusia di tingkat Uni Eropa.

Baca juga: Biden: Beli lebih banyak minyak Rusia bukan kepentingan India
Macron meyakinkan rekan senegaranya bahwa Prancis tidak dalam situasi penjatahan energi, tetapi meminta orang-orang untuk membatasi pemanasan hingga 19 derajat Celsius untuk menghemat energi.

"Jika kita secara kolektif tahu bagaimana berperilaku lebih bijaksana dan menghemat energi di mana-mana, tidak akan ada penjatahan atau pemotongan," tegasnya.

Pada hari Jumat (2/9), Macron memimpin pertemuan Dewan Pertahanan tentang krisis energi.

Menteri Transisi Energi Prancis Agnes Pannier-Runacher mengatakan setelah pertemuan bahwa cadangan gas Prancis 92 persen penuh dalam persiapan untuk kemungkinan kekurangan musim dingin ini.

Menurut menteri, 32 dari armada 56 reaktor nuklir negara itu saat ini sedang offline untuk pemeliharaan rutin, tetapi perusahaan utilitas listrik multinasional Prancis EDF telah berkomitmen untuk memulai kembali semuanya buat musim dingin ini.
Baca juga: Harga minyak melonjak di tengah ketidakpastian di pasar energi

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024