Jakarta (ANTARA) - PT Bukit Asam Tbk mencatatkan kinerja positif sepanjang semester pertama tahun ini dengan membukukan laba bersih sebesar Rp6,2 triliun atau naik 246 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp1,8 triliun.
Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail mengatakan pencapaian laba bersih didukung dengan pendapatan sebesar Rp18,4 triliun, meningkat 79 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Tahun lalu hanya Rp1,8 triliun, sedangkan tahun ini Rp6,2 triliun," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Bukit Asam manfaatkan lahan bekas tambang jadi tambak ikan
Per 30 Juni 2022, total aset emiten dengan kode saham PTBA tersebut sebesar Rp35,9 triliun, sedangkan per 31 Desember 2021 sebesar Rp36,1 triliun.
Kenaikan kinerja tersebut didorong oleh pemulihan ekonomi global maupun nasional yang meningkatkan permintaan batu bara, serta kenaikan harga batu bara yang signifikan.
Baca juga: PTBA salurkan beasiswa ke putra-putri anggota Polri
Pencapaian gemilang ini juga didukung kinerja operasional perseroan yang solid sepanjang semester pertama 2022.
Bukit Asam menerapkan efisiensi berkelanjutan secara optimal dengan mendepankan cost leadership di setiap lini perusahaan.
Baca juga: PT Bukit Asam hibahkan 24 kendaraan dan ambulans ke Pemprov Lampung
Pada paruh pertama tahun ini, Bukit Asam memproduksi 15,9 juta ton batu bara atau meningkat 20 persen dibandingkan paruh pertama tahun lalu yang tercatat hanya sebesar 13,3 juta ton.
Angka penjualan batu bara perseroan tercatat mencapai 14,6 juta ton atau tumbuh 13 persen secara tahunan.
Baca juga: Bukit Asam gandeng Pelindo II optimasi angkutan batubara
Sebelumnya, pemerintah Indonesia telah menetapkan kenaikan tarif royalti batu bara bagi perusahaan pemegang izin usaha pertambangan. Pada aturan sebelumnya, tarif royalti maksimal sebesar 7 persen, adapun regulasi baru naik sebesar 13,5 persen.
Arsal mengatakan Bukit Asam komitmen terus memberikan kontribusi yang optimal kepada negara mengingat kondisi keuangan perseroan masih sangat sehat.
"Hitungan kasar proyeksi laba 2022 akan ada dampak sebesar 5 persen. Kami masih hitung kalau volume penjualan meningkat dan harga meningkat, maka kenaikan royalti tidak akan berdampak signifikan," kata Arsal.
Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail mengatakan pencapaian laba bersih didukung dengan pendapatan sebesar Rp18,4 triliun, meningkat 79 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Tahun lalu hanya Rp1,8 triliun, sedangkan tahun ini Rp6,2 triliun," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Bukit Asam manfaatkan lahan bekas tambang jadi tambak ikan
Per 30 Juni 2022, total aset emiten dengan kode saham PTBA tersebut sebesar Rp35,9 triliun, sedangkan per 31 Desember 2021 sebesar Rp36,1 triliun.
Kenaikan kinerja tersebut didorong oleh pemulihan ekonomi global maupun nasional yang meningkatkan permintaan batu bara, serta kenaikan harga batu bara yang signifikan.
Baca juga: PTBA salurkan beasiswa ke putra-putri anggota Polri
Pencapaian gemilang ini juga didukung kinerja operasional perseroan yang solid sepanjang semester pertama 2022.
Bukit Asam menerapkan efisiensi berkelanjutan secara optimal dengan mendepankan cost leadership di setiap lini perusahaan.
Baca juga: PT Bukit Asam hibahkan 24 kendaraan dan ambulans ke Pemprov Lampung
Pada paruh pertama tahun ini, Bukit Asam memproduksi 15,9 juta ton batu bara atau meningkat 20 persen dibandingkan paruh pertama tahun lalu yang tercatat hanya sebesar 13,3 juta ton.
Angka penjualan batu bara perseroan tercatat mencapai 14,6 juta ton atau tumbuh 13 persen secara tahunan.
Baca juga: Bukit Asam gandeng Pelindo II optimasi angkutan batubara
Sebelumnya, pemerintah Indonesia telah menetapkan kenaikan tarif royalti batu bara bagi perusahaan pemegang izin usaha pertambangan. Pada aturan sebelumnya, tarif royalti maksimal sebesar 7 persen, adapun regulasi baru naik sebesar 13,5 persen.
Arsal mengatakan Bukit Asam komitmen terus memberikan kontribusi yang optimal kepada negara mengingat kondisi keuangan perseroan masih sangat sehat.
"Hitungan kasar proyeksi laba 2022 akan ada dampak sebesar 5 persen. Kami masih hitung kalau volume penjualan meningkat dan harga meningkat, maka kenaikan royalti tidak akan berdampak signifikan," kata Arsal.